KAJIAN BIOLOGI MOLEKULER PADA KERUSAKAN SEL HATI SEBAGAI AKIBAT PROSES AKSIDATIF BIOTRANSFORMASI AFB1 : Suatu eksperimental mutni laboratorium pada tikus putih (Rattus norvegicus)

YANWIRASTI, 099913645 D (2004) KAJIAN BIOLOGI MOLEKULER PADA KERUSAKAN SEL HATI SEBAGAI AKIBAT PROSES AKSIDATIF BIOTRANSFORMASI AFB1 : Suatu eksperimental mutni laboratorium pada tikus putih (Rattus norvegicus). Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s3-2007-yanwirasti-5253-disk13-k.pdf

Download (586kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s3-2007-yanwirasti-5253-disk13-5.pdf

Download (2MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Aflatoksin B1 merupakan hasil metabolit yang dihasilkan oleh Aspergillus Flavus, suatu kapang yang Bering terdapat pada bahan makanan yang disimpan tidak menurut higiene kesehatan. Aflatoksin B: telah terbukti sebagai zat atau bahan hepatotoksik yang kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan sel hati mulai dan yang ringan sampai kanker hati. Di dalam hati, Aflatoksin B1 mengalami biotransfonnasi menjadi berbagai-bagai metabolit dengan katalisator sitokrom P-450 Sebagai efek samping biotransformasi AFB1 oleh sitokrom P-450 ini akan dihasilkan produk-produk senvawa oksigen reaktif yang akan merusak sel hati melalui proses oksidatif. Dalam keadaan normal tanpa induksi pembentukan senvawa oksigen reaktif, pembentukan senvawa oksigen reaktif akan diredam oleh anti oksidan tubuh, tetapi bila induksi terus berlanjut, maka akan timbul suatu keadaan yang disebut stres oksidatif yang akan menimbulkan kerusakan oksidatif. Di dalam tubuh senvawa oksigen reaktif akan menimbulkan kerusakan pada tiga jenis senvawa yang penting untuk mempertahankan integritas sel yaitu : lipid, protein dan DNA. Kerusakan oksidatif lipid akan menimbulkan peroksidasi lipid pads membran sel yang menyebabkan sel kehilangan integritas yang ditandai oleh meningkatnva peroksida lipid seperti MDA. Kerusakan oksidatif DNA akan menyebabkan teraktivasinva gen p53 yang akan mengaktifkan gen down stream, sehingga dapat menghambat pertumbuhan sel dan memicu terjadinya apoptosis. Bila induksi terus berlanjut, maka akan teriadi kerusakan dan perubahan sel yang ditandai dengan terjadinya displasia yang dapat berlanjut terus menjadi pertumbuhan sel kanker. Walaupun para peneliti telah mendapatkan berbagai kerusakan sel hati akibat pemaparan Aflatoksin B1. tetapi kajian mengenai perubahan biologi molekuler pada kerusakan sel hati sebagai akibat proses oksidatif biotransformasi AFB1 menurut lama pemberian dan dosis yang berbeda dari Aflatoksin B1 masih belum ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perubahan biologi molekuler kerusakan sel hati tikus putih akibat proses oksidatif pada biotransformasi AFB1 menurut lama dan kadar pemberian. Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan faktorial, karena mempergunakan 3 faktor lama pemberian dan 4 faktor dosis pemberian. Dalam penelitian ini digunakan 96 ekor tikus putih jantan (Rattus Aorvegicus Strain Wistar) yang berumur ± 2 bulan dengan berat badan + 180-200 g, yang dibagi atas 12 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 8 ekor tikus yang masing-masing kelompok diberikan Aflatoksin B; secara oral dengan dosis 0 µg, 10 µg, 15 µg dan 20 µg yang dilarutkan dengan 0,2 ml propilen glikol setiap hari selama 12 minggu, 16 minggu dan 20 minggu. Pada akhir percobaan, masing¬masing tikus dikorbankan dan diperiksa kadar enzim superoksid dismutase jaringan hati dengan metode Wong (1989), enzim katalase jaringan hati tikus dengan metode Sinha (1972), malonaldehide jaringan hati dengan metode Uchivama and Mihara (1978), kerusakan sel hati dengan sayatan histologi yang diwarnai dengan hematoksilin eosin. ekspresi protein p53 dengan pemeriksaan imunohistokimia. sel hati yang mengalami apoptosis dengan metode Tunnel Assay serta sel hati yang mengalami displasia atau pertumbuhan sel hati yang tak terkendali dengan sayatan histologi yang diwarnai dengan hematoksilin eosin. Hasil penelitian dianalisis dengan ANAVA dan kalau ada perbedaan dilanjutkan dengan Tukev HSD. Analisis hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) ada perbedaan yang bermakna antara lama pemberian Aflatoksin B1, 12 minggu dengan 20 minggu dengan dosis 10 µg dan 20 µg terhadap penurunan aktivitas enzim SOD dan enzim katalase jaringan hati, peningkatan kadar malonaldehid jaringan hati dan kerusakan sel hati serta displasia sel hati. 2) makin lama pemberian dan makin tinggi dosis Aflatoksin BI akan semakin menurunkan aktivitas enzim SOD jaringan hati dan enzim katalase jaringan hati, serta akan semakin meningkatkan kadar MDA jaringan hati, kerusakan sel hati, serta displasia sel hati, dimana displasia baru terjadi pada pemberian AFB, 15 µg selama 16 minggu. 3) tidak ada perbedaan bermakna antara dosis 10 µg Aflatoksin B1 dengan dosis 15 µg atau dosis 15 µg dengan dosis 20 µg dan lama pemberian Aflatoksin Bl selama 12 minggu dengan 16 minggu atau 16 minggu dengan 20 minggu terhadap penurunan aktivitas enzim SOD dan katalase jaringan hati serta peningkatan kadar malonaldehid jaringan hati serta displasia sel hati. 4) tidak ada perbedaan bermakna antara lama pemberian dan dosis Aflatoksin B1 terhadap sel hati yang mengalami apoptosis, bahkan tidak terdapat ekspresi protein p53 pada setiap lama pemberian dan dosis pemberian. 5) hasil interaksi dosis dan lama pemberian menunjukkan bahwa pemberian Aflatoksin B1 selama 20 minggu dengan dosis 20 µg akan menyebabkan kerusakan sel hati yang sangat tinggi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Aflatoksin B1 menimbulkan kerusakan sel hati melalui proses oksidatif yang terjadi akibat produk-produk senyawa oksigen reaktif yang dihasilkan biotransformasi Aflatoksin B1 oleh sitokrom P-450. Semakin lama pembenan dan semakin tinggi dosis Aflatoksin B1 yang diberikan akan semakin meningkatkan kerusakan sel hati yang meliputi degenerasi bengkak keruh, degenerasi lemak dan displasia serta menurunkan aktivitas enzim SOD dan katalase serta meningkatkan kadar MDA.

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKA KK Dis K 13/05 Yan k
Uncontrolled Keywords: Aflatoxin B1, liver cell damage. oxidative process, AFB, biotranformation.
Subjects: R Medicine > R Medicine (General) > R856-857 Biomedical engineering. Electronics. Instrumentation
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran
Creators:
CreatorsNIM
YANWIRASTI, 099913645 DUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorH. Ari Gunawan, Prof., dr., MS., Ph.DUNSPECIFIED
Thesis advisorHj. Juliati Hood A., Prof. Dr., dr., MS., SpPA.FIACUNSPECIFIED
Thesis advisorSoetjipto, Prof., dr., MS., Ph.DUNSPECIFIED
Depositing User: Nn Husnul Khotimah
Date Deposited: 27 Sep 2016 06:40
Last Modified: 12 Jun 2017 17:35
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/31928
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item