ROSE INDRASARI, 100211018
(2006)
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SUHU TUBUH PEKERJA YANG TERPAPAR PANAS (Studi Pada Pekerja Bagian Pengelasan PT. PUSPETINDO).
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Pengelasan merupakan pekerjaan berisiko tinggi karena menghasilkan iklim kerja yang panas. Respon fisiologis yang muncul akibat paparan panas adalah pengeluaran keringat yang menyebabkan penurunan berat badan, peningkatan suhu tubuh, denyut jantung dan tekanan darah. Kemampuan tubuh melakukan respon fisiologis dipengaruhi umur, jenis kelamin dan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan suhu tubuh pekerja yang terpapar panas di bagian pengelasan PT. Puspetindo Gresik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional, cross sectional dengan desain analisis deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja yang terpapar panas di bagian pengelasan PT. Puspetindo Gresik yang berjumlah 24 orang. Sampel penelitian adalah pekerja yang terpapar panas di bagian pengelasan, berusia 19 tahun — 40 tahun, masa kerja lebih dari 2 tahun dan dalam keadaan sehat, sehingga didapatkan 22 orang pekerja.
Hasil penelitian menunjukkan rata — rata ISBB pada bagian pengelasan PT. Puspetindo Gresik adalah 30,79 °C dengan beban kerja pekerja tergolong ringan. Sebagian besar responden berumur 35 tahun — 36 tahun dengan masa kerja 14 tahun — 15 tahun, seluruhnya merupakan laki — laki dan lulusan SLTA, dengan kategori IMT sebagian besar responden adalah normal. Suhu tubuh responden sebelum bekerja rata — rata adalah 36,5 °C dan setelah bekerja rata — rata adalah 37,1 °C. Upaya pengendalian terhadap paparan panas dilakukan melalui upaya pengendalian secara teknis, administratif dan dengan alat pelindung diri. Dui hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan suhu tubuh pekerja yang terpapar panas di bagian pengelasan PT. Puspetindo Gresik.
Perusahaan sebaiknya merotasi pekerja yang telah berusia 40 tahun ke atas ke bagian administrasi, Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus bagi pekerja bagian pengelasan, melakukan pengaturan lama kerja dan lama istirahat, menyediakan air minum dengan penambahan garam (0,1 %) atau sukrosa, serta pekerja sebaiknya mengkonsumsi air minum minimal 200 cc — 300 cc tiap 30 menit. Hendaknya dilakukan penyuluhan mengenai K3 dengan jadwal yang teratur.
Actions (login required)
|
View Item |