Ririn Indah Setyawati, 100110892
(2006)
HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI GIZI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH DI PANTI ASUHAN : Studi Di Panti Asuhan Muhammadiyah Surabaya, Panti Asuhan Putri Aisyiyah Surabaya, Panti Asuhan Al Huda Surabaya, Panti Asuhan Muslim Surabaya, Panti Asuhan Assalafiyah Surabaya.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Anak usia sekolah membutuhkan zat gizi yang lebih karena mereka berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Namun hal ini masih kurang disadari sehingga mereka rentan mengalami kurang gizi. Demikian juga dengan anak usia sekolah yang tinggal di panti asuhan, mereka dicurigai lebih rentan mengalami kurang gizi.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pola konsumsi makan dan tingkat konsumsi gizi anak usia sekolah yang tinggal di panti asuhan itu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik, sedangkan menurut waktunya bersifat cross sectional. Populasi penelitian adalah semua anak kelas 4-6 SD yang tinggal di panti asuhan sasaran. Sedangkan sampel sebanyak 41 anak diambil secara proporsional dari setiap panti. Variabel independen adalah pola konsumsi makan dan tingkat konsumsi gizi, sedangkan variabel dependen adalah status gizi anak asuh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 90,2% mempunyai pola makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk dan sayur. Selain itu 65,9% responden mempunyai kebiasaan jajan setiap hari. Energi dan protein total yang didapat dari keduanya masih belum mencukupi AKG. Namun ternyata status gizi dari 78% responden adalah normal. Hasil uji statistik menggunakan Korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pola konsumsi makan dan tingkat konsumsi gizi dengan status gizi. Kenyataan tersebut terjadi karena penelitian hanya dilakukan pada satu waktu tertentu. Sedangkan status gizi menggambarkan apa yang dikonsumsi dalam waktu lama.
Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah ada faktor kebiasaan jajan yang mempengaruhi pola konsumsi anak. Adanya budaya pengajian yang dilakukan minimal 1 minggu sekali ikut menambah asupan energi dan protein sehingga dapat mencukupi kekurangan konsumsi gizi dari panti dan dari makanan jajanan. Untuk itu disarankan perbaikan penyelenggaraan makanan di panti asuhan.
Actions (login required)
|
View Item |