EFEK DEKSAMETASON TERHADAP EKSPRESI RESEPTORPROGESTERON A DAN ABORTUS PADA PERTENGAHAN KEBUNTINGAN DOMBA

PAUL S. POLI, 090315216 D (2007) EFEK DEKSAMETASON TERHADAP EKSPRESI RESEPTORPROGESTERON A DAN ABORTUS PADA PERTENGAHAN KEBUNTINGAN DOMBA. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (Abstrak)
gdlhub-gdl-s3-2008-polipauls-7392-disk05-8.pdf

Download (555kB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s3-2008-polipauls-7392-disk05-8.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Kontraksi otot polos uterus dibutuhkan pada akhir kehamilan dan atau selama persalinan dalam upaya mendorong fetus keluar dari uterus. Selama kehamilan, hormon progesteron memelihara relaksasi uterus. Penghentian fungsi progesteron adalah penting ketika persalinan tiba. Fungsi hormon progesteron segera digantikan oleh fungsi hormon estrogen untuk kontraksi uterus pada kebanyakan spesies mamalia. Namun, pada manusia mekanisme penghentian fungsi progesteron tidak jelas, oleh karena kadar progesteron tidak menurun sebelum dan selama persalinan. Masalah timbul bila kontraksi itu tiba lebih dini pada masa awal atau pertengahan kehamilan, bisa terjadi abortus atau persalinan prematurus. Oleh sebab tersebut, perlu pemahaman tentang aksi progesteron selama kehamilan dan estrogen pada persalinan, yang dapat memberikan dasar teoritis untuk mengembangkan prediksi dan prevensi persalinan prematurus. Telah diketahui beberapa faktor penyebab persalinan prematurus, antara lain : preeklampsi, infeksi, ketuban pecah dini, dan juga kondisi sosioekonomi masyarakat yang rendah Selanjutnya, persalinan prematurus masih menjadi sebab utama kematian neonatus. Sementara laju morbiditas pada bayi prematurus memberi dampak ekonomi pada biaya perawatan. Sesudah persalinan prematurus, terdapat peningkatan kasus-kasus kelumpuhan, retardasi mental, cerebral palsy, kelainan paru dan usus, kehilangan pendengaran dan penglihatan pada neonatus. Faktor lain yang juga mempunyai andil dalam persalinan prematurus adalah faktor idiopatik, faktor ini menempati 50% dari semua penyebab. Insidens persalinan prematurus tidak berubah selama masa 40 tahun terakhir. Termasuk di dalam faktor idiopatik adalah faktor stres pada ibu hamil. Untuk membuktikan stres sebagai faktor penyebab abortus atau persalinan prematurus, dipakai suntikan deksametason sebagai stresor dengan model domba bunting pada pertengahan kebuntingan. Mekanisme kerja hormon progesteron dan estrogen diperoleh melalui mediasi reseptor progesteron dan reseptor estrogen. Pertanyaan penelitian, apakah benar deksametason menginduksi ekspresi reseptor progesteron khususnya reseptor progesteron A (RPA) dan reseptor estrogen a (REa), tetapi menghambat reseptor progesteron B (RPB) sehingga terjadi kontraksi uterus dan selanjutnya abortus. Disebabkan oleh keterbatasan etik, penggunaan model domba dapat membantu memberi pemahaman tentang persalinan pada manusia. Alasannya, baik manusia maupun domba mempunyai kesamaan yaitu akan mengalami pengaktifan sumbu hypotalamic-pituitary-adrenal (HPA) pada akhir kehamilan yang akan menyebabkan peningkatan produksi kortisol. Bedanya, pada domba, sel-sel tropoblast menghasilkan ensim P450c17 yang dapat mengubah pregnenolone menjadi estrogen. Itulah sebabnya terjadi penurunan kadar progesteron, sebaliknya peningkatan kadar estrogen. Sementara pada placenta manusia tidak dihasilkan ensim P450c17, sehingga kadar progesteron dan estrogen tetap tinggi pada akhir kehamilan. Tujuan penelitian ini hadala menguji hipotesis bahwa deksametason menginduksi ekspresi RPA dan RE , tetapi menekan ekspresi RPB sehingga terjadi abortus pada pertengahan kebuntingan domba. Metode penelitian ini adalah randomized pretestposttest control group design. Dimana domba bunting dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan masing-masing 7 ekor. Kelompok perlakuan dibagi dua kelompok untuk menerima suntikan deksametason dosis rendah dan tinggi. Plasma darah induk diambil sebelum perlakuan untuk pemeriksaan I7 -estradiol, progesteron, kortisol, dan prostaglandin F2 . Demikan juga sesudah perlakuan, darah induk diambil dua kali sehari, kecuali jika terjadi abortus, induk dikorbankan dengan cara disembelih dan diambil jaringan uterus untuk pemeriksaan imunohistokimia. Hormon-hormon tersebut diperiksa dengan metode radioimmunoassay (RIA). Ekspresi reseptor progesteron A, reseptor progesteron B, dan reseptor estrogen a diperiksa dengan metode imunohistokimia. Hasilnya adalah: ada ekspresi RPA secara bermakna (p<0,05) dengan mean ± SD (34,7143 ± 14,6483/lapangan pandang) dan RE (p<0,05) dengan mean ± SD (12,8571 ± 16,8862/lapangan pandang) juga bermakna pada suntikan deksametason dibandingkan kelompok kontrol dalam stroma uterus. Ekspresi RPB mengalami penurunan, tidak ada beda bermakna diantara kelompok perlakuan suntikan deksametason dan kelompok kontrol (p>0,05) dengan mean ± SD (23,5714 ± 20,5090/lapangan pandang). Kadar hormon : kortisol mengalami penurunan pada hari kedua, tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) dengan mean ± SD (0,3643 ± 0.4082 µg/dl), disebabkan oleh mekanisme umpan balik pada kortisol. Kadar 1713-estradiol tidak ada beda bermakna (p>0,05) mean ± SD (13,470 ± 5,220 pg/ml), progesteron tidak ada beda bermakna (p>0,05) dengan mean ± SD (9,0571 ± 9,8887 µg /ml), dan prostaglandin F2 pada hari kedua diantara kelompok ada beda bermakna (p<0,05) dengan mean ± SD (43,8571 ± 27,0212 µg/dl), hal tersebut bisa disebabkan oleh efek parakrin dalam unit fetoplasenta Abortus: delapan dari empat belas ekor domba bunting mengalami abortus pada hari ketiga, meskipun tidak ada beda bermakna (p>0,05). Kesimpulan: hipotesis penelitian dapat diterima, yaitu suntikan deksametason menginduksi ekspresi RPA, selanjutnya RPA menekan ekspresi RPB tetapi menginduksi ekspresi RE , dan menyebabkan abortus pada domba bunting pada pertengahan kebuntingan.

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKA KK Dis K 05/08 Pol e FILE ABSTRAK TIDAK TERSEDIA
Uncontrolled Keywords: dexamethasone, progesterone receptor A, progesterone receptor B, estrogen receptor- , cortisol, progesterone
Subjects: R Medicine
R Medicine > RG Gynecology and obstetrics
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran
Creators:
CreatorsNIM
PAUL S. POLI, 090315216 DUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorMartin Setiabudi, Prof., dr., Ph.DUNSPECIFIED
Thesis advisorLaba Mahaputra, Prof. Dr., drh., M.ScUNSPECIFIED
Depositing User: Nn Husnul Khotimah
Date Deposited: 06 Oct 2016 00:40
Last Modified: 11 Jun 2017 19:41
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/31875
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item