NANCY MARGARITA REHATTA
(2005)
PENGARUH PENDEKATAN PSIKOLOGIS PRABEDAH TERHADAP TOLERANSI NYERI DAN RESPON KETAHANAN IMUNOLOGIK PASCABEDAH.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Full text not available from this repository.
Abstract
Pengetahuan tentang nyeri dan penanggulangannya telah berkembang pesat, tetapi nyeri masih merupakan masalah pada sebagian besar pasien pascabedah. Selain penderitaan karena rasa nyeri, komplikasi pascabedah yang berhubungan dengan nyeri akut mencapai 25%, terutama yang berhubungan dengan infeksi paru. Telah diketahui pula nyeri mempunyai dua komponen yaitu komponen sensoris dan komponen afeksi. Sampai saat ini pengelolaan nyeri pascabedah terutama ditujukan pada komponen sensoris saja, walaupun dari berbagai pengamatan klinik telah dilaporkan besarnya pengaruh pendekatan psikologis terhadap rasa nyeri maupun proses penyembuhan. Penelitian ini bertujuan membuktikan dan mengkaji reaksi biologis yang mendasari pengaruh pendekatan psikologis terhadap nyeri dan ketahanan imunologik. Dengan mengetahui mekanisme pengaruh pendekatan psikologis terhadap rasa nyeri, diharapkan dapat dilakukan pengelolaan nyeri yang lebih baik dan terarah. Peneliti memakai konsep nyeri sebagai stresor psikis dan pemberian pendekatan psikologis adalah untuk membantu mekanisme coping terhadap stres yaitu dengan modulasi kognitif . Selanjutnya dengan pendekatan psikoneuroimunologi hubungan nyeri, reaksi stres yaitu reaksi neuro endokrin dan respon ketahanan imunologik ingin di ungkapkan. Dilakukan uji klinik intervensional dengan rancangan penelitian randomized control group pre post test design. Subyek penelitian adalah pasien laki, dengan patah tulang paha tertutup yang akan mengalami pembedahan di RSUD Dr Soetomo. Subyek didapatkan dengan cara concecutive sampling sampai jumlah minimal sampel sebanyak 20 orang terpenuhi. Setelah memenuhi criteria inklusi dan menandatangani informed consent, dilakukan uji saring dengan MMPI. Yang lolos dibagi secara random menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Pada kelompok perlakuan, pendekatan psikologi di mulai sejak dua hari prabedah. Pemeriksaan variabel kendali yaitu RBC, WBC, Hct, SGOT, SGPT, total protein dan serum kreatinine serta variabel tergantung yaitu sel PMN, monosit, limfosit T4, T8, imunoglobulin, demikian juga kortisol dan beta endorphin dilakukan pra dan pascabedah. Pengaruh pendekatan psikologis terhadap toleransi nyeri dinilai berdasarkan penggunaan merlin pascabedah dengan menggunakan alat PCA. Makin sedikit penggunaan morfin berarti makin besar toleransi nyeri. Respon neuroendokrin diwakili oleh kortisol dan beta endorfin plasma yang menunjukan reaksi terhadap nyeri sebagai stresor psikis; sedangkan respon ketahanan imunologik dinilai dari perubahan komponen non spesifik yaitu PMN, monosit maupun adaptif seperti limfosit T4, T8 dan imunoglobulin. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan psikologis meningkatkan toleransi nyeri secara bermakna (p= 0,01) dan mengurangi respon neuroendokrin beta endorfin secara bermakna (p=0,0l) serta menyebabkan respon imunologik yang positip pasca bedah yaitu peningkatan PMN, rasio T4/T8 dan sekresi immunoglobulin dibanding kontrol. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa konsep nyeri pascabedah merupakan stresor psikis, sehingga pendekatan psikologis seyogjanya menjadi bagian dari pengendalian nyeri pascabedah selain pengelolaan komponen sensoris. Nyeri merupakan necessary cause dalam hubungannya dengan komplikasi infeksi pascabedah, karena sebagai stresor psikis nyeri dapat berpengaruh buruk terhadap sistim imun. Dalam penelitian ini, pendekatan psikologis dapat meredam reaksi stres nyeri, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap respon ketahanan imunologik.
Actions (login required)
|
View Item |