Dyah Ika Rahmawati, 100210953
(2006)
HUBUNGAN POLA KONSUMSI SUSU DAN MAKANAN BERKALSIUM TINGGI DENGAN RISIKO OSTEOPOROSIS PADA MAHASISWI : STUDI PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNAIR SURABAYA TAHUN 2006.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Osteoporosis merupakan silent disease yang cukup besar di masyarakat. Selama ini, osteoporosis dianggap penyakit orang tua, namun berdasarkan penelitian pengeroposan tulang juga terjadi pada usia yang lebih muda. Seorang wanita pada masa kuliah memerlukan asupan gizi yang cukup untuk mendukung aktivitas mereka khususnya kalsium. Memaksimalkan puncak massa tulang dengan konsumsi kalsium yang cukup diharapkan dapat mencegah Osteoporosis di masa tua. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari hubungan faktor pola konsumsi susu serta makanan sumber kalsium tinggi lainnya dengan resiko Osteoporosis pada mahasiswi.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi Cross Sectional yang dilaksanakan mulai bulan Februari – Juli 2006. jumlah sampel adalah 226 mahasiswa dengan usia berkisar 18 – 24 tahun. Data kepadatan tulang diukur menggunakan Densitometer, sedangkan data konsumsi diambil dengan metode recall 24 jam, dan kuesioner. Variabel dependen adalah status osteoporosis dan variabel independennya adalah pola konsumsi susu dan konsumsi makanan berkalsium tinggi lainnya.
Hasil uji Chi-square dengan = 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel status osteoporosis dengan pola konsumsi susu (p = 0,039). Variabel status osteoporosis juga menunjukkan hubungan dengan pola konsumsi tempe (p = 0,008), dan dengan telur ayam (p = 0,042). Sedangkan antara variabel status osteoporosis dengan konsumsi bayam, tidak didapatkan hubungan yang bermakna (p = 0,203). Selain itu diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara intake kalsium dengan status osteoporosis (p = 0,011).
Kesimpulan dari hasil penelitian diatas yaitu kalsium merupakan mineral penting untuk mencegah Osteoporosis. Mahasiswi juga beresiko terkena osteoporosis, karena banyak yang mengalami defisiensi kalsium. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan konsumsi makanan baik secara kualitas maupun kuantitas, khususnya makanan tinggi kalsium.
Actions (login required)
|
View Item |