ACHMAD ZAINULLAH
(2005)
PERUBAHAN RESPONS PSIKONEUROIMUNOLOGIS PADA PELAKSANA PUASA RAMADAN : Studi Kasus Di Pesantren Hidayatullah Surabaya Dengan Pendekatan Psikoneuroimunologi.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Puasa Ramadan dilaksanakan setiap tahun, yang diperintahkan bagi orang beriman agar bertakwa. Puasa yang dilandasi dengan iman akan mendatangkan ketenangan (QS. 13; 28). Puasa dapat menyehatkan (Hadist Thabrani). Puasa Ramadan sangat aman untuk orang dewasa sehat (Nagra, 1998). Namun dalam kenyataan terdapat pelaksana puasa Ramadan (PPR) yang menunjukkan keberhasilan, sementara sebagian lain mengalami sakit. Hal ini menunjukkan heterogenitas persepsi PPR terhadap puasa Ramadan, sehingga mengakibatkan respons yang beragam. Fakta tersebut belum dapat dijelaskan dan masih merupakan masalah penelitian ini. Tujuan penelitian ini ialah untuk menjelaskan perubahan respons psikoneuroimunologis PPR selama berpuasa Ramadan. Untuk memenuhi tujuan tersebut penelitian ini menggunakan paradigma psikoneuroimunologi dengan jenis penelitian observasional analitik. Sampel 13 orang yang merupakan total population diambil dari mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Lukman al Hakim Pesantren Hidayatullah Surabaya pada bulan Ramadan tahun 2003, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel penelitian ini adalah perubahan respons psikoneuroimunologis (imunitas) yang diwakili neutrofil, limfosit, monosit, IgG Berta kortisol. Dosis berpuasa Ramadan adalah berpuasa siang hari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari, dilaksanakan setiap hari selama 26 hari. Selama berpuasa mengerjakan salat tarawih dan mengkaji al-Quran 1-2 kali setiap hari. Variabel kendali: waktu bersahur, makan di pondok pesantren, aktivitas bepergian hanya dalam kota. Pengambilan unit analisis darah dilakukan secara bertahap, dan dilakukan setiap jam 07.00-09.00 WIB pada setiap tahap. Pengambilan pertama dilakukan 3 minggu sebelum responden melaksanakan pnaca. Pengambilan kedua dilakukan setelah responden berpuasa 5 had. Pengambilan ketiga dilakukan setelah responden berpuasa 16 hari. Pengambilan keempat dilakukan setelah responden berpuasa 26 hari, hari terakhir responden berada di pesantren. Hasil uji beda respons psikoneuroimunologis sebelum berpuasa dengan tahap pertama 5 hari puasa, menunjukkan terdapat peningkatan bermakna pada kadar kortisol, kadar IgG, jumlah monosit dan penurunan jumlah neutrofil (p<0,05). peningkatan kortisol dalam rentang fisiologis diduga memicu peningkatan IgG, menstimulasi pemicuan proliferasi monosit, sedangkan pada neutrofil menyebabkan hambatan proliferasi, karena neutrofil lebih peka terhadap peningkatan kadar kortisol. Hasil uji beda respons psikoneuroimunologis sebelum berpuasa dengan tahap berpuasa 16 hari, menunjukkan terdapat peningkatan bermakna pada kadar kortisol, jumlah neutrofil dan jumlah monosit, penurunan bermakna kadar IgG (p<0,05). Pada tahap berpuasa tersebut diduga terjadi perubahan predominasi sel Th kearah kearah Th-1, sehingga meningkatkan produksi IL-2 dan dan terjadi penurunan produksi IL-4, sehingga mendorong penurunan kadar IgG, juga dapat disebabkan penekanan secara selektif sel B yang tidak efisien dalam memproduksi IgG oleh kortisol menurun. Peningkatan jumlah neutrofil pada kadar kortisol tersebut, disebabkan pada kondisi tersebut kortisol sudah cukup untuk memicu proliferasi neutrofil dan monosit. Hasil uji beda respons psikoneuroimunologis sebelum berpuasa dengan tahap berpuasa 26 hari, menunjukkan terdapat peningkatan bermakna pada kadar kortisol, jumlah neutrofil, jumlah limfosit, jumlah monosit dan penurunan bermakna kadar IgG (p<0,05). Semua perubahan variabel tersebut berada dalam rentang fisiologis. Pada tahap berpuasa 26 hari juga diduga terjadi perubahan predominasi sel Th kearah kearah Th-1, yang selanjutnya mendorong penurunan kadar IgG. Peningkatan limfosit dapat terjadi melalui peningkatan proliferasi limfosit karena peningkatan induksi ekspresi IL-2Ra. Diduga hal demikian juga terjadi pada monosit dan neutrofil. Peningkatan kortisol tersebut juga menurunkan migrasi dan meningkatkan jumlah neutrofil disirkulasi serta menghambat apoptosis. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: pertama; respons psikoneuroimunologis selama berpuasa menunjukkan hasil yang variatif dan pada umumnya dalam rentang fisiologis. Kedua; pada tahap berpuasa 5 hari terjadi perubahan respons psikoneuroimunologis yang dicerminkan peningkatan kadar kortisol, kadar IgG, jumlah monosit dan penurunan neutrofil. Pada tahap berpuasa 16 hari terjadi peningkatan kadar kortisol jumlah neutrofil dan jumlah monosit, serta penurunan kadar IgG. Pada tahap berpuasa 26 hari terjadi peningkatan kadar kortisol, jumlah neutrofil, jumlah limfosit dan monosit serta penurunan IgG. Respons psikoneuroimunologis PPR selama berpuasa tersebut sudah mencapai tahap adaptasi. Ketiga; perubahan respons psikoneuroimunologis PPR terjadi karena perubahan irama sirkardian dan perubahan irama sirkardian tersebut secara umum tidak berdampak patologis.
Actions (login required)
|
View Item |