MODEL JEJARING PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU DOKTER SWASTA DAN PEMERINTAH TINGKAT KELURAHAN DI PROPINSI SUMATERA SELATAN

R.M. SURYADI TJEKYAN, 090315298 D (2007) MODEL JEJARING PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU DOKTER SWASTA DAN PEMERINTAH TINGKAT KELURAHAN DI PROPINSI SUMATERA SELATAN. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
39.pdf

Download (166kB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s3-2009-tjekyanrms-9469-disk28-8.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Sampai tahun 2006 penyakit TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. TB Burden di Indonesia masih pada posisi ketiga setelah India dan China walaupun strategi DOTS sudah dimulai sejA tahun 1995 (WHO Report, 2006). Case Detection Rate diakhir tahun 2005 di Indonesia = 66% dan Sumatera Selatan = 41.8% yang tidak didukung hasil pemeriksaan laboratory error rate< 5%, sedangkan di Myanmar CDR sudah mencapai 95 %, dan di China sudah mencapai 80%.(WHO Report,2006). Menurut Rajesh Gupta (Gupta, 2004), salah satu penyebab rendahnya angka tersebut adalah adanya kesan monopoli pada sektor publik dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis. Masyarakat, utamanya tokoh tokoh masyarakat, kader kesehatan, Dokter Praktek Swasta dan Pemda lokal belum dilibatkan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pelaksanaan penanggulangan Tuberkulosis Strategi DOTS, dilain pihak tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Tuberkulosis Paru masih sangat rendah (Litbangkes Depkes RI,2005),ditambah dengan pemeriksaan mikroskopis sputum masih menggunakan cara konvensional berupa pengecatan dengan ZeihlNeelsen. Untuk itu diperlukan pendekatan lain melalui pengembangan "Model Jejaring Penanganan Tuberkulosis Paru Dokter Praktik Swasta dan jaringan Pemerintah Tingkat Kelurahan lain dalam bentuk pemberdayaan dengan melibatkan 4 komponen model yakni 1) Dokter Praktik Swasta, 2) P2TB Pemerintah 3) Masyarakat sampai ke tingkat keluarga melalui tokoh masyarakat, kader kesehatan, kader Posyandu 4) Pemda dari tingkat Rukun tetangga, kelurahan sampai tingkat kecamatan. Kesemua unsur itu dilibatkan secara langsung dan tidak langsung dalam penanggulangan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS sehingga dapat membantu meningkatan Case Detection Rate dan Cure Rate dalam kurun waktu yang lebih singkat. Pembangunan model dilaksanakan dalam 2 tahap, tahap pertama dengan cars melakukan review literatur tuberkulosis, survei Dokter Praktek Swasta, Tokoh Masyarakat, analisis pelaporan Program Penanggulangan Tuberkulosis Propinsi Sumatera selatan selama tahun 2000 2005 dan Kota Palembang tahun 2005. Berdasarkan bahan-bahan itu dikembangan Model Teoritik dan Model Operasional. Pada tahap awal dilakukan pengumpulan bahan-bahan dan data sebagai bahan untuk membangun Model Jejaring Penanganan TB Paru Dokter Praktik Swasta bersama aparat Pemerintah di Tingkat Kelurahan. Pada tahap kedua dilakukan uji cobs model dikecamatan Ilir Barat II sebagai Wilayah perlakuan dan Kecamatan seberang Ulu II sebagai wilayah kontrol. Model Operasional Jejaring Penanganan TB Paru Dokter Praktik Swasta dan Pemerintah Tingkat Kelurahan yang dikembangkan mengandung unuur-unsur sebagai berikut . 1 Pembentukan organisasi formal tingkat kecamatan, yaitu adanya "Jaringan Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru Kecamatan Ilir Barat II" yang dikembangkan oleh Pemerintah Kecamatan melalui pengukuhan dengan Surat Keputusan Camat Ilir Barat II No:20/KPT/IX/IB-II/2006 2 Promosi kesehatan Tuberkulosis, berupa kegiatan deteksi, dan perujukan suspek Tuberkulosis Paru oleh Kader TB Tingkat Rukun Tetangga ke Dokter Praktek Swasta Kelurahan dan P2TB Puskesmas 3 Perekrutan Dokter Praktik Swasta kelurahan mahir menejemen kasus Tuberkulosis strategi DOTS regimen Fixed Dose, sistim pencatatan, pelaporan sebagai Unit Pelayanan kesehatan Tuberkulosis Paru disetiap kelurahan 4 Diagnosis TB dengan pemeriksaan mikroskopis sputum dengan mutu sensitifitas dan spesifitas yang ditingkatkan memakai metoda sentrifugasi Natrium Hipoklorit, ditingkat P2TB kecamatan sebagai Pusat Rujukan Mikroskopis terbatas khusus untuk kecamatan Ilir Barat II. 5 Pengobatan dengan memakai Obat Anti Tuberkulosis Fixed Dose yang diawasi oleh duaonmg Pengawas Menelan Obat yang terdiri dari keluarga terdekat dan Kader TB Tingkat Rukun Tetangga 6 Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Fixed Dose yang jaminan ketersediaannya oleh Jaringan Penanggulangan Tuberkulosis kecamatan Ilir Barat II, P2TB Puskesmas Kecamatan Ilir Barat II dan Dinkes Kota Palembang. 7 Pencatatan dan pelaporan oleh Dokter Praktek Swasta memakai formulir TB 01 dan TB 06 yang difasilitasi oleh Jaringan Penanggulangan Tuberkulosis Kecamatan Ilir Barat H yang selanjutnya dilaporkan ke P2TB Puskesmas Kecamatan I it Barat II. Dengan model tersebut kemudian dilakukan ujicoba model di lapangan. Hasil ujicoba model pada kwartal keempat dalam tahun 2006, didapatkan angka konversi pada kelompok intervensi sebesar 95%, sedangkan pada kelompok kontrol 50% (p=0.0000), Case Detection Rate kelompok intervensi sebesar 64%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 2.84% (p =0.000). Dari penemuan diatas dapat disimpulkan bahwa model lebih efektif dalam meningkatkan indikator keberhasilan Program Penanggulangan Tuberkulosis. Pengaruh intervensi model terhadap indikator keberhasilan Program Penanggulangan Tuberkulosis wilayah intervensi selama tahun 2006(1 Januari — 31 Desember 2006)sangat menggembirakan karena seluruh indikator keberhasilan program TB jauh lebih baik pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol dengan Case detection rate kelompok intervensi selama tahun 2006 = 74.82°x6, Cure Rate = 94.95% dan angka konversi = 96.2%, sudah melampaui target nasional dan WHO Target Zone. Untuk mencoba melihat proyeksi masa depan dilakukan perkiraan dengan mempergunakan sistem dan Program Stella. Hasil proyeksi memakai Program Stella dengan mempergunakan model ini diterapkan didapatkan Angka Konversi mendekati 100 % ditahun 2008 dan CDR mendekati 100 % ditahun 2010. Apabila asumsi dalam Stella tersebut benar ter adi, maka akan ter adi penghematan biaya sebesar Rp 1.2 Milyar rupiah sampai Rp. 1.8 Milyar setiap tahunnya.

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKA KK Dis K 28/08 The m
Uncontrolled Keywords: Tuberculosis, Networking Model, TB Cadre,Private Physician,Local Government, Millenium Development Goals
Subjects: R Medicine > RC Internal medicine > RC306-320.5 Tuberculosis
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran
Creators:
CreatorsNIM
R.M. SURYADI TJEKYAN, 090315298 DUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorHaryono Suyono, Prof., MA., Ph.DUNSPECIFIED
Thesis advisorMuhammad Amin, Prof. Dr., dr., Sp.P(K)UNSPECIFIED
Thesis advisorSunarjo, Dr., MS., M.ScUNSPECIFIED
Depositing User: Tn Fariddio Caesar
Date Deposited: 17 Oct 2016 03:59
Last Modified: 14 Jun 2017 19:08
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32026
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item