BIOINDIKATOR PENCEMAR LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DENGAN ANALISIS STRUKTUR MIKROANATOMI, EFISIENSI FUNGSI INSANG, MORFOLOGI DAN KONDISI CANGKANG KERANG AIR TAWAR (Anodonta woodiana Lea.)

SUNARTO (2006) BIOINDIKATOR PENCEMAR LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DENGAN ANALISIS STRUKTUR MIKROANATOMI, EFISIENSI FUNGSI INSANG, MORFOLOGI DAN KONDISI CANGKANG KERANG AIR TAWAR (Anodonta woodiana Lea.). Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Full text not available from this repository. (Request a copy)
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Bioindikator dengan menggunakan organ tubuh biota masih jarang ditemukan. Anodonta woodiana, Lea., diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bioindikator untuk menilai pencemaran logam berat Cd. Berdasar berbagai penelitian, Cd merupakan bahan pencemar berbahaya apabila melebihi nilai baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan. Jika logam Cd masuk ke badan perairan dapat menyebabkan rusaknya ekosistem perairan tersebut, dan jika masuk ke biota dapat mengakibatkan terganggunya sistem metabolisme atau sistem fisiologi tubuh. Penelitian ini dirancang untuk menemukan salah satu bioindikator pencemar logam berat Cd dengan menggunakan analisis kondisi cangkang, struktur mikroanatomi dan efisiensi fungsi insang kerang air tawar Anodonta woodiana, Lea. Pemeliharaan kerang dilakukan di kolam berukuran 265 cm x 370 cm, dan untuk pemijahan berukuran 150 cm x 200 cm. Perlakuan diberikan di aquarium berukuran 40 cm x 80 cmx 40 cm sebanyak 7 buah. Percobaan menggunakan rancangan faktorial dengan menggunakan factor I : lama pencemaran yang terdiri dari lima tingkat yaitu , pencemaran setelah 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan. Perlakuan dilakukan terhadap vartiabel kualitas air, kadar Cd dalam insang, struktur mikroanatomi insang, efisiensi fungsi insang, kadar Cd dalam cangkang, dan kondisi cangkang. Pengukuran dan pengamatan dilakukan pada kerang setelah pemaparan 2 bulan (periode 1), pemaparan setelah 4 bulan (periode 2), pemaparan setelah 6 bulan (periode 3), pemaparan setelah 8 bulan (periode 4) dan pemaparan setelah 10 bulan (periode 5) dengan pemaparan Cd masing-masing; KO (kontrol tanpa Cd); P-1 (pemaparan Cd 1 ppm); P-2 (pemaparan Cd 5 ppm); P-3 (pemaparan Cd 10 ppm); P-4 (pemaparan Cd 15 ppm); dan P-5 (pemaparan Cd 20 ppm). Pengukuran kualitas air (Dissolved Oxygen, Suhu, pH) di lakukan terhadap media air dalam aquarium, untuk analisis kadar Cd pada insang dan pada cangkang dilakukan dengan menggunakan FAAS, untuk struktur mikroanatomi insang di lakukan dengan pembuatan preparat irisan metode parafin dengan pewarnaan hematoxylin-eosin. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA), untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diukur, kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf uji 5% atau menggunakan Bonferroni test untuk mengetahui kelompok yang berbeda dan analisis korelasi regresi untuk mengetahui beds nyata diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaparan Cd akan menyebabkan perubahan morfologi dan kondisi cangkang, setiap perubahan periodel ke periode 2, 3, 4 dan 5 mengakibatkan perubahan morfologi dan kondisi cangkang sebesar 0,46 % dan setiap penambahan Cd 1 ppm, tingkat perubahan cangkang sebesar 0,09 %. Setelah 2 bulan pemaparan Cd sebesar 20 ppm mengakibatkan kadar Cd yang terakumulasi pada cangkang sebesar 0,252 ppm. Setelah 4 bulan pemaparan Cd 10 ppm, kadar Cd pada cangkang 0,29 ppm, cangkang keras dan warna hitam. Setelah 6 bulan pemaparan Cd 1 ppm dan 5 ppm, kadar Cd pada cangkang 0,056 ppm – 0,287 ppm, cangkang keras, hitam. Terjadi kerusakan cangkang, keras, hitam. Setelah 8 bulan pemaparan Cd 10 ppm kadar Cd pada cangkang 0,660 ppm, terjadi perubahan cangkang menjadi rapuh dan berwarna kuning. Untuk struktur mikroanatomi insang setelah 2 bulan pada pemaparan Cd 20 ppm, kandungan Cd dalam insang sebesar Cd 0,18 ppm dan terjadi kerusakan struktur mikroanatomi insang yaitu menyebabkan lamela branchialis mengalami edema, sel pilar terpisah dengan sel epithelium, dan sel basophil pecah. Setelah 4 bulan pada pemaparan Cd 20 ppm, kandungan Cd dalam insang sebesar 0,338 ppm dan terjadi kerusakan struktur mikroanatomi insang yaitu basis lamela mengalami hiperplasia, haemal sinusis robek dan lamela sekunder bersatu. Setelah 6 bulan terjadi kerusakan struktur mikroanatomi insang yaitu mulai pada pemaparan Cd 10 - 20 ppm, dengan kadar Cd dalam insang sebesar 0,347 – 0,650 ppm dan terjadi kerusakan basis lamela mengalami hiperplasia, haemal sinusis robek dan lamela sekunder bersatu. Setelah 8 bulan terjadi kerusakan struktur mikroanatomi insang pada pemaparan 15-20 ppm, dengan kadar Cd dalam insang sebesar 0,444 ppm – 0,896 ppm, seluruh lamela sekunder mengalami hyperplasia, kerusakan filamen dan water chennel rusak. Setelah 10 bulan terjadi kerusakan pada pemaparan Cd 15 – 20 ppm, seluruh lamela sekunder mengalami hiperplasia, kerusakan filamen dan muscle fibers tidak beraturan. Dari periode 1 ke periode 2, 3, 4 dan 5, efisiensi fungsi insang mengalami penurunan sebesar 0,073 ppm dan setiap penambahan pemaparan Cd 1 ppm, maka efisiensi fungsi insang semakin berkurang sebesar 0,013 ppm per periode. Ada hubungan antara struktur mikroanatomi, efisiensi fungsi insang, morfologi dan kondisi cangkang kerang air tawar Anodonta woodiana Lea., sehingga morfologi dan kondisi cangkang dapat digunakan sebagai bioindikator makroskopis awal pada Anodonta woodiana Lea., akibat terpapar logam berat Cd.

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKC KK Dis.M.04/07 Sun b
Uncontrolled Keywords: Bioindicator; Anodonta woodiana Lea.; pollution; kadmium; microanatomy structure; gill function efficiency; morphology; shell condition.
Creators:
CreatorsNIM
SUNARTOUNSPECIFIED
Depositing User: Guruh Haris Raputra, S.Sos., M.M. '-
Date Deposited: 12 Oct 2016 08:34
Last Modified: 12 Oct 2016 08:34
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32900
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item