PENGARUH PENDAPATAN KELUARGA DAN PEMAHAMAN AGAMA TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI RITUAL MASYARAKAT HINDU DI BALI DITINJAU DARI BERBAGAI DIMENSI WAKTU

I MADE SUKARSA, 090014211D (2005) PENGARUH PENDAPATAN KELUARGA DAN PEMAHAMAN AGAMA TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI RITUAL MASYARAKAT HINDU DI BALI DITINJAU DARI BERBAGAI DIMENSI WAKTU. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s3-2007-sukarsaima-3651-dise19-k.pdf

Download (724kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s3-2007-sukarsaima-3651-dise19-6.pdf

Download (1MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Selama hampir tiga dasawarsa belakangan ini masyarakat Bali telah mengalami perubahan dari masyarakat tradisional (produksi primer) ke masyarakat industri jasa/tersier. Pola pergeseran tersebut akan berpengaruh pada pola konsumsi, pola produksi, pola distribusi, dan pola pengeluaran yang lain. Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada beberapa variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga. Struktur perekonomian daerah Bali juga mengalami perubahan. Sumbangan sektor pertanian menurun tajam dari 66% pada tahun 1971- menjadi hanya 19% dari total PDRB pada tahun 2002. Sebaliknya, peranan sektor perdagangan, keuangan, dan perhubungan naik dengan cukup berarti. Kenaikan pendapatan masyarakat, yang ditandai dengan kenaikan pendapatan per kapita masyarakat cukup tajam juga, yaitu dari Rp 35.791,00 pada tahun 1971 menjadi Rp 2.492.313,00 pada tahun 2002. Kenaikan pendapatan per kapita yang mencapai 70 kali akan sangat mempengaruhi pola konsumsi. Pola konsumsi rumah tangga sering dijadikan objek studi karena mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk sebagai satu indikator keberhasilan pembangunan. Di samping itu, hasilnya dipakai sebagai data dasar untuk memproyeksi pengeluaran agregate (besaran) masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan di Bali pola perubahan pengeluaran konsumsi ritual telah terjadi beberapa tahun terakhir. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa konsumsi untuk pesta dan upacara telah terjadi pertambahan yang cukup berarti antara 1993-2001. Beberapa pengamat melihat telah terjadi pergeseran ke arah pemahaman agama di Bali di- samping meningkatnya pelaksanaan upacara ritual. Pembahasan tentang pendapatan tidak terlepas dengan hipotesis pendapatan permanen yang mempengaruhi perubahan pengeluran konsumsi. Di samping pendapatan permanen juga masih terdapat pendapatan tambahan atau pendapatan transitori/nonpermanen. Sebaliknya pemahaman agama yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi ritual terdiri atas tiga kerangka pemahanan, yaitu filsafat agama (tattwa), etika (susila), dan upacara. Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendapatan terhadap filsafat agama (tattwa), pengaruh pendapatan terhadap etika (susila), pengaruh pendapatan terhadap upacara, pengaruh pendapatan terhadap pengeluaran ritual, pengaruh filsafat agama (tattwa) terhadap etika (susila), dan pengaruh etika (susila) terhadap upacara, pengaruh tattwa terhadap upacara, pengaruh filsafat agama/tattwa terhadap pengeluaran ritual, pengaruh etika (susila) terhadap pengeluaran ritual, pengaruh upacara terhadap pengeluaran ritual. Unit analisis terletak pada unit rumah tangga dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antarvariabel (di samping hubungan relasi tadi) melalui pengujian hipotesis maka penelitian ini termasuk penelitian penjelasan (explanatory research) dan data dikumpulkan berdasarkan data cross-section. Populasi terdiri dari rumah tangga keluarga yang beragama Hindu dan berdomisili di Propinsi Bali, yang berjumlah 656.737 KK. Pendekatan dan pengumpulan data primer dilakukan dengan dua pendekatan, exploratory survey. Pendekatan kedua dipakai pendekatan empiris deduktif. Dengan pendekatan empiris deduktif ini responden dipilih berdasarkan teknik pelapisan (cluster) bertingkat, yaitu pelapisan berdasarkan geografis (pesisir, dataran, pegunungan, dan gunung) dan tipe desa adat atau desa pakraman (Bali Aga, Bali Apanaga, dan Bali Anyar). Pemilihan sampel responden kepala keluarga berdasarkan pelapisan status sosial di desa yaitu elite dan non etlite. Dengan melihat komposisi sampel berdasarkan wilayah dan strata rumah tangga, maka pemilihan sampel diputuskan dengan teknik stratified nonproportional random sampling (sampel acak berlapis yang tidak proporsional). Rancangan analisis memakai dua pendekatan, yaitu analisis deskriptif dan analisis pendekatan pemodelan Structural Equation Modeling (SEM). Analisis deskriptif membahas secara deskriptif beberapa variabel, seperti identitas responden, karakteristik rumah tangga/keluarga, dan lain-lain. Analisis SEM dipakai untuk menjawab beberapa hipotesis yang diajukan dengan mengembangkan model struktural (two step modeling approach). Hal ini dilakukan mengingat masalah spiritual merupakan hal yang pertama dalam pengembangan dan pengukuran model SEM ( Joreskog and Sorbom, 1993, p.113 dalam Ferdinand, 2002. hlm.24). Studi ini menyimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut. a. Terdapat pengaruh signifikan pendapatan keluarga terhadap filsafat agama/tattwa. Besar kecilnya pendapatan keluarga akan mempengaruhi pelaksanaan filsafat agama seperti melakukan pemahaman isi buku agama dan lontar yang dimiliki. Logikanya dengan adanya kenaikan pendapatan akan terdapat kemampuan daya beli yang bertambah untuk memiliki buku agama. Demikian pula ada kemauan untuk melaksanakan isi dari buku agama dan isi lontar tersebut. b. Terdapat pengaruh, tetapi tidak signifikan pendapatan terhadap susila. Ini berarti besar kecilnya pendapatan keluarga tidak ada pengaruh terhadap kegiatan menghadiri undangan, kegiatan gotong royong, dan frekuensi denda seseorang pada perkumpulan banjar mereka. c. Terdapat pengaruh, tetapi tidak signifikan pendapatan keluarga terhadap upacara. Jumlah tandingan banten yang dipakai persembahyangan rutin tergantung dari jumlah bangunan/pelinggih yang ada. Dalam kurun waktu yang cukup lama (paling tidak lima tahun) jumlah ini relatif tetap. Dengan demikian, jumlah tandingan banten juga relatif tetap selama kurun waktu tersebut. Jadi wajar perubahan pendapatan selama enam bulan tidak akan mempengaruhi jumlah perlengkapan upacara. d. Terdapat pengaruh signifikan pendapatan keluarga terhadap pengeluaran ritual. Hasil studi ini memperkuat beberapa hasil temuan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa pendapatan mempunyai pengaruh positif dan Iangsung terhadap pengeluaran konsumsi. Bedanya pada penelitian ini jenis pengeluaran konsumsi adalah konsumsi ritual. Di samping pendapatan keluarga dominan dibentuk oleh indikator pendapatan transitori/sementara. Dengan demikian, banyak sedikitnya pendapatan transitori/sementara yang diperoleh keluarga akan mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran ritual di Bali. e. Terdapat pengaruh signifikan filsafat agama/tattwa terhadap susila. Ini berarti pemahaman isi buku agama dan lontar serta kemampuan untuk mempraktikkannya akan mempengaruhi pelaksanaan susila menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan dugaan semula, yaitu secara normatif memang demikian adanya. Dengan demikian, pemahaman agama yang lebih baik mempengaruhi perilaku dalam masyarakat yang lebih baik pula. f. Terdapat pengaruh susila terhadap upacara tetapi tidak signifikan. Baik buruknya pergaulan seseorang di masyarakat tidak mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap jumlah tandingan banten serta perlengkapan upacara orang tersebut. Walaupun sangat jarang menghadiri undangan dan melakukan gotong royong, namun hal ini tidak mempengaruhi besar kecilnya jumlah tandingan banten dan jumlah pelinggih dipekarangannya. g. Terdapat pengaruh tetapi tidak signifikan filsafat agama/tattwa terhadap upacara. Penguasaan filsafat agama yang ditandai dengan pemilikan buku agama, lontar, serta kemampuan mempraktikkannya tidak mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap besar kecilnya upacara yang ditandai dengan banyaknya tandingan banten dan perlengkapan upacara. h. Terdapat pengaruh signifikan filsafat agama/tattwa terhadap pengeluaran ritual. Penguasaan materi buku agama dan lontar mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap besar kecilnya pengeluaran ritual bagi keluarga di Bali, namun pengaruhnya ini bersifat negatif atau mempunyai arah yang terbalik. Seseorang yang penguasaan filsafat agamanya tinggi akan cenderung mempunyai pengeluaran untuk ritual lebih sedikit. i. Terdapat pengaruh, tetapi tidak signifikan susila terhadap pengeluaran ritual. Baik buruknya pergaulan seseorang di masyarakat tidak mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap pengeluaran ritual orang tersebut. Walaupun frekuensi menghadiri undangan sedikit dan jarang melakukan gotong royong, hal ini tidak mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran ritual atau hubungan mereka dengan Tuhan. j. Terdapat pengaruh, tetapi tidak signifikan upacara terhadap pengeluaran ritual. Kelengkapan upacara seperti jumlah tandingan banten, jumlah pelinggih tidak ada hubungannya dan tidak berpengaruh terhadap pengeluaran ritual. k. Berdasarkan kesepuluh simpulan studi yang telah dibuktikan secara kuantitatif tersebut dapat disimpulkan secara terintegrasi bahwa pendapatan dan pemahaman agama secara langsung dan tidak langsung berpengaruh secara nyata terhadap pengeluaran ritual. </description

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKB KK-2 Dis E. 19/06 Suk p
Uncontrolled Keywords: Eonomics, income, religion and the ritual expenditure.
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion > BL624-627 Religious Life
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Ekonomi
Creators:
CreatorsNIM
I MADE SUKARSA, 090014211DUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorSuroso Imam Zadjuli, Prof.Dr.H.,SEUNSPECIFIED
Depositing User: Tn Yusuf Jailani
Date Deposited: 04 Oct 2016 02:01
Last Modified: 02 Jul 2017 20:28
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32405
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item