ENDANG JOEWARINI
(2004)
PENDEKATAN MORFOLOGIK POLA JARINGAN DAN MORFOFUNGSI SEL TROFOBLAS PADA MOLA HIDATIDOSA: Usaha Peningkatan Ketepatan Diagnosis Mola Hidatidosa.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Full text not available from this repository.
Abstract
Mola Hidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestasional sebagai akibat dari suatu kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Walaupun penyakit ini sudah cukup lama dikenal, namun sampai sekarang penyakit ini masih tetap aktual, karena masih banyak hal-hal yang belum jelas. Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan angka kejadian yang berbeda-beda. Penyakit ini lebih banyak ditemukan di negara-negara Asia dan Amerika Latin. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada golongan sosio ekonomi rendah. Di Indonesia menurut laporan beberapa penulis dari berbagai daerah menunjukkan angka kejadian yang berbeda-beda. Angka kejadian Mola Hidatidosa di Indonesia berkisar antara 1 : 51 sampai 1 : 141 kehamilan. Di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya antara tahun 1960 sampai 1964 diperoleh angka kejadian 1 : 96 persalinan, antara tahun 1970 sampai 1974 angka kejadian Mola Hidatidosa 1 : 55 kejadian persalinan (Suande Duarsa, 1978). Dari data tersebut diatas, nampak adanya kenaikan angka kejadian Mola Hidatidosa di Surabaya dan sekitarnya. Sedangkan di negara barat angka kejadian ini lebih rendah dari pada negara-negara Asia dan Amerika Latin, misalnya Amerika Serikan 1 : 1450 kehamilan (Hertig Sheldon, 1978) dan di Inggris 1 : 1500 (Womack Elston, 1985). Berdasarkan pemeriksaan morfologi, penyakit ini tergolong dalam neoplasma jinak. Akan tetapi dalam perjalanan penyakitnya dapat berkembang menjadi neoplasma ganas yang disebut Korio Karsinoma. Dalam menentukan grading histopatologik Mola Hidatidosa yang dibagi dalam 3 grade, yaitu grade 1, grade 2 dan grade 3, sangat dipengaruhi oleh faktor subyektivitas dan pengalaman pemeriksa, sehingga ketepatan dalam membuat diagnosa Mola Hidatidosa bergantung pada pengalaman pemeriksa dan tentunya akan menimbulkan bias dalam membuat diagnosa Mola Hidatidosa. Pada penelitian ini selain pemeriksaan morfologik dilakukan juga pemeriksaan morfofungsi sel dalam upaya mengurangi faktor subyektivitas pemeriksa. Pemeriksaan morfofungsi sel yang dikerjakan adalah : pemeriksaan indeks DNA (Ploidi), skor AgNOR, p-53 dan ekspresi HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Penelitian ini mencakup 89 kasus Mola Hidatidosa complete (Clasic Mole). Pada pemeriksaan morfologik berdasarkan kriteria dari Driscoll S. (1975), terbanyak didapatkan kelompok histopatologi grade 1 : 76,16% sedangkan grade 2 : 21,35% dan grade 3 : 4,49$. Penelitian ini bertujuan mencari cara untuk menentukan grading Mola Hidatidosa, sehingga dalam menentukan grading histopatologik Mola Hidatidosa tidak dipengaruhi oleh faktor subyektivitas maupun pengalaman pemeriksa, dalam hal ini ahli patologik. Sampel penelitian adalah kasus-kasus Mola Hidatidosa di Rumah Sakit Dr. Soetomo, jumlah sampel 89 kasus dengan rentang usia 17 - 36 tahun. Metode penelitian dengan cara observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mencari hubungan antara variabel-variabel proliferasi sel trofoblas dengan grading histopatologik Mola Hidatidosa, dengan variabel terkendali adalah 3 grading histopatologik dan variabel bebas adalah : indeks DNA (Ploidi), skor AgNOR, p-53 dan ekspresi HCG (Human Choirionic Gonadotropin). Dengan tujuan mencari variabel yang mempunyai korelasi yang positif antara variabel terkendali dan variabel bebas. Tehnik analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah analisa varians, analisa diskriminan dan Chi square dengan tingkat kemaknaan bila p < 0,05. Hasil penelitian adalah bahwa ada korelasi yang positip antara variabel terkendali dengan variabel babas sehingga variabel tersebut dapat dipakai untuk menentukan grading histopatologik. Kesimpulan: Pemeriksaan p-53, indeks DNA dan AgNOR dapat dipakai untuk Menentukan grading histopatologik Mola Hidatidosa dan pemeriksaan AgNOR merupakan pilihan utama.
Actions (login required)
|
View Item |