ISNINDIAH KOERNIATI, 099913630 D
(2004)
MUTILASI GIGI ANTERIOR DENGAN TERJADINYA ATRISI GIGI POSTERIOR : Suatu studi antropologi kesehatan pada suku Mentawai di pulau Siberut.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Suku Mentawai yang berada di pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Propinsi Sumatera Barat mempunyai kebiasaan melakukan mutilasi gigi anterior yang dilakukan pada laki-laki dan perempuan pads usia sebelum akil baliq. Seseorang untuk melakukan tindakan mutilasi gigi anterior akan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor pendorong. Faktor predisposisi terdiri dari : mobilitas suku Mentawai, pengetahuan mutilasi gigi, nilai, kepercayaan, sikap dan tradisi. Faktor pemungkin terdiri dari: peranan si Kerei dan adanya ketergantungan pada ramuan tradisional. Faktor pendorong terdiri dari : suami / isteri, orang tua, mertua, peer group, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap alasan, manfaat dan akibat mutilasi gigi anterior serta tanaman berkhasiat obat untuk mengobati penyakit gigi, untuk identifikasi status kesehatan gigi suku Mentawai dengan mutilasi gigi anterior dan tanpa mutilasi gigi anterior menurut kelompok umur dan seks; mempelajari aspek sosial budaya mutilasi giip anterior pads suku Mentawai; membuktikan hubungan antara mutilasi gigi anterior dengan atrisi gigi posterior dan membuktikan hubungan pola makan dengan atrisi gigi posterior. Dan 179 responden ditemukan 96 mutilasi (laki-laki 31,84 % dan perempuan 21,79 %), 83 tidak mutilasi (laki-laki 26,26 % dan perempuan 20,11 %). Meskipun mutilasi gigi adalah tindakan yang merusak jaringan gigi, yang apabila dipandang dari ilmu kesehatan gigi adalah men glean, tetapi bagi masyarakat suku Mentawai tindakan ini dilakukan secara suka vela, tidak ada paksaan, semata karma mutilasi gigi adalah suatu adat budaya mereka yang harus dilakukan tanpa sangsi apapun bila tidak melakukannya. Orang yang tidak dimutilasi giginya adalah sarereu (bukan orang Mentawai) dan mereka tidak mau dianggap ini. Mereka juga menganggap bahwa dengan dimutilasi giginya, mereka akan tampak lebih cantik, lebih tampan dan merupakan sarana cari jodoh supaya dilirik lawan jenis. Hal ini berkaitan dengan sejarah terjadinya mutilasi gigi yang diceriterakan oleh seorang informan. Alasan mereka yang lain adalah supaya giginya mempunyai fungsi seperti gigi binatang buas untuk makan. Seining perjalanan waktu, budaya Iuar yang tidak melakukan mutilasi gigi masuk ke pedalaman Sibemt, atau karena mobilitas mereka ke luar daerah yang berbudaya lain dan tidak melakukan mutilasi gigi, maka adat mutilasi gigi ini semakin ditinggalkan. Alasan mereka yang sekarang tidak melakukan mutilasi gigi diantaranya adalah karena sakit dan orang lain yang tidak dimutilasi giginya juga tidak ada akibat apapun_ Tidak dimutilasi jugs bisa mendapat jodoh, kata mereka. Tindakan mutilasi gigi anterior dengan membuat gigi menjadi rune ing sehingga permukaan gigi anterior lebih kecil dari sebelumnya akan menyebabkan pergeseran makanan ke posterior, sehingga beban pengunyahan di posterior menjadi lebih berat. Beban yang berat dan terjadi berulang dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya atrisi gigi posterior. Jumlah responden dengan mutilasi gigi anterior yang mengalami atrisi gigi posterior 53,07 % dan tanpa atrisi gigi posterior 0,56 %. Responden tanpa mutilasi gigi anterior yang mengalami atrisi gigi posterior 27,93 % dan tanpa atrisi gigi posterior 18,44 %. Tindakan mutilasi gigi anterior dengan kejadian atrisi gigi posterior mempunyai hubungan yang signifikan. Pada kejadian setelah mutilasi gigi anterior kadang timbul rasa ngilu atau saint. Mereka mengatasinya dengan menggigit tairok (Minang: pisang batu, Jawa: pisang kepok, Latin: musa acuminata) yang belum masak selama beberapa jam sampai satu barn. Suku Mentawai juga menggunakan tanaman berkhasiat obat untuk mengobati penyakit gigi, yaitu : hag hag toroi (Merremia peltata (L) Merr., taheileiki (Pleomelle elliprica), hulukanikonan (Hedychium comnarium Linn.), ailelepet merah (Craptophyllum prctum), ailelepet hijau (Craptophyllum pictum). Untuk mengobati gigi, mereka menumbuk daun darn tanaman tersebut dan menempelkannya pada gigi yang saint. Makanan pokok suku Mentawai yang utama adalah sagu (metroxylon sagus). Cara memasak sagu yaitu, tepung sagu dimasukkan dalam bambu atau dibungkus daun sagu, kemudian dibakar dengan kayu bakar. Sagu di dalam dawn sagu setelah masak mempunyai konsistensi kasar dan keras, sedangkan yang dibambu lebih lunak.Dari penuturan responden, sagu yang dibungkus dawn sagu lebih mereka senangi (64,25 %) dan pads yang dimasukkan bambu (25,70 %), sedangkan yang menggunakan keduanya ditemw 10,05 %. Mereka makan sagu tiga kaki sehari, pagi, siang dan malam. Lauk sebagai teman makan sagu bisa berupa ikan, tetapi bila tidak punya lank, sagu hanya dimakan berupa sagu bakar saja yang tidak mempunyai rasa apapun kecuah rasa sagu. Makanan yang kasar dan keras dapat menyebabkan atrisi gigi. Darn cara masak sagu yang dibungkus daun sago ditemukan atrisi 53,63 %, di dalam bambu 19,55 % serta campuran keduanya 7,82 %. Cara masak sagu dengan kejadian atrisi gigi tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Kesimpulan yang bisa diambil darn penelitian mi adalah bahwa mutilasi gigi anterior mentpakan adat budaya suku Mentawai yang sudah dilakukan secara tunm temurun. Tanaman berkhasiat obat yang diperiksa secara laboratons dengan skrining fitokimia mengandung zat berkhasiat: flavonoid, minyak atsiri, terpenoid dan steroid. Budaya mutilasi gigi anterior berpengaruh secara signifikan terhadap OHI-S pada kelompok umur 25-35 tahun dan tidak signifikan pads kelompok umur > 35 tahun dan < 25 tahun. Budaya mutilasi gigi anterior berpengaruh secara signifikan terhadap DMF-T pads kelompok umur <25 tahun dan tidak signifikan pads kelompok umur > 35 tahun dan 25 — 35 tahun. Budaya mutilasi gigi anterior tidak berpengaruh secara sigmfikan terhadap CPITN pads semua kelompok umur. Pada suku Mentawai tidak ditemukan kebiasaan membersihkan gigi secara tradisional. Mutilasi gigi anterior berpengaruh secara signifikan terhadap atrisi gigi posterior. Pola makan dan cars pengolahan makanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya atrisi gigi posterior. Disarankan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai beserta jajarannya melakukan penelitian tentang pola makan dan pelatihan cam pengolahan makanan yang lebih bervariasi dengan bahan yang telah tersedia secara melimpah oleh alam di pulau Siberut sehingga kebutuhan zat bergizi lebih bisa dipenuhi dan atrisi gigi bisa dihindari. Pendidikan berpenganih secara signifikan terhadap kejadian mutilasi gigi anterior, sementara itu keadaan fasilitas pendidikan di pedalaman Siberut amat memprihatinkan, maka kepada Pemerintah juga disarankan bisa memberikan pelayanan pendidikan yang merata sampai ke pedalaman sehingga anak-anak usia sekolah bisa mengenyam bangku sekolah, meski yang paling rendah sekalipun. Mengingat sangat bermanfaatnya obat tradisional di pulau Siberut, maka penelitian tentang tanaman berkhasiat obat yang bahannya melimpah di pedalarnan perlu dilanjutkan sehingga bisa ditemukan formula obat tertentu dari pulau Siberut.
Item Type: |
Thesis
(Disertasi)
|
Additional Information: |
KKA KK Dis K 20/05 Koe m |
Uncontrolled Keywords: |
Teeth mutilation, attrition, rough rugged food, OHI-S, DMF-T, CPITN |
Subjects: |
R Medicine > RK Dentistry > RK641-667 Prosthetic dentistry. Prosthodontics |
Divisions: |
09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran |
Creators: |
Creators | NIM |
---|
ISNINDIAH KOERNIATI, 099913630 D | UNSPECIFIED |
|
Contributors: |
Contribution | Name | NIDN / NIDK |
---|
Thesis advisor | Rika Subarniati T, Prof., Dr., Hj., dr., SKM | UNSPECIFIED | Thesis advisor | Kuntoro, Prof., H., dr., MPH., Dr., PH | UNSPECIFIED | Thesis advisor | Soegijanto Adi, Prof., Dr., H., drg., MSc., SpKG | UNSPECIFIED |
|
Depositing User: |
Tn Fariddio Caesar
|
Date Deposited: |
21 Oct 2016 17:03 |
Last Modified: |
13 Jun 2017 23:00 |
URI: |
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/31976 |
Sosial Share: |
|
|
|
Actions (login required)
|
View Item |