Dhita Nuria Sari, 079715549
(2006)
REPRESENTASI GAMBARAN PERILAKU MANUSIA DALAM KONTEKS KRITIK SOSIAL-POLITIK SELAMA MASA ORDE BARU-ERA REFORMASI DALAM IBLIS TIDAK PERNAH MATI KARYA SEND GUMIRA AJIDARMA.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Iblis Tidak Pernah Mati (ITPM) adalah kumpulan cerpen yang terdiri atas lima belas cerpen karya Seno Gumita Ajidarma, yang diterbitkan pada tahun 1999 oleh Galang Press. Salah satu pertimbangan peneliti memilih kumpulan cerpen ITPM sebagai objek penelitian karena struktur dan makna teks ITPM mampu menyadarkan dan mengingatkan pembaca untuk selalu memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dalam menjalani kehidupan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan struktur dan makna tanda-¬tanda dalam teks ITPM, dalam kaitannya dengan konteks kritik sosial-politik terhadap pemerintahan Orde Baru hingga tergantikan dengan Era Reformasi. Oleh karena itu, peneliti memanfaatkan teori struktural – semiotik, yang menegaskan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur (sistem) tanda-tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan (mempelajari) tanda-tanda dan konvensi tanda yang ada, maka tidak akan didapatkan makna totalitas sebuah karya sastra. Dengan melakukan analisis struktural – semiotik terhadap teks ITPM, diharapkan dapat menjawab dua pertanyaan mendasar tentang struktur cerpen dan makna tanda-tanda yang terdapat dalam teks ITPM.
Melalui analisis struktur teks ITPM, didapatkan sebuah makna yang menegaskan bahwa berbagai peristiwa (realitas) yang terjadi di masyarakat, dapat memberi pengaruh kepada pengarang dalam penciptaan sebuah karya sastra . Teks ITPM yang menjadi objek penelitian ini merupakan representasi sebuah karya sastra yang kontekstual, yaitu hasil refleksi seorang pengarang (baca : Seno) terhadap realitas faktual (fakta-fakta kemanusiaan) yang terjadi di masyarakat.
Melalui analisis semiotik dengan dua teknik pembacaan, yaitu pembacaan heuristik clan pembacaan hermeneutik, didapatkan sebuah makna antara lain : pertama bahwa karya sastra merupakan hasil penciptaan (imajinasi) pengarang yang tidak dapat lepas dari faktor sosial-budaya (faktor lingkungan) yang melatarbelakanginya. Kedua, bahwa karya sastra dapat menjadi persaksian peristiwa di setiap jamannya, baik itu berupa peristiwa sejarah maupun penggambaran realitas kehidupan manusia (fakta kemanusiaan). Dimana kedua hal tersebut, dapat menjadikan karya sastra sebagai ruang refleksi bagi pembaca atau penikmat sastra untuk mengarahkan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik.
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah adanya penyajian realitas kehidupan manusia, dalam hal ini berupa gambaran pola tingkah laku (perilaku) manusia dalam konteks kritik sosial – politik pada pemerintahan. Orde Baru hingga tergantikan dengan Era Reformasi. Kemudian melalui penggambaran perilaku manusia yang berada pada situasi sosial – politik selama pemerintahan Orde Baru hingga tergantikan dengan Era Reformasi, peneliti memperoleh sebuah pemaknaan tentang fakta-fakta kemanusiaan dalam teks ITPM. Representasi fakta-fakta kemanusiaan dalam teks ITPM menghadirkan suatu pesan moral yang didapatkan pembaca atau peneliti sastra, terutama tentang pentingnya menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dalam menjalani kehidupan ini.
Actions (login required)
|
View Item |