HASDIANAH HASAN ROHAN, 090114556 D (2006) ISOLASI DAN KARAKTERISASI PROTEIN IMUNOGENIK Egp 51 VIRUS EBL ISOLAT LOKAL SEBAGAI KANDIDAT VAKSIN SUB UNIT. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s3-2007-rohanhasdi-3673-disk18-k.pdf Download (733kB) | Preview |
|
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s3-2007-rohanhasdi-3673-disk18-i.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Penyakit Enzootic Bovine Leucosis (EBL) disebut pula Lymphocytomatosis, Lymphosarcoma atau Leukemia Sapi. Penyakit EBL disebabkan oleh Retrovirus Exogenoses. Secara structural dan fungsional menyerupai Human T-Limphotropic Virus-1 (HTLV-I) dan Human T-Limphotropic Virus-2 (HTLV-2). Virus EBL menyerang sistem Reticulo Endhothelial System (RES); sasaran utama virus EBL adalah limfosit B yang menyebabkan adanya proliferasi dan differensiasi abnormal sel-sel limfosit secara cepat yang mengakibatkan timbulnya benjolan-benjolan pada seluruh limphoglandulae dan alat-alat viscera seperti jantung yang mengakibatkan pembesaran jantung, pembesaran lambung, pada hepar menimbulkan hepatomegali, dan bila bagian tersebut diiris akan mengeluarkan nanah (pus) yang berwarna putih kekuningan, dan mengeras; yang merupakan masa tumor onkogenik dan menyebabkan aroma (ban) yang tidak sedap pada daging sapi. Pada sapi betina yang bunting dapat menyebabkan kematian janin dan pads sapi jantan menyebabkan timbulnya infertilitas (OIE 2003, Nakajima, et.al, 2000). Virus EBL bersifat persisten, dimana sekali saja virus EBL menginfeksi hewan ternak sapi, maka seumur hidup virus EBL akan tumbuh dan berkembang di tubuh sapi tersebut, dan akhirnya sapi mati karena penyakit EBL. Penyakit EBL berjalan sub Minis dan menimbulkan kematian secara mendadak, angka kematian tinggi mencapai 90% - 100% dan menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi pula (Ressang, 1986, Ditkeswan, 1996). Penyakit EBL adalah termasuk golongan penyakit Daftar A dan bersifat endemik, yaitu penyakit menular yang mempunyai potensi penyebaran yang sangat serius dan cepat, melewati batas negara yang menyebabkan konsekuensi yang serius terhadap sosio ekonomi atau kesehatan masyarakat dan kepentingan umum pada perdagangan hewan secara internasional (Dinas Peternakan Jatim, 2004; OIE, 2003). Virus EBL merupakan retro virus onkogenik eksogenus yang berenvelop, dibawah elektron mikroskop berupa partikel tipe-C, mempunyai buoayant density 1,18glml. Virus EBL terdiri dari RNA 60S-70S yang berantai tunggal (Single stranded) serta memiliki enzim reverse transcriptase Virus EBL menginfeksi hewan ternak melalui gigitan vektor lalat Tabanussp dan Hippobosca meliensis masuk ke dalam kulit, sub epidermis dan aliran darah tepi menuju limfosit B dan akhirnya menuju limphoglandulae yang berada di seluruh tubuh. Penanganan selama ini hanya dengan diagnosis melalui uji screening menggunakan antigen KIT Agar Gel Immunodifusi produk Canada, Australia dan Perancis, yang harganya cukup mahal. Penelitian pembuatan antigen KIT test penyakit EBL isolat Indonesia telah berhasil dibuat, yang hasilnya sama dengan KIT test produk Canada (Hasdianah, 2000). Selama ini untuk pengujian terhadap penyakit EBL telah dikerjakan oleh BPPH di seluruh wilayah Indonesia, dan cara penanganan yang lain adalah dengan mengadakan karantina ketat. Diagnosis yang sering digunakan sesuai dengan pertemuan ahli EBL di Copenhagen, Denmark 1997, adalah menggunakan Agar Gel Immunodifusi melalui uji Ouchterlony; dihasilkan garis presipitasi yang berwarna putih sebagai hasil ikatan antigen, antibodi spesifik di dalam agar outchterlony. Hasil positip garis putih diduga adanya infeksi virus EBL (Nossal, 1998; Ishino, et. al, 2000 ; Nakajima, et.al, 2000; O1E, 2003). Antigen KIT Produk import, disamping harganya cukup mahal juga memerlukan waktu cukup lama untuk sampai di tempat tujuan, apalagi bila tempat tujuan di daerah terpencil, terkadang sapi sudah mati, antigen KIT belum juga tiba. Kejadian endemik dapat pula terjadi mengingat kurangnya kesadaran dari para peternak untuk melaporkan adanya kematian sapi secara mewabah pada instansi¬instansi yang terkait; adanya transmisi dapat terjadi fausta negatif, sangat berbahaya disebabkan tidak diketahui bila sapi tersebut telah positip EBL, akhirnya dapat menyebabkan penularan tinggi dan peletupan wabah serta penyakit ini bersifat endemik disamping itu keterbatasan dana untuk mendeteksi keberadaan penyakit EBL secara menyeluruh di seluruh daerah yang diduga dapat terjangkitnya penyakit EBL. Bertitik tolak dari uraian diatas, maka mendorong peneliti untuk dapat meneliti pembuatan kandidat vaksin sub unit protein imunogenik Egp 51 virus EBL isolat lokal (lapangan). Pembuatan protein imunogenik Egp 51 virus EBL isolat lokal sebagai kanuidat vaksin dimulai dengan persiapan media penumbuh virus EBL, yaitu Cell Line Ovine Lung (OL) yang dibuat dari paru-paru domba muda berumur 4 minggu yang didapat dari Rumah Potong Hewan (RPH) Pegirian Surabaya. Pada biakan Cell OL diinokulasikan virus EBL pasasi lanjut (pasase 16) yang berasal dari virus EBL isolat lapangan dari daerah Lembang, Jawa Barat, yang telah dikembangkan sebelumnya, pada pasase 15 dari BPMSOH Gunung Sindur, Bogor. Virus EBL diadaptasikan sampai pasase 29, sambil dititrasi untuk mendapatkan virus yang sudah adaptasi dalam biakan Cell OL serta mempunyai titer yang tinggi yaitu 1078 TCID50 sebagai kandidat vaksin sub unit protein Egp 51. Uji Postulat Koch untuk menentukan apakah virus EBL mempunyai sifat yang berbeda dengan virus alami setelah dilakukan pasase sampai 29 kali pada Cell OL. Untuk pembuktian adanya virus EBL dilakukan Uji Postulat Koch klasik yang terdiri pembuatan cell line OL, Uji Patologi Anatomi, dan identifikasi cytopathogenic effect (CPE). Pembuatan antigen KIT diagnosis penyakit EBL telah pula membuktikan keberadaan virus EBL, terbukti dari hasil uji serum lapangan terdapat garis presipitasi pads agar ouchterlony pada serum sapi yang diduga positif terinfeksi penyakit EBL yang dibandingkan dengan menggunakan antigen KIT diagnosis penyakit EBL produksi Kanada sebagai kontrol; hasilnya kurang lebih lama (Thesis, Hasdianah, 2000). Uji Postulat Koch Molekuler yang terdiri dari Uji AGID dan Uji Western blott. Hasil pasasi virus EBL dengan titer tinggi 1078 TCID50 kemudian diadakan sonikasi dengan alat sonikator untuk mendapatkan bagian envelope (E) virus EBL yang mengandung protein Egp 51. Karakterisasi dengan SDS-PAGE, didapatkan beberapa macam protein EBL yang terdiri dari protein 15 kDa, 24 kDa, 30 kDa dan envelope glycoprotein gp 51 kDa. Untuk mendapatkan protein Egp 51, langkah berikutnya diadakan elektro elusi, kemudian dilanjutkan dengan Uji Hemaglutinasi untuk membuktikan apakah protein E gp 51 mempunyai daya aglutinasi terhadap darah merah sapi yang merupakan protein hemaglutinin; yang dilanjutkan dengan Uji hambatan hemaglutinasi. Untuk membuktikan protein E gp 51 bersifat imunogenik dan protektif dilakukan Uji Respon Imun melalui Uji Serum Netralisasi, Uji Western blott dilanjutkan dengan Uji Imunositokimia; dan untuk mengetahui daya protektifitas dari protein Egp 51 dilakukan Uji In Vitro dan Uji In Vivo menggunakan hewan coba kelinci dari Batu Malang. Uji Postulat Koch molekuler dengan Uji immunoblotting melalui Western blott dihasilkan satu band mumi protein Egp 51. Pembuatan antibodi poliklonal, dengan menyuntikkan virus EBL pads hewan percobaan kelinci yang ditambah dengan Freund Adjuvant Incomplete (FAI) dan Freund Adjuvant Complete (FAC), dihasilkan antibodi polildonal yang digunakan untuk pengujian Immunorespon secara invitro yang terdiri dari uji Haemaglutinasi, uji hambatan hemaglutinasi, uji imunositokimia serta uji Agar Gel Imunodiffusi. Langkah berikutnya untuk mengetahui daya immunogenik dan protektif, diadakan uji in vivo dengan menggunakan hewan kelinci sebanyak 50 ekor (jenis kelamin jantan) dan berat badan rata – rata 4 kg. Pengujian invivo terdiri dari kelompok I sebagai kelompok kontrol, yang tidak diberi protein Egp 51 tapi dichallenge dengan virus ganas titer 10.8 TCID50, kelompok IIa, Ilb adalah kelompok yang diberi kandidat vaksin protein Egp 51 dan dibooster masing-masing; satu kali, untuk kelompok IIa (P2) dan dibooster 2 nali antuk kelompok Ub (P3), masing-masing pada minggu kedua, sedangkan kelompok Ilc adalah kelompok yang dichallenge pada minggu ketiga dengan virus ganas titer 107.8 TCID50. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pada kelompok yang tidak diberi kandidat vaksin sub unit protein Egp 51 hewan coba mati semua, dan setelah diseksio terlihat benjolan-benjolan di seluruh limphoglandulae, alat viscera yaitu pembesaran lambung, jantung dan terdapat hepatomegali. Bila bagian benjolan tersebut diiris akan keluar nanah (pus) yang merupakan massa tumor EBL onkogenik; dan pada kelompok IIa, IIb, dan IIc, hewan coba semuanya hidup. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa virus EBL isolat lokal mengandung sub unit protein Egp 51 yang merupakan protein hemaglutinin dan protein hemaglutinin Egp 51 virus EBL isolat lokal bersifat imunogenik dan protektif. </description
Item Type: | Thesis (Disertasi) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKA KK Dis K.18/07 Roh i | ||||||||||||
Uncontrolled Keywords: | Cell Line OL; local isolate EBL virus; characterization of protein Egp 51 kDa; Purification; Sonication; Immunoblotting; Western Blot; Challenge; Immunogenic; Protective. | ||||||||||||
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) > R735-854 Medical education. Medical schools. Research R Medicine > RB Pathology > RB37-56.5 Clinical pathology. Laboratory technique |
||||||||||||
Divisions: | 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran | ||||||||||||
Creators: |
|
||||||||||||
Contributors: |
|
||||||||||||
Depositing User: | mat sjafi'i | ||||||||||||
Date Deposited: | 05 Sep 2016 07:39 | ||||||||||||
Last Modified: | 16 Jun 2017 17:31 | ||||||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32105 | ||||||||||||
Sosial Share: | |||||||||||||
Actions (login required)
View Item |