NADIFATUL QURIAH AGUSTINA, 070710569 (2011) KEPENTINGAN JEPANG TERHADAP PEMBENTUKAN CHIANG MAI INITIATIVE MULTILATERALIZATION (CMIM) TERKAIT DAMPAK KRISIS 2008. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s1-2012-agustinana-22668-abstrak-k.pdf Download (10kB) | Preview
	Text (FULL TEXT) gdlhub-gdl-s1-2012-agustinana-19592-hi64-11-k.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

CMIM merupakan perjanjian yang signifikansinya untuk menampung dana cadangan devisa APT, dana tersebut digunakan untuk anggota APT yang mengalami masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek. CMIM adalah hasil kerjasama yang paling menonjol dari APT yang diresmikan pada pertemuan ke-13 tanggal 24 Maret 2010 di Tashkent, Uzbekistan karena merupakan peningkatan dari kerjasama finansial APT yang sudah ada yakni Chiang Mai Initiative (CMI). Momentum yang melatarbelakangi urgensi pembentukan perjanjian tersebut adalah besarnya dampak krisis AS 2008 di Asia, khususnya Jepang dan ASEAN. Jepang merupakan negara yang berperan besar dalam perjanjian CMIM ini. Mulai dari penggagas utama, penyokong data paling besar hingga salah satu pengawas penting dalam kesepakatan CMIM. Penelitian ini akan menunjukkan kepentingan Jepang terhadap perannya dalam CMIM yang berbanding terbalik dengan kondisi perekonomiannya yang mengalami penurunan akibat krisis 2008. Upaya untuk mencarai kepentingan Jepang ini dapat ditelusuri dengan melihat sejarah Jepang dalam pembentukan CMIM dalam regionalisme APT. Dari hasil penelusuran tersebut terdapat dua alat analisa yang penting, yakni melalui teori Flying Geese dan konsep Regionalisme. Dari alat analisa tersebut diketahui bahwa alasan yang melatarbelakangi peran Jepang dalam perjanjian CMIM adalah karena dorongan strategi kepemipinan Jepang dalam regionalisme APT.

Actions (login required)

View Item