TITIEK BERNIYANTI, 099913650
(2005)
ANALISIS HAMBATAN ACHASIN BEKICOT GALURJAWA SEBAGAI FAKTOR ANTIBAKTERI TERHADAPVIABILITAS BAKTERI Escherichia coli DAN Streptococcus mutans.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Karies gigi atau lubang gigi adalah suatu infeksi kronis, yang didahului dengan adanya mikroorganisme di dalam rongga mulut. Prevalensinya di negara berkembang sampai saat ini masih sangat tinggi, bahkan mencapai 90 % atau lebih. S. mutans merupakan mikroorganisme penting penyebab karies, dan mencegah terjadinya interaksi antara faktor-faktor penyebab akan menghentikan berlangsungnya proses karies gigi (Roeslan, 1997). Obat-obatan yang ada untuk mengobati infeksi gigi, masih merupakan produk-produk dari luar yang harganya relatif amat mahal, sedangkan produk yang berasal dari bahan lokal belum dimanfaatkan secara maksimal.
Achasin ditengarai berperan penting sebagai peptida antimikroba. Resistensi obat terhadap mikroorganisme patogen yang banyak terjadi sebagai akibat antimikroba konvensional, menyebabkan peptida antimikroba merupakan kandidat yang muncul sebagai agen antbakteri baru terkait dengan, spektrum antimikroba yang luas, toksisitas selektif tinggi dan kesulitan bagi bakteri untuk mengembangkan resistensi. Pada kenyataannya memang sudah banyak senyawa alami yang diisolasi baik dari binatang maupun tumbuhan yang menunjukkan aktivitas antimikroba, selama dua dekade terakhir ini.
Penelitian ini mencoba mengkaji efek antbakteri dari glikoprotein (Achacin) lendir bekicot Achatina fulica Ferussac galur Jawa pada viabilitas dan ultrastruktur gram negatif bakteri, Escherichia coli dan gram positif bakteri S. mutans. Strategi pendekatan untuk pencapaian tujuan dari penelitian ini, maka penelitian disusun dalam 3 kajian atau tahap besar yang meliputi (i) Deteksi Faktor Antbakteri (ii) Karakterisasi tingkat molekuler Achasin (iii) Efek Perusakan Achasin sebagai Antbakteri terhadap Bakteri Uji .
Tahap 1 meliputi identifikasi bekicot, isolasi lendir bekicot, pengujian aktivitas lendir. Bekicot yang digunakan adalah dari spesies Achatina fulica Ferussac, yang diperoleh di Surabaya dan sekitarnya. Pengambilan sampel lendir bekicot Achatina fulica Ferussac lokal, dengan cara merangsang permukaan bekicot sebanyak 10-20 bekicot, menggunakan elektrik shock pada tegangan listrik 5-10 volt, selama 30-60 detik. Aktivitas antbakteri diuji pada fraksi lendir, fraksi air dan fraksi presipitasi etanol, dengan menggunakan bakteri uji gram negatif bakteri, E. coli dan gram positif bakteri S. mutans.
Tahap ke 2 adalah Karakterisasi tingkat molekuler Achasin. Tujuan dari tahap ini adalah mendapatkan protein murni dengan aktivitas antbakteri yang dapat dikarakterisasi berdasarkan pH, berat molekul dan reaksi antigen antibody. Protein murni diperoleh dan dikarakter melalui purifikasi dengan kromatografi penukar ion dan SDS-PAGE serta uji imunobloting.
Tahap 3 adalah tahap untuk membuktikan titik tangkap kerja obat, sehingga dapat diketahui proses perusakan achasin sebagai antbakteri terhadap bakteri S. mutans. Glikoprotein dengan konsentrasi 1mg/ml ditambahkan pada bakteri uji dan diobservasi 1, 2, 4, and 5 jam dan kontrol. Perubahan pada ultrastruktur dilihat dengan transmisi elektron mikroskop (TEM).
Hasil pada tahap pertama menunjukkan bahwa faktor antbakteri didapatkan pada lendir bekicot Achatina fulica Ferussac galur Jawa dengan pengujian difusi agar. Fraksi larut air (WSF) dan fraksi presipitasi etanol menunjukkan aktivitas antbakteri baik bakteri gram positif, S. mutans dan bakteri gram negatif, E. coli. Efek antbakteri glikoprotein pada uji dilusi didapatkan Minimal inhibitory Concentration terjadi pada konsentrasi 6,25 ug/ml pada S. mutans dan 50 ug/ml pada E. coli , efek bakterisidal tampaknya ada pada sampel.
Pada tahap 2, peptida antimikroba, dengan berat molekul 71,3 kDa and pH 8 terbukti ada setelah purifikasi. Antibodi poliklonal juga diproduksi terhadap protein achasin pada mencit, serta antibodi bereaksi dengan achasin pada uji imunobloting .
Tahap 3 hasil TEM menunjukkan adanya perubahan pada ultrastruktur bakteri uji. Dinding sel tidak mempunyai septa. Membran sitoplasma mengalami perubahan mulai dari kebocoran pada membran, adanya speroplast, kondensasi materi genetik, clearing sampai pada adanya vakuolisasi.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah adanya peptida antimikroba pada lendir bekicot Achatina fulica Ferussac galur Jawa mempengaruhi viabilitas ultrastruktur bakteri gram negatif, dan gram positif melalui perubahan ultrastruktur sel.
Item Type: |
Thesis
(Disertasi)
|
Additional Information: |
KKA KK Dis K 28/07 Ber a |
Uncontrolled Keywords: |
Javanis snail mucus Achatina fulica Ferussac, Cell wall-Cytoplasmic membran electron microscopy on Streptococcus mutans. |
Subjects: |
Q Science > QR Microbiology > QR75-99.5 Bacteria |
Divisions: |
09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran |
Creators: |
Creators | NIM |
---|
TITIEK BERNIYANTI, 099913650 | UNSPECIFIED |
|
Contributors: |
Contribution | Name | NIDN / NIDK |
---|
Thesis advisor | Yoes Prijatna Dachlan, Prof., Dr., H., M.D., M.Sc | UNSPECIFIED | Thesis advisor | Eddy Bagus Wasito, Dr., H., dr., M.S., Sp.MK | UNSPECIFIED | Thesis advisor | Widya Asmara, Drh., Ph.D | UNSPECIFIED |
|
Depositing User: |
Tn Fariddio Caesar
|
Date Deposited: |
17 Oct 2016 04:02 |
Last Modified: |
14 Jun 2017 19:05 |
URI: |
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32025 |
Sosial Share: |
|
|
|
Actions (login required)
|
View Item |