INTAN MEILIYA WIDYANINGRUM, 120510916 (2009) PERCAKAPAN DALAM PROSES PERSIDANGAN DI PENGADILAN MILITER SURABAYA KAJIAN PRAGMATIK. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s1-2011-widyaningr-16364-fsbi24-k.pdf Download (558kB) | Preview
	Text (FULLTEXT) gdlhub-gdl-s1-2011-widyaningr-13783-fsbi24-p.pdf Restricted to Registered users only Download (928kB) | Request a copy

Abstract

Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penerapan prinsip kerja sama dalam proses persidangan di Pengadilan Militer Surabaya mencakup maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relavansi dan maksim pelaksanaan. Percakapan antara para penegak hukum dengan para saksi atau terdakwa dapat berjalan dengan efektif dan komunikatif sesuai dengan prinsip kerja sama Grice. Pada penerapan tersebut, maksim kuantitas dan kualitas berperan penting dalam mengungkap fakta yang dicari oleh para penegak hukum. Kedua, Ditemukan adanya penyimpangan prinsip kerja sama Grice dalam proses persidangan di Pegadilan Militer Surabaya. Sejumlah tuturan terdakwa dan saksi menyimpang dari prinsip kerja sama Grice, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Penyimpangan tersebut relatif dominan dikarenakan hampir di setiap tuturan ditemukan adanya penggunaan kata siap. Tentunya hal tersebut tak bisa dilepaskan terutama untuk penggunaan kata siap. Mengingat, kata siap sudah menjadi ciri khas dunia militer yang ringkas dan tegas. Pada aspek yang lain, penyimpangan juga terjadi karena adanya keinginan terdakwa untuk membela diri sehingga pernyataan yang diucapkan tidak benar atau berbohong.

Actions (login required)

View Item