HAJI EMBARKASI SURABAYA: DARI KOLONIAL KE REPUBLIK (1922-1978)

KURNIA TSALITSATIN ROBANIYAH, 120110262 (2007) HAJI EMBARKASI SURABAYA: DARI KOLONIAL KE REPUBLIK (1922-1978). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2007-robaniyahk-4270-fssej0-k.pdf

Download (324kB) | Preview
[img] Text (full text)
gdlhub-gdl-s1-2007-robaniyahk-4270-fssej0-7.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Ibadah haji adalah Rukun Islam yang kelima setelah Syahadat, Shalat, Puasa dan Zakat. lbadah ini hanya diwajibkan bagi mereka yang mampu mengadaan perjalanan ke tanah suci (pergi pulang), menanggung hidup selama melaksanakan ibadah haji, dan tetap memberi nafkah yang cukup bagi keluarga yang ditinggal. Untuk jamaah haji wanita ada syarat tambahan yaitu disertai muhrimnya. Turut campurnya pemerintah dalam pelaksanaan ibadah haji telah dilakukan sejak masa Hindia Belanda hingga saat ini. Tentunya sangat menarik jika dalam penelitian ini dapat menjawab: Bagaimana penyelenggaraan ibadah haji pada embarkasi Surabaya pada masa kolonial? Bagaimana penyelenggaraan ibadah haji pada embarkasi Surabaya setelah proklamasi hingga tahun 1978? Faktor apa saja yang mendorong dan menghambat partisipasi haji? Kajian ini dilakukan dengan menggunakan sumber primer, surat kabar harian Surabaya Pos tahun 1952-1978, sumber-sumber buku. Selain itu dilaksanakan pula wawancara dengan beberapa Narasumber yang berkaitan erat dengan topik kajian. Berbagai peraturan dibuat untuk membatasi jumlah jamaah haji. Meskipun pada masa kolonial haji dilarang (dipersulit) ibadah ini tetap dilaksanaka oleh kaum muslim nusantara. Pembatasan dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda karena rasa takut terhadap pengaruh para jamaah yang pulang dari berhaji karena sering mengkoordinir perlawanan. Ketika urusan ibadah haji ditangani pemerintah Indonesia, sejak tahun 1950 telah memetapkan jumlah jamaah yang dapat diberangkatkan. Pembatasan ini tidak bermaksud menghalangi pelaksanaan ibadah haji namun semata-mata untuk mengatur agar lebih tertib, aman, dan lancar. Embarkasi Surabaya pertamakali dijadikan pelabuhan haji pada tahun 1922 bersamaan dengan dibukanya pelabuhan Makasar. Pada tahun 1922-1950, embarkasi Surabaya meliputi wilayah: Jawa Timur, Jawa Tengah, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Papua dan sebagian besar Kalimantan. Pada tahun 1950-1975, Jawa Tengah tidak lagi menjadi bagian embarkasi Surabaya setelah Semarang dijadikan sebagai pelabuhan embarkasi haji. Pada tahun 1976-1978 wilaya embarkasi Surabaya melayani seluruh wilayah bagian timur Indonesia. Pelaksanaan Ibadah haji banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar faktor agama seperti: keadaan ekonomi, politik, perkembangan alat transportasi, dan lain sebagainya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKB KK-2 FS Sej 04/07 Rob h
Uncontrolled Keywords: MUSLIM PILGRIMS AND PILGRIMAGES - SAUDI ARABIA-MECCA
Subjects: H Social Sciences > HS Societies secret benevolent etc > HS1-3371 Societies: secret, benevolent, etc. > HS1501-2460.7 Other societies. By classes > HS1525-1560 Religious societies
Divisions: 12. Fakultas Ilmu Budaya > Ilmu Sejarah
Creators:
CreatorsNIM
KURNIA TSALITSATIN ROBANIYAH, 120110262UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorSarkawi B. Husain, S.S.M.Hum.UNSPECIFIED
Depositing User: Mrs. Djuwarnik Djuwey
Date Deposited: 12 Apr 2007 12:00
Last Modified: 14 Jun 2017 18:57
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/26935
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item