TEGUH WAHJU SARDJONO, 099813106 D
(2005)
PENGARUH INFEKSI TOXOPLASMA PADA HASIL KEHAMILAN MELALUI INTERFERON GAMA IFN- CASPASE-3 DAN APOPTOSIS SEL-SEL PLASENTA : PENELITIAN EKSPERIMENTAL LABORATORIS PADA MENCIT BALB/c BUNTING YANG DIINOKULASI DENGAN TAKHIZOIT TOXOPLASMA GONDII GALUR RH.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Toksoplasmosis sering disebut sebagai salah satu penyebab terjadinya kegagalan kehamilan, dengan berbagai jenis manifestasi klinis seperti abortus, lahir prematur, IUGR, lahir mati dan lahir cacat (Kasper and Boothroyd, 1993; Remington, 1995; Denney, 1999). Prevalensi toksoplasmosis secara serologik pada berbagai populasi di dunia termasuk di Indonesia mencapai lebih dari 50% (Partono dan Cross, 1975; Samil, 1988; Decavalas, 1990; Allain, 1998; Jenum, 1998; Sardjono, 2001a), namun apakah toksoplasmosis memang menyebabkan kegagalan kehamilan dan bagaimana mekanisme terjadinya hal tersebut, sampai sekarang masih belum dapat dijelaskan dengan baik.
Telah diketahui bahwa selain status kekebalan hospes, tingkat virulensi parasit penyebab infeksi sangat menentukan manifestasi klinik yang timbul. Berbagai jenis galur Toxoplasma gondii dikenal mempunyai tingkat virulensi yang tinggi, menengah dan rendah (Evans, 1992; Roberts and Alexander, 1992; Darde, 1996; Guo and Johnson, 1996; Jensen, 1998; Dubey, 1999; Kobayashi, 1999). Infeksi patogen intraseluler termasuk Toxoplasma gondii, memicu sekresi berbagai jenis sitokin proinflamasi (Th1) seperti TNFα, IL-12 dan IFNγ. Hal ini bertujuan untuk melawan patogen yang bersangkutan, dan berdampak protektif bagi hospes yang bersangkutan (Hyde, 1990; Kasper and Boothroyd, 1993; Kasper, 1998; Denney, 1999; Abbas, 2000). Tetapi, overproduksi IFNγ akibat infeksi Toxoplasma gondii galur RH, justru menginduksi Fas-dependent apoptosis sel-sel T pada Payer's patch dan plasenta (Liesenfeld, 1997; Bliss, 1999; Denney, 1999; Mordue, 2001), dan menyebabkan rusaknya sel-sel hepar serta kematian mencit (Darde, 1996; Guo and Johnson, 1996; Jensen, 1998).
Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologik di mana konseptus pada hakekatnya merupakan parasit atau "semi-allograft". Secara imunologik, parasit ini sepatutnya mengalami reaksi penolakan dari tubuh ibu, tetapi kenyataannya kehamilan tetap beriangsung hingga bayi aterm. Kelahiran normal pada dasarnya adalah bentuk penolakan janin yang sebelumnya telah diterima, yang terjadi sesuai dengan program yang direncanakan. Kegagalan kehamilan adalah bentuk penolakan yang terjadi lebih dini. Dari semua kasus kegagalan kehamilan 25-40% di antaranya terjadi pasca implantasi (Klein & Remington, 1995; Norwitz, 2001). Fenomena penerimaan dan penolakan janin ini cukup menarik perhatian para ahli sejak lebih dari setengah abad yang lalu (Cunningham, 1997; Hilla, 1997; Beer and Kwak Kim, 1998; Bowen, 2001). Berbagai konsep yang diajukan, khususnya tentang keterlibatan plasenta dalam imuno-patogenesis terjadinya kegagalan kehamilan, masih diperdebatkan dan belum mencapai kesepakatan pendapat.
Apoptosis sel-sel plasenta adalah proses yang fisiologis. Pada kehamilan normal ditemukan apoptosis sel-sel desidua dan trofoblas yang meningkat seining dengan usia kehamilan (Smith, 1997; Runic, 1998; Halperin, 2000). Derajat apoptosis sel-sel plasenta bayi aterm yang lahir spontan tidak berbeda dengan yang lahir melalui tindakan pembedahan caesar (Thiet, 2000). Apoptosis sel-sel desidua dan villi khorionik pada kasus-kasus abortus spontan lebih tinggi dibanding pada kehamilan normal (Kokawa, 1998a; Jerzak, 1999; Hirabayashi, 1999; Ejima, 2000; Qumsiyeh, 2000). Kegagalan kehamilan diduga terjadi karena adanya peningkatan apoptosis sel-sel plasenta yang melebihi keadaan normal. Peningkatan IFNy pada toksoplasmosis dapat meningkatkan apoptosis sel-sel plasenta melalui jalur ekstrinsik, yaitu melalui interaksi receptor ligand-FADD, yang mengaktivasi initiator dan effector caspases, termasuk caspase-3 (Thomberry, 1998; Cotran, 1999; Anonymous, 2003; Rowe and Chuang, 2004).
Penelitian eksperimental laboratorium ini dilakukan dengan menggunakan mencit BALB/c bunting sebagai hewan coba, dengan tujuan untuk mencari dan mempelajari mekanisme terjadinya kegagalan kehamilan akibat toksoplasmosis. Untuk mendapatkan sejumlah mencit bunting dalam waktu yang bersamaan, dilakukan sinkronisasi oestrus terhadap 80 ekor mencit BALB/c betina yang sudah pemah beranak dengan memanfaatkan fenomena Lee Boot effect, Whitten effect dan Pheromomone effect. (O'Brien and Holmes, 1993; Bailie, 2000).
Setelah dikawinkan secara monogami selama satu malam, mencit-mencit tersebut dibagi menjadi 4 kelompok dosis, masing-masing beranggota 20 ekor. Inokulasi dengan takhizoit Toxoplasma gondii galur RH dilakukan pada H-9 pasca kawin (p.k.) dengan tiga tingkatan dosis, yaitu dosis 10, 50 dan 100 takhizoit, ditambah kelompok kontrol (dosis 0). Pengamatan untuk masing-masing kelompok dosis dilakukan pada H-12, H-14, H-16 dan H-18 p.k. Darah diambil dari sinus orbitalis sebelum mencit dimatikan dengan dislokasi servikal, lalu diukur kadar sitokin IFNy plasma dengan metoda ELISA. Takhizoit dalam cairan peritoneum dihitung menggunakan kamar hitung Neubauer. Setelah dibedah, hasil kehamilan dinilai dengan menghitung jumlah janin pada kedua uterus pada masing-masing mencit. Dua lobus uterus yang berisi janin masing-masing diambil untuk dibuat sediaan histopatologi. Dari irisan jaringan yang serial, salah satu di antaranya dilakukan pemeriksaan imunohisto-kimia untuk menilai ekspresi enzim caspase-3. Irisan sediaan histopatologi yang lain, masing-masing diwamai dengan HE dan perwamaan immunohistokimia menggunakan Apoptag Kit, lalu dihitung indeks apoptosis sel-sel trofoblas dan desidua dengan mikroskop cahaya biasa pada 20 lapangan pandang dengan pembesaran 1000X.
Dan 80 ekor mencit yang dikawinkan secara berpasangan, temyata yang berhasil bunting pada pengamatan secara fisik berjumlah 45 ekor (pregnancy rate = 56,25%), tetapi pada pengelompokan ulang berdasarkan jumlah mencit pada masing-masing kelompok dosis yang masih hidup sampai dengan jadwal pembedahan serta memenuhi kntena masukan, hanya diperoleh 24 ekor mencit, masing-masing 9 mencit dibedah pada H12 mewakili periode-2, dan 15 mencit dibedah pada H15-16 mewakili periode-3 dan kebuntingan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi Toxoplasma gondii galur RH pada mendt BALB/c bunting menurunkan jumlah janin. Pengaruh ini baru terlihat secara nyata pada pengamatan H15-16 p.k., atau 6-7 hari p.i. Hasil uji ANOVA dan analisis jalur (Path Analysis) menunjukkan bahwa hasil kebuntingan berupa jumlah janin dipengaruhi oleh lama infeksi (-0,269; p=0,005), kenaikan kadar IFNγ plasma (-0,377; p=0,002) dan peningkatan apoptosis sel-sel trofoblas (-0,718; p=,000). Jumlah janin tidak dipengaruhi oleh dosis infeksi (-0,01; p=0,904), jumlah takhizoit (0,206; p=0,114) dan apoptosis sel-sel desidua (0,014; p=0,809). Kadar IFNγ plasma dipengaruhi oleh jumlah takhizoit (0,647; p=,00), dan lama infeksi (0,288; p=0,01), tetapi tidak dipengaruhi oleh dosis infeksi (0,023; p=0,824). Kenaikan kadar IFNγ plasma meningkatkan aktivitas caspase-3 (0,359; p=0,01) dan kemudian meningkatkan apoptosis pada sel-sel trofoblas (0,962 p = 0,00), tetapi tidak berpengaruh langsung pada apoptosis sel-sel trofoblas (0,082; p=0,232). Kenaikan kadar IFNy plasma tidak meningkatkan aktivitas caspase 3 (-0,028 p=0,854) dan apoptosis sel-sel desidua secara langsung (0,057; p= 0.504 ataupun melalui caspase 3 (-0,028 ; p=0,854). Pada periode 3 kebuntingan mencit, indeks apoptosis sel-sel trofoblas lebih tinggi secara siginifikan dibanding indeks apoptosis sel-sel desidua (p <0,05). Peningkatan apoptosis sel-sel trofoblas menurunkan jumlah janin (-0,718 p=0,00) sedang apoptosis sel-sel desidua tidak berpengaruh terhadap jumlah janin (0,014; p=0.809).
Dan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infeksi Toxoplasma pada penode-1 dan lama berlangsungnya infeksi mempengaruhi hasil kebuntingan. Pengaruh toksoplasmosis pada hasil kebuntingan lebih banyak melalui mekanisme imunologis dan biokimiawi dibandingkan karena parasitnya sendiri. Peningkatan kadar IFNγ yang berlebihan akibat infeksi Toxoplasma gondii galur RH, menurunkan jumlah janin secara signifikan (-0,377; p=0,002). Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa masih banyak mekanisme pada tingkat molekul dan sel yang terjadi, tetapi belum dapat dijelaskan dan hasil penelitian ini dan perlu diteliti lebih jauh. Penurunan jumlah janin akibat kenaikan kadar IFNγ plasma juga terjadi melalui jalur apoptosis sel-sel trofoblas secara ekstnnsik, yang didahului oleh peningkatan aktivitas enzim caspase-3. Penurunan jumlah janin akibat peningkatan kadar IFNγ yang dipicu oleh infeksi Toxoplasma gondii galur RH pada mencit BALB/c bunting, patut diduga terjadi melalui peran makrofag. Makrofag yang mengisi 10-30% populasi sel di janngan desidua dan pada kebuntingan normal berperan melakukan regulasi apoptosis sel-sel trofoblas, akan teraktivasi dan mensekresi IFNγ lokal lebih banyak . Hal ini menyebabkan ketahanan sel-sel trofoblas terhadap Fas-mediated apoptosis menurun sehingga jumlah sel yang apoptosis semakin meningkat. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegagalan kehamilan pada toksoplasmosis lebih diprakarsai oleh pihak fetal dibanding pihak maternal.
Item Type: |
Thesis
(Disertasi)
|
Additional Information: |
KKA KK Dis K 28/05 Sar p |
Uncontrolled Keywords: |
Toxoplasmosis, IFN ,caspase-3, trophoblast, apoptosis, pregnancy |
Subjects: |
R Medicine > RG Gynecology and obstetrics > RG1-991 Gynecology and obstetrics > RG484-485 Urogynecology and obstetric urology. Urogynecologic surgery |
Divisions: |
09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran |
Creators: |
Creators | NIM |
---|
TEGUH WAHJU SARDJONO, 099813106 D | UNSPECIFIED |
|
Contributors: |
Contribution | Name | NIDN / NIDK |
---|
Thesis advisor | Ma'rifin Husin, Prof., D., dr., M.Sc., SpFK | UNSPECIFIED | Thesis advisor | Prijatna Dachlan, Prof., Dr., dr., M.Sc., SpPark | UNSPECIFIED | Thesis advisor | Achmad Hidayat, Prof., dr., SpOG(K) | UNSPECIFIED |
|
Depositing User: |
Tn Fariddio Caesar
|
Date Deposited: |
17 Oct 2016 04:24 |
Last Modified: |
14 Jun 2017 19:02 |
URI: |
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32024 |
Sosial Share: |
|
|
|
Actions (login required)
|
View Item |