TRI KURNIATI AMBARINI, 090415306M (2006) PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA PENDERITA SKIZOFRENIA MELALUI TEKNIK MODELLING. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s2-2008-ambarinitr-6483-00806a-t.pdf Download (348kB) | Preview
Preview	Text (FULLTEXT) gdlhub-gdl-s2-2008-ambarinitr-6483-00806.pdf Download (1MB) | Preview

Abstract

Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa atau skizofrenia perlu menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah. Gangguan yang dirasakan oleh penderita skizofrenia tidak hanya akan memberikan dampak yang merugikan bagi penderita saja, namun juga kepada keluarga dan masyarakat sekitar. Penderita skizofrenia sering mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi sosial, menghadapi masalah yang berhubungan dengan keterampilan interpersonal, memiliki keterampilan sosial yang buruk dan mengalami defisit fungsi kognitif. Hal tersebut akhirnya membuat penderita skizofrenia mengalami isolasi sosial, yaitu dalam bentuk menarik diri, tidak mau bergaul, menghindar untuk berhubungan dengan orang lain. Rendahnya keterampilan sosial memberikan dampak tidak hanya bagi penderita skizofrenia saja namun juga kepada masyarakat sekitar mereka. Oleh karena itu, kajian ini ditujukan untuk dapat melihat bagaimana penerapan program terapi yang dapat meningkatkan keterampilan sosial pada penderita skizofrenia. Harry Stack Sullivan (Arief,2006) yakin bahwa pasien skizofrenia yang paling parah sekalipun mempunyai kapasitas untuk menjalin hubungan interpersonal. Penggalian data-data yang diperlukan dilakukan melalui asesmen yaitu observasi, wawancara dan tes psikologi berupa TAT, SSCT serta Grafis. Pelaksanaan program ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan atau sesi dimana setiap sesi mengajarkan keterampilan yang berbeda. Setiap sesi memiliki tahap yang sama yaitu dimulai dengan pemberian instruksi mengenai apa yang harus dilakukan oleh penderita dilanjutkan dengan peragaan perilaku contoh oleh terapis, munculnya vicarious reinforcement yang dapat langsung dilihat oleh penderita dan terakhir penderita meniru perilaku contoh yang diperagakan. Keterampilan yang akan diajarkan meliputi bagaimana melakukan tugas-tugas rumah sehari-hari, seperti halnya dalam kemampuan self-care. Pengukuran keberhasilan program dilihat melalui pencapaian target perilaku yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan program. Hasil penerapan program ini menunjukkan bahwa dari 6 keterampilan yang diajarkan, 4 keterampilan dapat dikuasai oleh penderita sepenuhnya sedangkan 2 keterampilan lain hanya dikuasai 50 % dari target perilaku yang ditentukan. Keterampilan yang lebih mudah untuk diajarkan dan dikuasai oleh penderita terkait dengan kemampuan merawat diri (self-care) sedangkan keterampilan melakukan tugas sehari-hari diperlukan penjelasan lebih lanjut oleh terapis kepada penderita mengenai manfaat keterampilan tersebut. Beberapa hal yang hendaknya diperhatikan dalam menerapkan teknik modelling untuk mengajarkan keterampilan sosial adalah seberapa berat simptom-simptom yang muncul pada penderita, ada tidaknya dan seberapa besar dukungan dari keluarga dan keterampilan sosial yang defisit pada diri penderita apakah cocok untuk diajarkan melalui teknik modelling.

Actions (login required)

View Item