BORO : MOBILITAS PENDUDUK MASYARAKAT TEGALOMBO SRAGEN

TJIPTO SUBADI, 099712463 D (2004) BORO : MOBILITAS PENDUDUK MASYARAKAT TEGALOMBO SRAGEN. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s3-2007-subaditjip-3593-diss09-b-abs.pdf

Download (244kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s3-2007-subaditjip-3593-diss09-b.pdf

Download (11MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Studi ini menganalisis bora sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial terutama menyangkut proses dan makna bora. Permasalahan utama yang menjadi fokus penelitian ini adalah; (1) siapakah pelaku bora sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial di desa Tegalombo? mengapa mereka melakukan boro, faktor-faktor apa saja yang menjadi konteks konstruksi sosial para pelaku boro, apakah faktor ekonomi (materi) yang menjadi faktor utama mereka melakukan boro seperti dinyatakan Lee bahwa motif ekonomi merupakan dorongan utama orang bermigrasi, apakah ada faktor lain (non ekonomi/non materi) yang cukup panting berpangaruh terhadap tindakan mereka melakukan boro? bagaimana pelaku boro masyarakat desa Tegalombo mengkonstruksi alasan yang mendasari tindakan mereka melakukan boro, atau bagaimana alasan yang mendasari ,tindakan mereka melakukan boro? (2) bagaimana konstruksi sosial proses boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial, bagaimana keterkaitan antara proses boro itu dengan kesadaran jaringan sosial, dan bagaimana pula keterkaitan antara proses boro dengan jaminan sosial seperti jaminan keamanan, kesehatan terhadap keluarga (istri dan anak-anak) yang ditinggalkan? (3) bagaimana makna boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial bagi pelaku boro itu sendiri atau bagaimana konstruksi sosial makna boro oleh pelaku boro? Tujuan penelitian secara umum; mengungkapkan dan memahami fenomena boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial dari proses dan makna yang dilihat sebagai realitas subjektif. Secara khusus; (1) memahami dan memperoleh pengetahuan sosial yang sistematis dan bisa dipertanggungjawabkan mengenai alasan yang mendasari tindakan mereka melakukan boro, konstruksi sosial proses boro, dan konstruksi sosial makna boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial (2) memahami dan memperoleh pengetahuan sosial mengenai alasan yang mendasari mereka melakukan boro dan konstruksi sosial proses boro serta konstruksi sosial makna boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial dari pelaku boro ini sekaligus memodifikasi teori migrasi kuantitatif Everett S. Lee yang dilihat sebagai realitas objektif menjadi teori migrasi kualitatif dilihat sebagai realitas subjektif. Manfaat penelitian secara teoritis, memberikan sumbangan ilmu pengetahuan sosial tentang alasan yang mendasari tindakan mereka melakukan boro, proses boro dan maknanya sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial sekaligus memodifikasi teori migrasi kuantitatif Lee yang dilihat sebagai realitas objektif menjadi teori migrasi kualitatif dilihat sebagai realitas subjektif. Secara praktis, memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam menyusun strategi kebijakan penataan kependudukan, strategi dalam menciptakan kesempatan kerja dan pengembangannya yakni system informasi kesempatan kerja, jaringan sosial dan jaminan sosial daerah potensi boro kepada calon-calon boro (masyarakat pedesaan) dalam menghadapi persoalan ketenaga kerjaan, persoalan mobilitas penduduk dan gejala sosial bagi masyarakat pedesaan. Studi boro ini relevan dalam konteks teori migrasi, grend theory dari teori migrasi yang cukup terkenal adalah Theory Lee yang membuat teori dorong-tarik (push-pull theory), teori ini mengemukakan bahwa setiap migrasi mempunyai daerah asal, daerah tujuan, dan bermacam-macam rintangan yang menghambat. Menurut Lee ada empat faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu: faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, faktor-faktor di daerah tujuan, faktor rintangan, dan faktor pribadi. Banyak faktor non ekonomi yang tidak disebut Lee sebagai faktor pendorong migrasi, justru menjadi faktor penting yang mendorong seseorang melakukan boro, antara lain; faktor hubungan kekeluargaan (kekerabatan) yang terjalin antara boro lama dengan boro yang baru, faktor kesadaran jaringan sosial dan faktor kesadaran jaminan sosial, faktor kesadaran ajaran agama (relegiusitas), dan faktor kesadaran ilmu pengetahuan dan status sosial. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif yang berfokus pada analisis pemahaman dan pemaknaan, paradigmanya definisi sosial yang bergerak pada kajian mikro. Metode analisis data menggunakan first order understanding yakni meminta peneliti aliran ini untuk menanyakan kepada pihak yang diteliti guna mendapatkan penjelasan yang benar, informasi inilah yang disebut ekternalisasi. Selanjutnya peneliti melakukan second order understanding yakni peneliti memberikan penjelasan dan interpretasi terhadap interpretasi pihak yang diteliti sampai memperoleh suatu makna yang baru mengenai alasan yang mendasari tindakan mereka melakukan boro, konstruksi proses boro dan maknanya, informasi inilah yang disebut objektivasi. Penelitian ini melakukan identifikasi struktur masyarakat desa, sebagaimana layaknya karakteristik daerah tradisional-agraris struktur masyarakat desa tersebut masih dipengaruhi oleh struktur kepemilikan tanah yang terdiri dari; kuli kenceng, kuli setengah kenceng dan, kuli ngindung. Kuli kenceng adalah anggota masyarakat yang mempunyai tanah sawah, tanah pekarangan dan tanah tegalan. Kuli setengah kenceng adalah anggota masyarakat yang hanya memiliki tanah pekarangan dan tidak memiliki tanah sawah dan tanah tegalan. Sedangkan kuli ngindung adalah anggota masyarakat yang tidak meliliki tanah pekarangan, tanah sawah, dan tanah tegalan. Dan ketiga lapisan masyarakat tersebut di Bias boro dilakukan oleh warga msyarakat kuli setengah kenceng . Para pelaku boro ini memiliki konstruksi sosial yang beragam berkaitan dengan alasan yang mendasari tindakan mereka melakukan boro. Pada satu sisi, boro bertindak karena alasan ekonomi, mereka melakukan boro karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. rendahnya upah, terbatasnya lahan pertanian, rendahnya harga hasil pertanian di daerah asal. Pada sisi lain boro bertindak karena alasan non ekonomi, mereka melakukan boro karena adanya kesadaran yakni kesadaran jaringan sosial dengan orang yang sedang boro, boro juga memiliki kesadaran jaminan sosial seperti jaminan keamanan dan jaminan kesehatan bagi keluarga yang ditinggalkan, boro demi anak-anak, boro ingin mencari pengalaman dan meningkatkan status sosial di desanya. Proses boro menggunakan sistem siklus yang teratur dan hubungan sepesukuan, sistem boro ini menjelaskan bahwa boro dilakukan dengan mengikuti orang yang telah boro dan berhasil, antara boro lama dengan boro baru masih memiliki hubungan keluarga atau sedesa, dan sebaliknya orang yang telah sukses di daerah tujuan mengajak kerabatnya (family) untuk ikut melakukan boro. Proses boro dengan mengikuti orang yang sudah lama boro dan berhasil, atau sebaliknya orang yang telah sukses di daerah tujuan mengajak kerabatnya (family) untuk ikut melakukan boro menunjukkan bahwa proses boro berkaitan erat dengan kesadaran jaringan sosial atau kedekatan dengan orang yang telah boro dan sukses di daerah tujuan. Proses boro yang dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan dan kesehatan keluarga (istri dan anak-anak) yang ditinggalkan menunjukkan bahwa boro berkaitan erat dengan kesadara jaminan sosial. Boro memiliki banyak makna, selain makna ekonomi (material) boro juga memiliki makna non-ekonomi seperti makna kesadaran religiusitas, makna kesadaran jaringan sosial dan makna kesadaran jaminan sosial, makna kesadaran ilmu pengetahuan dan status sosial. Boro dilakukan untuk memperbaiki perekonomian keluarga menunjukkan makna ekonomi dalam boro. Sedangkan boro dikaitkan dengan keyakinan (ajaran) agama menunjukkan makna kesadaran religiusitas. Begitu juga boro yang di dasarkan atas hubungan kekerabatan antara boro lama dan boro baru menunjukkan makna kesadaran akan jaringan sosial dalam boro, sedangkan boro yang di dasarkan atas pertimbangan keamanan dan kesehatan keluarga menunjukkan makna kesadaran jaminan sosial dalam boro. Selain itu, boro ingin mencari ilmu pengetahuan (pengalaman) yang dikaitkan dengan figur Hamka menunjukkan makna kesadaran akan ilmu pengetahuan dan status sosial dalam boro. Proses boro dan makna boro dari pelaku boro tersebut di atas memodifikasi teori migrasi kuantitatif yang dilihat sebagai realitas objektif menjadi teori migrasi kualitatif dilihat sebagai realitas sujektif. Implikasi temuan penelitian ini adalah; pertama, fenomena boro oleh warga masyarakat kuli setengah kenceng menjadi alat mobilitas vertikal untuk menjadi elite masyarakat. Mobilitas vertikal ini tidak hanya didorong orang keberhasilan individu pelaku boro, tetapi juga oleh pandangan masyarakat desa yang melihat pelaku boro memiliki status sosial lebih tinggi dibanding dengan anggota masyarakat yang tinggal di desa. Dengan kala lain ada konstruksi sosial yang turut mendorong mobilitas vertikal tersebut bahwa orang yang boro oleh masyarakat diposisikan mempunyai status sosial lebih tinggi dari pada warga masyarakat yang tidak melakukan boro (tinggal di desa). Sedangkan implikasi terhadap falsafah hidup jawa mangan ora mangan anggere kumpul (makan tidak makan asalkan berkumpul) adalah bahwa tindakan boro mampu mempengaruhi masyarakat desa dari berpikir irasional menjadi berpikir rasional. Aliran irasional mengatakan bahwa mangan ora mangan anggere kumpul mereka ini tetap tinggal di desa tidak boro dan tidak berani meninggalkan falsafah hidup jawa tersebut. Sedangkan aliran rasional mengatakan bahwa “kumpul ora bakal mangan menowo ora obah (berkumpul tidak akan makan jika tidak bekerja) mereka ini raja meninggalkan desa, anak-anak dan keluarga boro ke Sumatra. Dengan kata lain bahwa falsafah hidup jawa tersebut sudah ditinggalkan oleh kelompok masyarakat kuli setengah kenceng sebagai pelaku boro. Kedua, terkait dengan adanya kesadaran jaringan sosial dan kesadaran jaminan sosial dalam boro maka imlpikasi dari temuan penelitian berikutnya adalah bahwa tidaklah berlebihan jika analisis terhadap masyarakat yang melakukan boro tersebut sudah dapat dikatakan mempunyai tingkat kesadaran tetap dan dinamis dalam keinginan dan kebutuhan hidup seperti dikemukakan Husseri bahwa ide mengenai ego transedental merefleksikan ketertarikannya pada dasar dan sifat tetap kesadaran manusia yang dinamis. Oleh karena itu, kajian selanjutnya merujuk pada perilaku boro yang dimaknai sebagai suatu proses kesadaran yang berkelanjutan (ego transendental) menuju pada keinginan dan kebutuhan untuk melakukan perubahan hidup. Ketiga, terkait dengan banyaknya faktor yang mendasari tindakan seseorang melakukan boro (faktor ekonomi dan non-ekonomi) dan banyak makna seseorang melakukan boro (makna kesadaran ekonomi, makna kesadaran jaringan sosial dan makna kesadaran jaminan sosial, makna kesadaran religiusitan, makna kesadaran mencari pengalaman dan meningkatkan status sosial) maka implikasi hasil penelitian ini adalah memodifikasi teori migrasi kuantitatif yang dilihat sebagai realitas objektif menjadi teori migrasi kaulitatif yang dilihat sebagai realitas subjektif. Implikasi hasil penelitian ini sama sekali tidak menolak teori migrasi kuantitatif, tetapi lebih pada menambah khasanah teori migrasi yang telah ada. Harapan dari penelitian ini terhadap kajian-kajian migrasi selanjutnya bisa sampai pada kajian kuantitatif-kaulitatif. </description

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKB KK-2 Dis.S.09/05 Sub b
Uncontrolled Keywords: Boro, wide range of meanings, First and order understanding methods, Qualitative migration theory, Subjective reality.
Subjects: H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare > HV1-9960 Social pathology. Social and public welfare. Criminology > HV697-4959 Protection, assistance and relief > HV4005-4013 Immigrants
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Sosial
Creators:
CreatorsNIM
TJIPTO SUBADI, 099712463 DUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorA. Ramlan SurbaktiUNSPECIFIED
Thesis advisorSalladien, Prof., DrUNSPECIFIED
Thesis advisorSunyoto Usman, Prof., DrUNSPECIFIED
Depositing User: Nn Dhani Karolyn Putri
Date Deposited: 19 Oct 2016 21:01
Last Modified: 19 Oct 2016 21:01
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32730
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item