ABIJOSO, 099813223 D
(2004)
SEDIAAN TUNGGAL OBAT ANTI TUBERKULOSIS PROGRAM DOTS BERBASIS PILIHAN PENDERITA.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Sampai saat ini tuberkulosis belum berhasil diberantas, bahkan semakin sulit dengan berkembangnya kuman kebal kombinasi obat dan banyaknya penderita HIV/AIDS yang tertular tuberkulosis, walaupun sudah ada obat yang efektif membunuh kuman tuberkulosis terdiri atas kombinasi 4 macam obat dan memerlukan waktu minimal 6 bulan. Salah satu sebab kegagalan program pemberantasan tuberkulosis adalah tingginya angka putus berobat. Kendalanya adalah harus minum banyak tablet yang sebagiannya pahit selama minimal 6 bulan walaupun gratis. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menyediakan obat sederhana yang paling diterima penderita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sediaan obat anti tuberkulosis program Directly Observe Treatment Shortcourse (DOTS) dalam satu sediaan kombinasi tetap (fixed-dose combination) dalam bentuk dan rasa yang paling diterima oleh penderita tuberkulosis, dan tertanggung jawab secara farmasi. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian 3 tahap: 1. Mengetahui sebab putus berobat, menetapkan bentuk dan rasa obat yang paling diterima penderita. Dengan cara menyiapkan kuesioner untuk 100 penderita putus berobat dan 50 penderita yang taat berobat selama minimal 6 bulan. Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa masalah obat merupakan salah satu sebab dari putus berobat (62% responden taat berobat dan 74% penderita putus berobat), sedang bentuk obat yang paling diterima adalah sirup kering dalam bungkus perdosis (62% responden taat berobat dan 82% penderita putus berobat) dengan rasa asal tidak pahit (72% responden taat berobat dan 69% penderita putus berobat). 2. Mempersiapkan Sediaan Tunggal Obat Anti Tuberkulosis (SOT), merupakan obat kombinasi dosis tetap, sesuai program DOTS, sesuai dengan bentuk dan rasa yang paling diterima penderita. Oleh karena World Health Organization (WHO) dan International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases (lUA TLD) menyatakan bahwa pencampuran rifampisin dengan obat anti tuberkulosis lain memerlukan kontrol bioekivalensi berkala dan mahal sehingga membuat sediaan jadi mahal, maka rifampisin dipisah tersendiri supaya SOT tidak mahal dan rumit untuk program pemberantasan tuberkulosis. Dilakukan penelitian stabiliti untuk campuran isoniazid, etambutol dan pirazinamid. Alat yang dipakai pada penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis HP-8452A, spektrofotometer Jasco FT/IR-5300 dan climatic chamber Climacell MMM 111. Stabiliti diteliti dengan metoda accelerated stability test pada suhu 30°C,40°C, dan 70°C. Dari penelitian kedua ini telah dibuktikan bahwa campuran isoniazid, etambutol dan pirazinamid stabil pada suhu 30°C dan 40°C, tetapi tidak stabil pada penyimpanan suhu 70 °c salama 14 hari. Namun pirazinamid tunggal juga tidak stabil pada penjimpanan suhu 70°C salama 14 hari. 3. Penelitian bertujuan membandingkan bioavailabiliti 8 tablet obat anti tuberkulosis program DOTS (Kombipak II) dan 1 saset SOT (crossover experimental study). Dilakukan studi awal terhadap 9 orang sehat masing-masing menelan 8 tablet Kombipak II dan 1 bungkus campuran SOT dengan selang waktu. Dilanjutkan dengan 3 orang sehat masing masing menelan 8 tablet Kombipak 1/ dan 1 formulasi SOT dengan selang waktu wash-out 7 hari. Diukur kadar bahan obat dalam darah berturut-turut mulai 0 sampai 8 jam. Dengan memakai spektrofotometer UV-Vis. Penelitian ketiga menunjukkan bahwa formulasi SOT mempunyai keunggulan tak berbeda dibanding Kombipak 11 dalam masalah: Konsentrasi maksimal dalam darah (Cp maks), kecepatan mencapai konsentrasi maksimal (T maks), dan area di bawah kurva (area under curve, AUC). Kesimpulan dari penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa: Faktor obat merupakan salah satu sebab putus berobat. Sediaan yang paling diterima penderita adalah sediaan tunggal obat anti tuberkulosis (SOT), merupakan kombinasi dosis tetap berupa sirup kering dalam saset perdosis terdiri dari isoniazid, etambutol, pirazinamid dan rifampisin. Secara farmasi SOT setara dibanding 8 tablet Kombipak II. Disarankan untuk segera melakukan penyempurnaan formulasi, uji stabiliti dan bioavailabiliti lebih lanjut, disusul dengan uji klinik, untuk kemudian didaftarkan sebagai hak paten. Dalam bentuk sirup kering dengan rasa tidak pahit, dengan penyesuaian dosis bisa diharapkan menjadi obat pilihan utama pada anak. Dengan pola yang serupa bisa diterapkan untuk pengobatan penyakit yang kronis dan memerlukan obat kombinasi.
Actions (login required)
|
View Item |