IDENTIFIKASI KEJADIAN HIPOFUNGSI OVARIUM, KORPUS LUTEUM PERSISTEN DAN KAWIN BERULANG PADA SAPI POTONG DAERAH DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH KABUPATEN NGANJUK

Nurisna Solihatin, 061111058 (2014) IDENTIFIKASI KEJADIAN HIPOFUNGSI OVARIUM, KORPUS LUTEUM PERSISTEN DAN KAWIN BERULANG PADA SAPI POTONG DAERAH DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH KABUPATEN NGANJUK. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2015-solihatinn-37308-6.abstr-t.pdf

Download (578kB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2015-solihatinn-37308-1.FULLTEXT.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Nurisna Solihatin, studi kasus dengan judul “Identifikasi Kejadian Hipofungsi Ovarium, Korpus Luteum Persisten dan Kawin Berulang Pada Sapi Potong Daerah Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Kabupaten Nganjuk” yang dibimbing oleh Prof. Dr. Pudji Srianto, M.Kes., drh. selaku dosen pembimbing utama dan Djoko Galijono, MS., drh. selaku pembimbing serta. Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi potong. Namun kondisi sapi potong di usaha peternakan rakyat, hingga saat ini sering dijumpai adanya kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya perbedaan jumlah kejadian hipofungsi ovarium, korpus luteum persisten dan kawin berulang sapi potong pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah di Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Nganjuk mulai 15 September sampai dengan 11 Oktober 2014. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif menggunakan data sekunder yang didapat dari laporan data pemeriksaan gangguan reproduksi yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Nganjuk dan data primer yang diperoleh dari kuisioner penelitian. Data yang diperoleh kemudian dihitung dan dianalisis dengan uji Pearson Chi Square menggunakan SPSS 21 for Windows lalu disajikan secara deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan total jumlah kejadian gangguan reproduksi adalah 97 kejadian dengan proporsi kejadian hipofungsi ovarium sejumlah 41 kasus, korpus luteum persisten 7 kasus dan kawin berulang sejumlah 49 kasus. Pada daerah dataran tinggi yaitu Kecamatan Sawahan, kejadian hipofungsi ovarium 11 kasus, korpus luteum persisten 2 kasus dan kawin berulang 27 kasus. Sedangkan pada Kecamatan Rejoso kejadian hipofungsi ovarium sejumlah 30 kasus, korpus luteum persisten 5 kasus dan kawin berulang 22 kasus. Komposisi dan rataan kepemilikan ternak pada daerah dataran tinggi jumlah jantan dewasa 0 ekor, jantan pedet 2 ekor, betina dewasa 145 ekor dan betina pedet/dara 43 ekor. Pada daerah dataran rendah jumlah jantan dewasa 3 ekor, jantan pedet 19 ekor, betina dewasa 287 ekor dan betina pedet/dara 32 ekor. Rataan kepemilikan ternak di daerah dataran tinggi dengan jumlah total 190 ekor sapi potong dengan 50 peternak adalah 3,80. Sedangkan pada daerah dataran rendah rataan kepemilikan ternak dengan jumlah total 341 ekor sapi potong dengan 50 peternak adalah 6,82. Pada daerah dataran tinggi rata-rata pubertas sapi potong betina adalah 18 bulan, umur pertama kali melahirkan rata-rata 27 bulan, birahi post partum rata-rata 90 hari dan umur sapih pedet rata-rata 6 bulan. Sedangkan pada daerah dataran rendah pubertas rata-rata dicapai pada umur 15 bulan, umur melahirkan pertama rata-rata 24 bulan, birahi post partum rata-rata 60 hari dan umur sapih pedet rata-rata 3 bulan. Kondisi perkandangan di daerah dataran tinggi keseluruhan sapi potong dikandangkan. Adapun lokasi kandang yang terpisah dengan rumah pemilik sejumlah 13 peternak (26%) dan lokasi kandang yang tidak terpisah dengan rumah pemilik sejumlah 37 (74%). Tipe kandang terbuka sejumlah 35 (70%) dan tipe kandang tertutup sejumlah 15 (30%). Peternak yang tidak menggunakan alas kandang sejumlah 30 (60%), menggunakan alas kayu sejumlah 15 (30%) dan peternak yang menggunakan alas kandang dengan disemen semen sejumlah 5 (10%). Jumlah kejadian gangguan reproduksi lebih banyak terjadi di daerah dataran rendah. Komposisi dan rataan kepemilikan ternak pada daerah dataran rendah lebih tinggi daripada komposisi dan rataan kepemilikan ternak pada daerah dataran tinggi. Data reproduksi pada daerah dataran rendah lebih baik daripada daerah dataran tinggi. Sistem pemeliharaan daerah dataran tinggi dan dataran rendah hampir sama.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKC KK KH. 59-15 Sol i
Uncontrolled Keywords: OVARIAN HYPOFUNCTION
Subjects: S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine > Including veterinary genetics, ethology, anatomy, physiology, embryology, pathology
Divisions: 06. Fakultas Kedokteran Hewan
Creators:
CreatorsNIM
Nurisna Solihatin, 061111058UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorPudji Srianto, Prof. Dr., drh., M.Kes.UNSPECIFIED
Depositing User: shiefti dyah alyusi
Date Deposited: 03 Jun 2015 12:00
Last Modified: 20 Sep 2016 06:27
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/21589
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item