ACHMAD HABIB, 0993114680 D (2002) DINAMIKA HUBUNGAN ANTAR ETNIK DI PEDESAAN:Konstruksi Sosial, Pola Hubungan, dan Fungsi Hubungan Antara Etnik Di Dusun Sumberbrantas, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
jiptunair-gdl-s3-2003-habib2c-849-etnik-diss08-d-abs.pdf Download (230kB) | Preview |
|
|
Text (FULL TEXT)
jiptunair-gdl-s3-2003-habib2c-849-etnik-diss08-d.pdf Download (12MB) | Preview |
Abstract
Setiap bangsa multi-etnik, termasuk Indonesia, berpotensi menghadapi masalah perbedaan, persaingan dan tidak jarang pertikaian antar etnik. Karena itu, etnik merupakan fenomena biologik yang berdampak kultural, sosial, ekonomi, dan politik. Walaupun fenomena etnik secara internal bisa berfungsi integratif, secara eksternal berpotensi konflik. Sebagai kajian beraspek sosio-politik, kajian etnisitas acap kali mengandung sejumlah bias. Bias modernisme cenderung melihat etnisitas sebagai gejala pra-modern dan kekuatan mundur (declining forces). Karena pandangan demikian cukup dominan, acap kali kajian etnisitas dipandang ketinggalan jaman. Bias fungsionalisme, hanya melihat etnisitas sebagai unsur kecil pembentuk lapisan sosial. Sedangkan bias Marxian, hanya melihat etnisitas sebagai babak lama mode produksi pra-kapitalis. Dengan mengambil latar pedesaan sebagai lokasi, penelitian ini mengajukan empat permasalahan pokok, yaitu: Bagaimanakah kelompok etnik pribumi menkonstruksi dan memposisikan kelompok etnik keturunan Cina? Bagaimanakah pola berperilaku dan perilaku terpola terhadap kelompok etnik pribumii terhadap kelompok etnik keturunan Cina? Akibat-akibat sosial apa saja yang muncul karena pola berperilaku dan perilaku terpola dalam hubungan sosial antara kelompok etnik pribumi dengan etnik keturunan Cina? Bagaimanakah dimensi-dimensi konstruksi, posisi, pola interaksi, dengan fungsi sosial hubungan antara kelompok etnik pribumi dengan etnik keturunan Cina saling terkait? Secara teoretik, penelitian ini menggunakan pendekatan interaksi social menurut Simmel. Dalam rangkaian proposisinya, Simmel menegaskan konflik sebagai suatu variabel yang menampilkan derajat intensitas interaksi. Karena itu, kompetisi dan pertarungan dlia simpulkan sebagai ujung ekstrim dari kontinum interaksi sosial. Kompetisi menyertakan usaha keras pihak-pihak yang terlibat dalam cara-cara yang lebih teratur dan bersifat paralel demi mencapai tujuan eksklusif, sedangkan pertarungan lebih menunjuk pada kegiatan pertikaian yang hampir tanpa aturan dan lebih bersifat saling berhadapan satu sarna lain. Proposisi konflik sosial Simmel menegaskan bahwa semakin tinggi derajat keterlibatan emosional pihak yang teribat dalam suatu kontlik, maka semakin kuat kecenderungannya untuk mengarah pada kekerasan, dan semakin suatu meningkat derajat solidaritas internal dalam masing-masing kelompok. Simmel mengibaratkan konflik sebagai. gejala-gejala penyakit yang sebenarnya malah menunjukkan terjadinya usaha dari organisme (sosial) untuk membebaskan diri dari ganguan dan kehancuran yang disebabkan oleh penyakit tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus. Lokasi penelitian dipilih yang mampu menyediakan data dan informasi yang diperlukan, dan didekati dengan metode studi kasus. Subjek dlan informan penelitian ditentukan dan diwawancarai berdasarkan kemungkinannya dalam memberikan data secara menyeluruh dan mendalam. Proses pemilihan sampel, kecuali untuk kali pertama, ditetapkan mengikuti pola sampel bola salju. Setelah dikaji kelayakannya, data dianalisis melalui tiga tahap penyandian. yaitu: penyandian terbuka. penyandian pokok, dan penyandian terpilih. Disimpulkan bahwa, konstruksi dan posisi sosial antar etnik mengalami dinamika dari majikan-pekerja, mitra kerja, pesaing. menjadi musuh. Semula, baik etnik Cina maupun etnik Jawa sama-sama merupakan pendatang. Perilaku terpola dalam interaksi antar etnik berbeda dengan pola berperilaku legal-normatif. Dinamika interaksi berubah dari pola penguasaan, kerjasama, persaingan, dan pertikaian. Masing-masing perilaku terpola dalam hubungan antar etnik ini, memberikan akibatakibat sosial yang berbeda. Pola penguasaan berakibat keterasingan. kerjasarna berakibat pertumbuhan kesadaran akan kepentingan. persaingan berakibat perbaikan kecakapan,dan pertikaian berakibat pergantian penguasaan. Keseluruhan dimensi baik konstruksi dan posisi, pola interaksi, dan fungsi sosial yang ditimbulkan membentuk model dialektika hubungan antara etnik. Sebagai implikasi teoretik pertama. temuan ini mendukung sebagian perspektif dialektik Simmel ten tang masyarakat. Pola hubungan baru antar kelompok etnik. merupakan akibat dialektika interaksi satu pihak etnik yang satu dengan pihak etnik yang lain. Dialektika itu sendiri. membentuk pola hubungan yang berubah dari pola penguasaan, menjadi kerjasama, persaingan, dan akhirnya pertikaian. Sebagian lain temuan penelitian ini merevisi pemikiran teoretik Simmel mengenai peran jarak dengan relasi sosial dan konsep orang asing (the stranger). Kelompok etnik Cina di pedesaan bukan orang asing sebagaimana digambarkan oleh Simmel. Hampir semua anggota kelompok etnik Cina, digolongkan dalam pola pukul-rata, sehingga memunculkan gejala stereo-type etnik. Berdasarkan stereo-type etnik ini pula, kelompok etnik Jawa memperlakukan kelompok etnik Cina. Implikasi teoretik kedua, temuan penelitian ini mendukung konseptualisasi Boulding (1963) tentang batas yang tipis antara persaingan dengan pertikaian. Pertikaian merupakan situasi yang melibatkan paling tidak dua pihak saling bertentangan. Secara sadar, kelompok etnik tertentu melakukan tindakan-tindakan diskriminatif agar kelompok etnik lain terkalahkan, sehingga terjadi reposisi hubungan sosial. Hubungan antar etnik memiliki akibat lebih fungsional bila berlangsung mengikuti pola hubungan penguasaan dan pertikaian. cenderung disfungsional terhadap sistem sosial-ekonomi. Implikasi teoretik ketiga, penelitian ini meragukan pendekatan aistensialisme dalam pengembangan masyarakat. Sebaliknya, temuan penelitian ini mendukung pendekatan pengembangan masyarakat yang menekankan pada pentingnya interaksi kerjasama dan persaingan. Implikasi teoretik keempat, temuan penelitian ini menolak penyempitan konsep peran produktif negara (productive role of state) sebagai sekedar tindakan asistensialisme-altruistik negara terhadap kaum miskin pedesaan. Sebab, ketika dihadapkan pada peluang kerjasama dan atau persaingan dengan pelaku ekonomi rasional, kaum tanipun mampu mengembangkan pertimbangan dan tindakan rasional ekonomi mereka. Kata Kunci : Interaksi Ethnic, Konstruksi Sosial, Kedudukan Sosial, Hubungan Terpola. Konsekuensi Sosial.
Item Type: | Thesis (Disertasi) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 Dis.S.08/03 Hab d | ||||||
Uncontrolled Keywords: | Ethnic Interaction, Social Construction, Social Position, Patterned Relation, Social Consequence. | ||||||
Subjects: | H Social Sciences > HM Sociology > HM(1)-1281 Sociology H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare > HV1-9960 Social pathology. Social and public welfare. Criminology > HV697-4959 Protection, assistance and relief > HV3176-3199 Special classes. By race or ethnic group |
||||||
Divisions: | 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Sosial | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | Nn Dhani Karolyn Putri | ||||||
Date Deposited: | 20 Oct 2016 01:23 | ||||||
Last Modified: | 20 Oct 2016 01:23 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32726 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |