Rini Kustiasih, 070216768
(2007)
REPRESENTASI WARIA DI DALAM TAYANGAN MAK BONGKY DI JTV.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Waria adalah bentuk seksualitas yang dikenal dan familiar di Indonesia, terutama karena budaya male transvestite di nusantara dilembagakan dalam fungsi-fungsi ritual. Salah satu daerah di Indonesia yang akrab dengan kehidupan waria adalah Jawa Timur, hal ini antara lain dikarenakan mereka berakar dari seni-budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, yaitu kesenian ludruk. Jawa Tirnur juga adalah satu-satunya daerah di Indonesia yang secara resmi mengakui komunitas waria dengan memberikan mereka tempat khusus untuk berkumpul, yaitu di Jln. Irian Barat (Surabaya). Kedekatan hubungan antara masyarakat Jawa Timur dengan waria menarik perhatian peneliti untuk mengetahui bagaimana waria direpresentasikan dan dikonstruksikan dalam media massa lokal Jawa Timur. Tayangan Mak Bongky di (JTV) dipilih karena merupakan acara unggulan yang selama 3 tahun disiarkan di JTV, selain itu acara ini juga menghadirkan peran waria.
Bagaimana waria direpresentasikan di dalam tayangan Mak Bongky dibaca dengan semiotik Derrida yang melibatkan dua tahap pembacaan. Pembacaan pertama menggunakan analisis paradigmatik untuk menemukan oposisi biner di dalam struktur teks. Unit analisis yang diteliti pada pembacaan ini ialah paradigma setting, paradigma kostum dan make-up, paradigma dialog, dan paradigma ekspresi. Unit analisis tersebut kemudian dianalisis pada tiga level analisis, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologic. Pembacaan kedua adalah pembacaan yang dekonstruktif, yaitu melibatkan proses pembalikan dan penggantian terhadap oposisi biner yang ditemukan.
Hasil pembacaan pertama menunjukkan bahwa representasi waria di dalam tayangan ini penuh dengan stereotip. Waria dalam tayangan ini digambarkan sebagai obyek seksual yang genit, sensual, suka menggoda laki-laki, tidak cakap, tidak pintar, dan pasif. Sedangkan Mak Bongky digambarkan sebagai individu dari golongan elit yang pintar, berkuasa, memiliki keahlian khusus yang membuatnya dihargai oleh masyarakat Jawa Timur, dan maskulin. Mak Bongky menjadikan Inggrid sebagai pembantunya dalam melakukan setiap aktivitasnya, dan Inggrid digambarkan sebagai waria yang selalu menuruti perintah Mak Bongky. Dari pembacaan pertama ditemukan ideologi patriarkhis sebagai ideologi yang melandasi struktur teks.
Pembacaan dekonstruktif pada teks tayangan Mak Bongky menemukan sejumlah logika paradoksal dalam ideologi patriarkhis yang melandasi struktur teks tersebut. Pengutamaan Mak Bongky daripada Inggrid menjadi hal yang paradoksal bagi ideologi patriarkhis, sebab hal itu membantah konsepsi patriarkhis yang mengutamakan laki-laki atas perempuan. Bahwasanya phallus juga dapat dimiliki oleh perempuan, yaitu berupa maskulinitas. Teks tersebut juga secara paradoksal menggugurkan esensi gender yang maskulin pada laki-laki dan feminin pada perempuan. Kedua gender tersebut ternyata dapat dibolak-balik dan saling dicampuradukkan. Dengan demikian analisis dekonstruktif ini menunjukkan logika biner yang patriarkhis bukanlah suatu bentuk kebenaran yang tanpa cela. Klaim-klaim ideologi patriarkhis yang mengunggulkan maskulinitas laki-laki, mensubordinasi femininitas perempuan, serta pendiskriminasian androgini, sesungguhnya adalah suatu hal yang mungkin untuk didekonstruksi.
Actions (login required)
|
View Item |