FERDINAND KEREBUNGU, 099813185 D (2003) REVITALISASI MITOS MARADINDO PADA MASYARAKAT ADAT LINDU Di Kecamatan Kuwali Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
jiptunair-gdl-s3-2003-kerebungu2c-848-revitalisa-diss07-r-abs.pdf Download (374kB) | Preview |
|
|
Text (FULL TEXT)
jiptunair-gdl-s3-2003-kerebungu2c-848-revitalisa-diss07-r.pdf Download (10MB) | Preview |
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena pada saat masih kuatnya pemerintahan Orde Baru. Ada sebuah rencana proyek raksasa (untuk ukuran daerah Sulawesi tengah) yaitu rencana pembangunan PLTA Palu-3 di danau Lindu. Diperkirakan proyek tersebut akan menyerap dana sebesar 200 sampai dengan 400 miliar rupiah. Hal yang menarik dari rencana proyek tersebut adalah pemerintah belum dapat merealisasikan proyek tersebut hingga saat ini, karena mendapat perlawanan dari masyarakat adat Lindu. Pertanyaan utama dari fenomena tersebut adalah mengapa masyarakat adat Lindu dapat melakukan perlawanan terhadap rencana pembangunan PLTA Palu-3 tersebut? Kekuatan apakah yang mendorong sehingga masyarakat adat Lindu dapat melawan pembangunan proyek tersebut? Fenomena ini jika dibandingkan dengan proyek yang sama di Indonesia pada periode yang sama kelihatannya sangat mustahil. Studi ini dilakukan pada masyarakat adat Lindu di dataran Lindu Kecarnatan Kulawi, Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, dengan menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan partisipatif dan wawancara mendalam (depth interview). Ada tiga desa di dataran Lindu yang menjadi obyek penelitian yaitu desa Anca, Tomado dan Langko. Ketiga desa ini dihuni oleh penduduk asli Lindu yang mempunyai hubungan emosional dengan tokoh kharismatik Maradindo. Pendekatan penelitian ini menggunakan teori social-culture barrier dari Foster; Senjata-senjata orang kalah, dari James C. Scott dan analisis struktur pemikiran manusia atau pendekatan mitos, dari Claude Levi-Strauss. Studi ini ingin memahami apakah benar apa yang dikemukakan oleh Foster bahwa masyarakat yang sangat terikat dengan tradisinya akan mengalami hambatan dalarn perubahan. Demikian pula yang dikemukakan Scott, bahwa masyarakat kecil (petani) selalu melakukan perlawanan dengan cara tertutup. Sedangkan teori Levi-Strauss, digunakan sebagai alat untuk memahami struktur pemikiran masyarakat adat Lindu yang sangat kuat terhadap sistem adat istiadatnya, di mana mereka menggunakan mitos Maradindo sebagai alat untuk melakukan perlawanan terhadap rencana pembangunan PLTA Palu-3 di danau Lindu. Berdasarkan data lapangan, perlawanan masyarakat adat Lindu terhadap rencana pembangunan PLTA Palu-3 di danau Lindu, banyak disebabkan oleh karena tidak adanya keterbukaan dari pihak pemerintah sejak awal perencanaan hingga keluarnya amdal, 2 dan 3. akibat ketidakterbukaan pemerintah tersebut, maka masyarakat adat Lindu terus berusaha melawan pembangunan PLTA Palu-3 di danau Lindu dengan cara bernegosiasi dengan pemerintah, agar mereka tidak direlokasi ke luar dari dataran Lindu. Akibat posisi mereka semakin terdesak, maka masyarakat adat Lindu menggunakan tokoh spiritual Maradindo sebagai simbol kultural dalam melakukan perlawanan terhadap rencana pembangunan PLTA tersebut. Menurut keyakinan masyarakat adat Lindu, Maradindo adalah tokoh kharismatik yang mempunyai wibawa dan sangat bijak dalam memimpin masyarakatnya. Berdasarkan data lapangan dan teori yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis obyek studi ini, maka dapat dikemukakan tiga proposisi yang merupakan temuan penelitian ini, yaitu: . Pertama, jika suatu masyarakat yang akan tergusur dari habitat aslinya, maka masyarakat tersebut akan menjadikan leluhurnya sebagai perisai untuk melakukan perlawanan. Kedua, jika suatu masyarakat mendapat tekanan yang begitu kuat dari pihak tertentu, maka masyarakat tersebut akan berupaya mendekatkan diri pada leluhurnya dengan jalan berkomunikasi secara spritual agar leluhurnya dapat memberikan perlindungan. Ketiga, revitalisasi mitos merupakan sarana membangun nilai-nilai sakral dalam suatu masyarakat guna mempertahankan simbol- simbol identitasnya, dan nilai-nilai sakral itu dijadikan alat legitimasi untuk mempertahankan eksistensi kulturalnya. Kata-kata kunci: Masyarakat adat, revitalisasi, mitos, suaka ngata, perlawanan, pemerintah dan proyek PLTA
Item Type: | Thesis (Disertasi) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 Dis.S.07/03 Ker r | ||||||||||||
Uncontrolled Keywords: | Indigenous people, revitalization, myth, suaka ngata, resistance, government and Hydro-electric Project | ||||||||||||
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion > BL300-325 The Myth, Comparative Mythology H Social Sciences > HM Sociology > HM(1)-1281 Sociology > HM711-806 Groups and organizations > HM756-781 Community |
||||||||||||
Divisions: | 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Sosial | ||||||||||||
Creators: |
|
||||||||||||
Contributors: |
|
||||||||||||
Depositing User: | Nn Dhani Karolyn Putri | ||||||||||||
Date Deposited: | 09 Oct 2016 11:59 | ||||||||||||
Last Modified: | 09 Oct 2016 11:59 | ||||||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32723 | ||||||||||||
Sosial Share: | |||||||||||||
Actions (login required)
View Item |