RITHA F. DALIMUNTHE, 099712431D
(2002)
PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, KEWIRAUSAHAAN, GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEMAMPUAN USAHA SERTA KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI KECIL TENUN DAN BORDIR DI SUMATERA UTARA, SUMATERA BARAT DAN RIAU.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Keberhasilan suatu perusahaan industri kecil dipengaruhi oleh kompetensinya. Untuk itu perusahaan industri kecil perlu memperhatikan sumber daya manusia dan serangkaian sumber daya lainnya yang terintegrasi pada organisasi, yang oleh Hitt (1997) disebut komponen analsisis internal yang merupakan serangkaian kompetensi yang kemudian membentuk kompetensi inti (core competency). Kompetensi ini memungkinkan industri kecil meningkatkan kemampuan usaha dalam upaya menciptakan keunggulan bersaing untuk mencapai keberhasilan usaha. Selain itu bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang melahirkan keragaman corak perilaku yang tidak sama antar individu. Oleh karena itu, di dalam organisasi terkait di dalamnya aspek keanekaragaman sumber daya manusia yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang di dalam perusahaan. Tujuan penelitian ini mengkaji Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan terhadap Kemampuan Usaha serta Keberhasilan Usaha industri kecil baik secara sendiri maupun bersama-sama. Pengukuran-pengukuran karakteristik individu, kewirausahaan berdasarkan penelitian Moeljadi (1999) dan Kao (2001), sedangkan pengukuran gaya kepemimpinan menggunakan model Ohio State University yang bersumber dan penelitian Hersey dan Blanchard dengan menggunakan instrumen berupa Leader Behavior Questionnaire (LBQ) yang dimodifikasi. Kemampuan usaha terdiri dari kemampuan faktor produksi, kemampuan faktor pemasaran, dan kemampuan keuangan.. Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan industri kecil tenun dan bordir yang berada di wi layah Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau, minimal telah berusaha selama tiga tahun. Pengusaha industri tenun dan bordir yaitu pimpinan perusahaan sekaligus pemilik usaha yang memiliki pekerja tetap tiga hingga sembilan belas orang yang bekerja secara tetap di tempat tinggal ataupun tempat usaha pangusaha industri keci1. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan program Amos 4.10. Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan Confirmatory Factor Analisys pada faktor-faktor pembentuk konstruk ( variabel laten) karakteristik individu (Xl), kewirausahaan (Xl), gaya kepemimpinan (X3), kemampuan usaha (X4), dan keberhasilan usaha (Y). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat statistik inferensial pada derajat ketelitian = 0,05. Berdasarkan pengolahan dan analisis data penelitian terhadap dimensi variabel atau konstruk yang terbentuk diperoleh hasil pada karakteristik individu hanya ada satu faktor yang signifikan yaitu pengalaman pengusaha. Pada variable kewirausahaan bila dilihat secara bersama-sama indikator yang signifikan yaitu: motivasi, peluang dan percaya diri, namun bila dilihat secara sendiri adapun indikator yang signifikan yaitu visi, perencanaan, inovasi/kreatifitas, peluang dan mengambil resiko. Sedangkan variabel kemampuan usaha yang signifikan adalah indikator tenaga kerja, bahan baku, jangkauan pasar dan modal. Untuk gaya kepemimpinan yang selalu dipergunakan gaya kepemimpinan otoriter, partisipasi dan konsiderasi. Pada variabel keberhasilan usaha indikator jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, jumlah penjualan dan pertumbuhan penjualan, mempunyai pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis 1,2,3,4,5,7 diterima sedangkan hipotesis 6 ditolak Adapun langkah-langkah strategi yang diperlukan dalam pengembangan industri kecil tenun dan bordir yaitu: 1) meningkatkan keterampilan dan keahlian para pengusaha kecil melalui pelatihan bukan hanya berdasarkan pengalaman para pengusaha, 2) meningkatkan semangat kewirausahaan melalui peningkatan pengetahuan, kemampuan, serta pemahaman tentang visi perusahaan, perencanaan, kreativitas, pengambilan resiko, dan adaptasi, 3) pemimpin harus memiliki kemampuan memberdayakan bawahan (employee empowerment) dengan cara melatih, membimbing, membina serta memotivasi bawahan pada setiap kegiatan usaha, sehingga memberi dorongan kepada bawahan untuk berpartisipasi dan mengembangkan tujuan mereka sendiri sesuai dengan visi perusahaan; di samping itu pemimpin harus mampu memberikan delegasi dan otoritas serta kebebasan kepada bawahan sehingga mereka dapat berpartisipasi untuk memberikan kontribusi pada perusahaan, 4) kemampuan usaha melalui strategi melakukan hubungan dengan pihak lain (linkage competency) baik dengan para pemasok (backward linkages) dan para pelanggan (foreward linkages) yang dapat menghasilkan peningkatan pada bidang operasional; perbaikan struktur permodalan dengan membina hubungan terhadap para pemilik modal, khususnya perbankan dan BUMN yang memiliki perhatian terhadap usaha kecil; meningkatkan produktivitas bawahan melalui peningkatan keterampilan yang berdampak pada peningkatan upah dan bonus sehingga bawahan tidak mencari alternatif pendapatan lain; peningkatan kemampuan teknologi yang berfokus pada kualitas dan diversifikasi produk. Pemerintah sangat berperan dalam mengembangkan industri kecil yang berbasis kompetensi melalui kegiatan pendampingan khususnya dalam mengatasi ketersediaan bahan baku yang bermutu dan murah, mempermudah dan mencari akses pasar serta ketersediaan modal secara mudah dan murah. Tanpa adanya visi yang jelas dan komitmen yang tinggi dari pemerintah untuk mengembangkan usaha keeil khususnya industri kecil maka sulit dibayangkan perusahaan kecil dapat memberi kontribusi pada Produk Domistik Regional Bruto Daerah dan Indonesia.
Actions (login required)
|
View Item |