A. YUSUF IMAM SUJAI, 099712420 D (2001) FAKTOR - FAKTOR MAKROEKONOMI YANG BERPENGARUH PADA RETURN SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA :KAJIAN MODEL ARBITRAGE PRICING THEORY (APT)DENGAN FAKTOR SURPRISE SEBAGAI PENJELAS RETURN SAHAM. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s3-2007-sujaiayusu-3557-dise13-3-abs.pdf Download (283kB) | Preview |
|
|
Text (FULL TEXT)
32643_fulltext1-4.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text (FULL TEXT)
32643_fulltext5-dapus.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text (LAMPIRAN)
32643_lamp.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Ketidak pastian harga-harga saham yang diperdagangkan di bursa efek dari waktu ke waktu merupakan masalah yang ditemui di hampir semua bursa efek pada umumnya. Perubahan harga-harga saham dari periode ke periode menyebabkan Return Saham menjadi tidak pasti. Ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi return aset umumnya, yaitu faktor makroekonomi dan mikroekonomi. uncertaintay in asset return has two source : a common or macroeconomic factor, and a firm-specific or microeconomic cause. (Bodie, Kane . Marcus, 1989 : 283-284 ). Faktor mikroekonomi merupakan faktor internal, pengaruhnya bersifat spesifik dan faktor makroekonomi merupakan faktor eksternal dan pengaruhnya bersifat umum artinya faktor ini akan mempengaruhi semua Return Saham perusahaan dengan intensitas yang berbeda antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya Perbedaan intensitas pengaruh tersebut memunculkan kelompok saham dengan kondisi pasar bullish yaitu kelompok saham di mana harganya memiliki trend yang cenderung naik dari periode ke periode dan kelompok saham dalam kondisi pasar bearish, yaitu kelcnnpok saham di mana harga sahamnya memiliki trend yang cenderung menurun dari periode ke periode. Dengan adanya faktor ketidak pastian ini, maka ketika seorang pemodal membeli saham pada awal periode ia tidak mengetahui berapa Return Saham yang akan diperoleh pada akhir periode (Markowitz, 1952 : Markowitz dalam Sharpe, Alexander Bailey, 1997 : 170). Oleh karenanya pemodal harus dapat memprediksi Return Saham yang diharapkan pada akhir periode sebagai pertimbangan pengambilan keputusan pembelian saham pada awal periode. Berkenaan dengan hal di atas, maka dalam tiga dasa warsa terakhir ini para ahli berusaha mengembangkan berbagai model yang dapat digunakan untuk memprediksi Expected Return. Dua model penentuan harga aset yang banyak diaplikasikan pada berbagai penelitian adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang dikembangkan oleh Lintner (1961), Sharpe (1964) dan Mossin (1966) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) yang dikenalkan oleh Ross (1976). CAPM yang dikenalkaan oleh Lintner (1961), Sharpe (1964) dan Mossin (1966) merupakan model single ,factor dengan indek pasar sebagai proksi portofolio pasar efisien merupakan satu-satunya faktor yang menjelaskan Return Saham. Kesimpulan utama dari CAM yang dikembangkan oleh Lintner, Sharpe dan Mossin tersebut adaiah adanya hubungan linier yang positif antara Return Sahan dan covarian asset dengan return portfolio pasar. Berbeda dengan CAPM, APT yang dikenalkan oleh Ross (1976) merupakan model multifactor dan tanpa menggunakan indek pasar sebagai penjelas perubahan Return Saham. Menurut Ross (1976) dalam proses menghasilkan APT, Return Saham dipengaruhi oleh banyak faktor (k faktor) secara linier. Ross (Ross dalam Sharpe, Alexander Bailey, 1995: 326) telah mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi Return Sahara meliputi : (1) siklus bisnis, (2) tingkat bunga, (3) kepercayaan investor, (4) inflasi jangka pendek dan (5) ramalan investasi jangka panjang. Roll Ross (1980), chen, Roll Ross (1986) dan lee, Wei Bubnys (1989) dalam penelitiannya mengidentifikasi empat faktor dari lima faktor yang mendasari perubahan Return Saham, meliputi : (1) Growth rate in industrial production, (2) Changes in expected inflation (3) Unanticipated Inflation (4) Unanticipated changes in borne risk premium (5) Unanticipated chases in the term premium Penelitian ini sendiri, menggunakan model multifactor APT Ross (1976) dengan Surprise : Inflasi, Suku Bunga Deposito, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Kurs Rupiah Terhadap US Dollar (Rupiah/USD), Pertumbuhan Jumlah uang Beredar dan Rasio Pembelian dengan Penjualan Saham oleh Pemodal Asing Surprise Makroekonomi sebagai variabel penjelas Return Saham. Penggunaan model multifactor APT ini didasarkan pada kenyataan bahwa berbagai penelitian yang menerapkan CAPM menghasilkan parameter yang tidak signifikan, antara lain penelitian : Hakanson (1971), Mayers (1972), Merton (1973), dan Kraus Litzenberger (1976), Praningsih, (1991), Pudiiastuti Husnan (1993), Manurung, (1996), serta adanya studi empiris yang, menggunakan CAPM yang menyimpang dari biasanya (anomalous CAPM) antara lain oleh : Ball (1978), Basu (1977), Reinganum (1978), Lama Kenenth (1992, 1995, 1996) dan Jaganathan Wang (1996 ). Adapun pertimbangan digunakannya variabel surprise makroekonomi sebagai variabel penjelas Return Saham didasarkan bahwa surprise faktor makroekonomi merupakan bagian Return Saham yang tidak terantisipasi atau Return Saham berisiko. The unanticipated par of the return, that portion resulting from surprises, is the true risk of any investment (Ross, Westerfield Jaffe, 1996: 193). Selanjutnya dalam penelitian ini, Return Saham didifinisikan sebagai tingkat perbedaan antara harga saham periode ini dengan harga saham periode yang lain ditambah dividen (%). Harga saham yang digunakan adalah harga penutupan (closed price) saham. Surprise Inflasi didifinisikan sebagai Inflasi Estimasi minus Inflasi Aktual (%), Surprise Suku Bunga Deposito didifinisikan sebagai Suku Bunga Deposito estimasi minus Suku Bunga Deposito Aktual (%), Surprise Suku Bunga SBI didifinisikan sebagai Suku Bunga SBI estimasi minus Suku Bunga SBI aktual (%), Surprise Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar didifinisikan sebagai Pertumbuhan Jumlah uang Beredar estimasi minus Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar aktual (%), Surprise Rupiah/USD didifinisikan sebagai Nilai Jual Rata-rata minus Nilai Tengah USD dalam Rupiah (%) dan Surprise Rasio Pembelian-penjualan Saham oleh Pemodal Asing didilinisikan sebagai Rasio Pembelian- Penjualan Saham oleh Pemodal Asing minus satu (nisbah). Inflasi Estimasi dihitung dengan model Backward Looking Expectation sebagaimana Wuryandani dan Anglingkusumo (1998). Suku Bunga Deposito Estimasi dihitung dengan model regresi linier berganda dengan menggunakan variabel penjelas sebagaimana yang pernah digunakan oleh Syakir (1995 : 52 - 54). Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar Estimasi dihitung dengan menggunakan regresi dengan variabel penjelas sebagaimana yang diintrodusir oleh Bank Indonesia dan Suku Bunga SBI Estimasi dihitung dengan model trend linear (Gaynor Kirkpatrick (1994 : 298 ; Supranto, 1993 : 140- 149). Beberapa pertanyaan yang muncul dan perlu mendapatkan jawaban dalam penelittan melahirkan hipotesis sebagai berikut (1) Di antara faktor makro yang terdiri dari Surprise Inflasi, Surprise Suku Bunga Deposito, Surprise Suku Bunga SB1, Surprise Pertumbuhan Jumlah uang Beredar, Surprise Rupiah/USD dan Surprise Rasio Penjualan Pembelian Saham oleh Pemodal Asing, scara bersama-sama berpengaruh nyata pada Return Saham baik pada Kelompok Saham Keseluruhan, Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. (2) Inflasi yang menurut pembenaran induktif maupun teori berpengaruh negatif pada Return Saham, maka Surprise inflasi vag didifinisikan sebagai Inflasi estimasi minus inflasi aktual, berpengaruh positif pada Return Saham, baik pada Kelompok Saham Keseluruhan, Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. (3) Suku Bunga Deposito yang menurut pembenaran induktif maupun teori berpengaruh negatif pada Return Saham, maka Surprise Suku Bunga Deposito yang didifinisikan sebagai suku bunga deposito estimasi minus suku bunga deposito aktual, berpengaruh positif pada Return Saham baik pada Kelompok Saham Keseluruhan, Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar- Bearish. (4) Suku Bunga SBI yang menurut pembenaran induktif dan teori berpengaruh negatif pada Return Saham, maka Surprise Suku Bunga SBI yang didifinisikan sebagai suku bunga SBI estitnasi minus suku bunga SBI aktual, berpengaruh positif nyata pada Return Saham, baik pada Kelompok Saham Keseluruhan, Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish (5) Pertumbuhan Jumlah uang Beredar yang menurut pembenaran induktif dan teori berpengaruh positif pada Return Saham, maka Surprise Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar yang didifinisikan sebagai pertumbuhan jumlah uang beredarm estimasi minus pertumbuhan jumlah uang beredar aktual, berpengaruh negatif nyata pada Return Saham baik pada Kelompok Saham Keseluruhan, Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish (6) Surprise Rupiah/USD yang didifinisikan sebagai Kurs Jual Rata-rata USD minus KursTengah USD berpengaruh negatif nyata pada Return Saham baik pada Kelompok Saham Keseluruhan, Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. (7) Surprise Rasio Pembelian-Penjualan Saham oleh Pemodal Asing yang didifinisikan sebagai Rasio Pembelian-Penjualan Saham oleh Pemodal Asing minus satu, berpengaruh negatif nyata pada Return Saham baik pada Kelompok Saham Keseluruhan, Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish (8) Di antara variabel penjelas Return Sahara yang dianalisis, Surprise Suku Bunga Deposito berpengaruh dominan nyata pada Return Saham baik pada Kelompok Saham Keseluruhan, Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish Untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian di atas, diambil sampel sebanyak 200 jenis saham perusahaan dari 264 jenis saham yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 1991 – 1999. Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan Proportional Allocation Method (Farrel Caldito .. Guzman, 1973 : 27), dan unit sampel dipilih dengan acak sederhana Selanjutnya sampel dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu : (1) Kelompok Saham Keseluruhan (200 unit), (2) Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish (48 unit) dan (3) Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish (152 unit). Arbitrage Pricing Theory (AP1), diestimasi melalui dua tahapan seperti yang dilakukan oleh Roll Ross (1980 ), Chen. Roll Ross (1986). yaitu : (1) Analisis regresi times series atas variabel diamati untuk mendapatkam factor loading setiap surprise faktor makroekonomi yang diamati terhadap Return Saham, (2) Analisis regresi cros-section atas Expected Return Saham terhadap factor loading untuk mendapatkan persamaan model APT Hasil estimasi model multifaktor APT dengan metode OLS dan stepwise regression untuk Kelompok Saham Secara Keseluruhan, Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish dan Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish, adalah : 1) Hasil uji ANOVA pada analisis dengan stepwise regresion menyatakan bahwa dari enam variabel yang dipertimbangkan hanya Surprise Inflasi, Surprise Suku Bunga Deposito, Surprise Suku Bunga SBI, Surprise Pertumbuhan Jumlah uang Beredar, dan Surprise Rasio Penjualan-Pembelian Saham oleh Pemodal asing, secara simultan berpengaruh sangat nyata pada Return Saham baik untuk APT estimasi pada Kelompok Saham Keseluruhan, APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. Dengan hasil uji ini maka Hipotesis 1 secara statistik dapat dibuktikan kebenarannya, Dengan terbuktinya hipotesis ini maka hasil penelitian ini mendukung temuan Ross (1976) mengenai model penentuan harga aset APT yang menyatakan bahwa Return Saham dipengaruhi oleh k faktor secara linier. 2. Surprise Inflasi berpengaruh positif sangat nyata pada Return Saham, baik untuk APT estimasi pada Kelompok Saham Keseluruhan, pada APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish maupun APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. Pengaruh positif Surprise Inflasi pada Return Saham mengindikasikan bahwa inflasi berpengaruh negatif pada Return Saham. Dengan hasil uji ini maka secara statistik Hipotesis 2 dapat dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian Cher, Roll Ross (1986) dan Lee, Wei Bubnys (1989) inflasi berpengaruh negatif pada Return Saham. Hasil penelitian ini juga mendukung pernyatan Samuelson dan Nordhaus (1992: 315), ketika tahun 1990 inflasi meningkat di berbagai negara, harga-harga saham di bursa efek seluruh dunia menurun tajam. 3. Surprise Suku Bunga Deposit berpengaruh positif sangat nyata pada Return Saham, baik untuk APT estimasi pada Kelompok Saham keseluruhan APT estimasi Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish, maupun APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. Dengan hasil ini mengindikasikan bahwa Suku Bunga Deposito itu sendiri berpengaruh negatif pada Return Saham. Dengan demikian maka secara statistik Hipotesis - 3 dapat dibuktikan kebenarannya dan hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Chen, Roll Ross (1986) dan Lee, Wei Bubnys (1989) suku bunga obligasi berpengaruh negatif pada Return Saham. 4) Surprise Suku Bunga SBI berpengaruh positif sangat nyata pada, Return Saham, baik untuk APT estimasi pada Kelompok Saham Keseluruhan, APT estimasi Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar bullish, maupun APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. Dengan hasil uji mengindikasikan bahwa Suku Bunga SBI itu sendiri berpengaruh negatif pada Return Saham. Dengan demikian secara statistik Hipotesis 4 dapat dibuktikan kebenarannya dan hasil penelitian ini mendukung hasil penelitin Roll Ross (1986) dan Lee, Wei Bubnys (1989) suku bunga obligasi berpengaruh negatif pada Return Saham. 5) Surprise Pertumbuhan Jumlah Uang beredar berpengaruh negatif sangat nyata pada Return Saham, baik untuk APT estimasi pada Kelompok Saham Keseluruhan, APT estimasi Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish, maupun APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. Dengan hasil uji mengindikasikan bahwa Pertumbuhan Jumlah Uang beredar dalam penelitian ini berpengaruh positif pada Return Saham, Dengan demikian maka secara statistik Hipotesis 5 dapat dibuktikan kebenarannya dan hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Blanchard (1997 : 80) dan Lipsey, Courant Ragan (1999 : 609) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara GNP dengan jumlah uang beredar serta pendapat Ross, Westerfield Jaffe (1996: 222 - 193) dan Bodie, Kane Marcus (1989 : 284) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara GNP dengan Return Saham dan oleh karena itu berdasarkan azas silogisme pertumbuhan jumlah uang beredar berpengaruh positif pada Return Saham. 6) Surprise Rupiah/USD berpengaruh negatif pada Return Saham tidak nyata, baik untuk APT estimasi pada Kelompok Saham Keseluruhan, APT estimasi Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bulish, maupun APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. Dengan demikian secara statistik, Hipotesis 6 tidak dapat dibuktikan kebenaranya. Tidak terbuktinya hipotesis ini diduga karena selama periode 1991 s/d Juli 1997 yang mendominasi periode penelitian. perbedaan antara Julal Rata-rata dengan Nilai Tengah USD dalam Rupiah relative stabil, sedang Return Saham sangat bervariasi. 7) Surprise Rasio Pembelian-Penjualan Saham oleh Pemodal asing berpengaruh negatif sangat nyata, baik untuk APT estimasi pada Kelompok Saham Keseluruhan, API estimasi Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish. maupun APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. Dengan hasil uji ini maka secara statistik, Hipotesis 7 dapat dibuktikan kebenarannya dan hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Lipsey, Courant Ragan (1999 : 80) dan Model Penyesuaian Harga Walras maupun Model Penyesuaian Quantitas Marshall sebagaimana dikemukakan oleh Nicholson (1989: 31 - 46) yang mengasumsikan adanya stabilitas ekuilibrium jangka pendek antara permintaan dan penawaran sehingga bilamana Excess Demand > 0 (pembelian atau permintaan> penjualan atau suplai) harga akan cenderung naik. Sebaliknya bilamana Excess Demand 0 (pembelian atau perrnintaan < penjualan atau suplai) maka harga akan menurun. 8) Dari angka-angka koefisien regresi terstandar, di antara variabel penjelas pada Return. Saham yang dianalis, Surprise Suku Bunga Deposito berpengaruh dominan pada Return Saham, baik untuk APT estimasi pada Kelompok Saham Keseluruhan, APT estimasi Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bullish, maupun APT estimasi pada Kelompok Saham Dalam Kondisi Pasar Bearish. Dengan hasil uji ini maka secara statistik, Hipotesis 8 dapat dibuktikan kebenarannya dan hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Dernburg (1985: 143 - 144), menyatakan bahwa pertimbangan seorang pemodal dalam pengambilan keputusan investasi terhadap sesuatu aset tertentu tergantung pada apakah tingkat keuntungan yang diharapkan atas investasi aset tertentu tersebut lebih besar atau lebih kecil dari suku bunga untuk mendapatkan dana tersebut. 9) Model APT estimasi yang dihasilkan merupakan model estimasi tak bias linier terbaik Best Linear Unbiased Estimate = BLUE) karena telah dipenuhinya asumsi regr esi linier klasik (Gujarati, 1988 : 279 – 389), yaitu : adanva varian yang konstan (tidak terjadi heteroskedastisitas), tidak terjadi kolinieritas, tidak terjadi otokorelasi, dan memenuhi asumsi normalitas dan linieritas, disamping memenuhi kreteria sebagai model yang baik (Insukindro dan Aliman, 1999 : 50 -51), antara lain yaitu dipenuhinya prinsip-prinsip parsimonv, constant parameter, data coherency, dan theoritical consistency Temuan hasil penelitian 1) Inflasi yang menurut pembenaran induktif dan teori berpengaruh negatif pada Return Saham, maka Surprise Inflasi yang didifinisikan sebagai Inflasi Estimasi minus Inflasi Aktual berpengaruh positif pada Return Saham. 2) Suku Bunga deposito yang menurut pembenaran induktif dan deduktif berpengaruh negatif pada Return Saham, maka Surprise Suku Bunga Deposito yang didifinisikan sebagai Suku Bunga Deposito Estimasi minus Suku Bunga Deposito Aktual berpengaruh positif pada Return Saham. 3) Suku Bunga SBI yang menurut pembenaran induktif dan deduktif berpengaruh negatif pada Return Saham, maka Surprise Suku Bunga SBI yang didifinisikan sebagai Suku Bunga SBI Estimasi minus Suku Bunga SBI Aktual berpengaruh positif pada Return Saham, 4) Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar yang menurut pembenaran deduktif berpengaruh positif pada Return Saham, maka Surprise Pertumbuhan Jumlah uang Beredar yang didifinisikan sebagai Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar Estimasi minus Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar Aktual berpengaruh negatif pada Return Saham. Untuk kalangan praktisi, dengan hasil penelitian ini disarankan : Implikasi penelitian khusus bagi para pemilik dana yang biasa melakukan jual beli saham di BEJ sebagai kegiatan investasi jangka pendek, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi Return suatu saham di akhir periode sebagai pertimbangan pengambilan keputusan pembelian saham tersebut pada awal periode agar ia mendapatkan Return Saham tersebut seoptimal mungkin. Dalam menerapkan hasil penelitian ini disarankan : a) Gunakan variabel penjelas Surprise : Inflasi, Suku Bunga Deposito, Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar, Rasio Pembelian-Penjualan Saham oleh Pemodal Asing, karena dari enam variabel yang dianalisis, hanya empat variabel tersebut yang dapat digunakan sebagai memprediksi Return Saham secara linier, dengan memberikan perhatian khusus pada variabel yang pengaruhnya dominan yaitu Surprise Suku Bunga Deposito . b) Untuk Inflasi dan Suku Bunga Deposito : b.1 Bilamana Surprise > 0, penyesuaian dilakukan dengan menaikkan marginal harga saham sedemikian rupa sehingga expected return penyesuaian mendekati atau sama dengan return aktual saham. b.2 Bilamana Surprise < 0, penyesuaian dilakukan dengan menurunkan marginal harga saham sedemikian rupa sehingga expected return penyesuaian mendekati atau sama dengan aktual return. Untuk pertumbuhan jumlah uang beredar : c.l Bilamana Surprise Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar = 0, penyesuaian expected return pada akhir periode dilakukan dengan menurunkan marjinal harga saham sedemikian rupa sehingga expected return penyesuaian mendekati atau sama dengan return aktualnya. c.2 Bilamana Surprise Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar < 0, maka penyesuaian expected return pada akhir periode dilakukan dengan menaikkan marginal harga saham sedemikian rupa sehingga expected return penyesuaian mendekati atau sama dengan return aktualnya. Untuk kalangan akademik, dengan hasil penelitian ini disarankan a) Berdasarkan temuan Leon yang dihasilkan dalam penelitian ini, disarankan, untuk penelitian-penelitian model multifaktor APT, kiranya dapat menerapkan kosep surprise untuk berbagai variabel eksternal lainnya, antara lain variabel politik, di mana gejolak politik yang terjadi pada tiga tahun terakhir ini yaitu periode pasca orde baru sangat dirasakan pengaruhnya terhadap harga-harga saham pada Bursa Efek di Indomesia. b) Untuk mengamati konsistensi temuan baru dari penelitian ini perlu adanya penelitian ulang dengan kajian yang sama baik dengan variabel yang sama pada periode yang berbeda atau variabel yang berbeda pada periode yang berbeda. </description
Item Type: | Thesis (Disertasi) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 Dis.E.13/03 Suj f | ||||||||||||
Uncontrolled Keywords: | Arbitrage Pricing Theory Surprise ; Macroeconomy factors ; Bullish; Bearish | ||||||||||||
Subjects: | H Social Sciences > HB Economic Theory > HB172.5 - Macroeconomics H Social Sciences > HG Finance > HG4501-6051 Investment, capital formation, speculation > HG4551-4598 Stock exchanges |
||||||||||||
Divisions: | 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Ekonomi | ||||||||||||
Creators: |
|
||||||||||||
Contributors: |
|
||||||||||||
Depositing User: | Nn Dhani Karolyn Putri | ||||||||||||
Date Deposited: | 20 Oct 2016 19:53 | ||||||||||||
Last Modified: | 05 Jun 2017 22:10 | ||||||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32643 | ||||||||||||
Sosial Share: | |||||||||||||
Actions (login required)
View Item |