RIFFAN RIZALLAH, 060012725 (2009) PEMBUATAN ANTIBODI POLIKLONAL EQUINE CHORIONIC GONADOTROPIN (eCG) PADA KELINCI. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2011-rizallahri-15776-kh34-10-k.pdf Download (339kB) | Preview |
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s1-2011-rizallahri-13140-kh34-10-e.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Kuda adalah salah satu komoditi ternak yang penting dalam kehidupan manusia karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Namun hal ini tidak sejalan dengan kenyataan yaitu masih sangat rendahnya jumlah populasi kuda. Rendahnya jumlah populasi kuda ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti panjangnya calving interval dan rendahnya tingkat kebuntingan kuda. Selain itu, kuda termasuk salah satu hewan ternak yang lebih sering mengalami keguguran daripada ternak lainnya. Pada keadaaan yang demikian, upaya untuk mencapai tingkat reproduktivitas yang tinggi menjadi sulit untuk dicapai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar target reproduktivitas tinggi dapat tercapai adalah dengan melakukan perbaikan pengelolaan reproduksi. Dan pengelolaan reproduksi ini meliputi deteksi birahi, perkawinan dan diagnosa kebuntingan yang tepat. Dengan melihat keberadaan substansi spesifik eCG yang terdapat pada darah kuda bunting 40-150 hari, maka diagnosa kebuntingan pada kuda dapat dilakukan dengan cara deteksi eCG pada serum darah kuda bunting melalui metode indirect-ELISA. Pada penelitian ini digunakan empat ekor kelinci jantan galur New Zealand yang disuntik secara sub kutan dengan 100 IU eCG (0,5 ml) dalam 0,5 ml pelarut Freund’s complete. Sedangkan satu ekor kelinci disuntik dengan 1 ml PBS sebagai kontrol. 14 hari setelah penyuntikan pertama, dilakukan penyuntikan ulang yang dilakukan tiap tujuh hari sekali dengan dosis 100 IU eCG (0,5 ml) dalam 0,5 ml pelarut Freund’s incomplete sampai tiga kali ulangan. Tujuh hari setelah penyuntikan ulang ketiga, sampel darah diambil dari masing – masing kelinci sebanyak 5 ml melalui vena auricularis untuk diambil serumnya. Setelah itu serum akan dipisahkan dan diperiksa dengan teknik indirect ELISA untuk mengetahui titer antibodinya dengan melihat nilai Optical Density. Adanya eCG pada serum kuda bunting ditentukan berdasarkan pada nilai absorban (Optical Density, OD) yang lebih besar dari 2 kali rata – rata kontrol negatif (Cut of Value, COV ). Berdasar hasil yang diperoleh dari pembacaan ELISA-reader, nilai absorban dari masing – masing hewan coba yang berupa nilai optical density (OD) melebihi 2x dari nilai kontrolnya. Sehingga didapatkan bahwa pencapaian nilai titer tertinggi untuk dapat menimbulkan pembentukan antibodi eCG dalam serum darah sampel hewan coba adalah pada tingkat pengenceran 1/160 dimana pada pengenceran 1/160 dapat diketahui bahwa pada tahap inisiasi dari salah satu hewan coba (kelinci 1) masih terlihat negatif (belum terdeteksi adanya kadar antibodi eCG dalam darah) dan pada tahap-tahap selanjutnya telah menunjukkan hasil yang positif. Pada pembacaan hasil ELISA-reader pada tingkat pengenceran 1/160, serum darah kelinci keempat memberikan performa nilai OD tertinggi dan nilai OD terendah didapatkan dalam serum darah kelinci pertama. Keadaan ini berkaitan dengan kemampuan serta kecepatan dari masing – masing sistem respon tanggap pembentukan antibodi dari individu kelinci yang telah mendapatkan perlakuan imunisasi. pada tabel uji Tukey HSD* (lampiran 3) dimana tiap nilai rata – rata perlakuan lebih besar dari 0,4 sebagai nilai BNJ 5% (subset for alpha = 0,05). Pada bleeding ke-4 / setelah booster ke-3, didapatkan hasil kadar antibodi eCG paling tinggi meskipun tidak berbeda nyata dari keadaan pada bleeding setelah perlakuan booster ke-2. Dan kadar antibodi terendah didapatkan pada bleeding setelah tahap inisiasi dilakukan namun juga tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan perlakuan pada tahap perlakuan booster pertama. Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa isolat eCG dapat menginduksi terbentuknya antibodi eCG kelinci sejak perlakuan penyuntikan booster ke-1 dan kadar tertinggi didapatkan setelah perlakuan booster ke-3.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KH 34/10 Riz p | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | eCG, Anti-eCG, New Zealand rabbit, CFA, and IFA | |||||||||
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture > SF411-459 Pets > SF451-455 Rabbits and hares S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine |
|||||||||
Divisions: | 06. Fakultas Kedokteran Hewan > Ilmu Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Veteriner | |||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Nn Anisa Septiyo Ningtias | |||||||||
Date Deposited: | 07 Mar 2011 12:00 | |||||||||
Last Modified: | 26 Jul 2016 06:28 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/20352 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |