Waras Budiman, 099813092M
(2002)
MODULASI RESPONS IMUN PADA MENCIT BALB/c YANG STRES AKIBAT STRESOR SUARA.
Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Peningkatan suara dengan gelombang kompleks yang tidak beraturan dikenal sebagai bising, merupakan salah satu stresor bagi individu. Bila hal tersebut terjadi berulangkali dan terus menerus sehingga melampaui adaptasi individu maka berakibat tetjadi kondisi stres yang merusak atau sering disebut distress. Keadaan bising dapat berakibat kelainan pada sistem pendengaran serta menurunkan kemampuan dalam berkomunikasi, disamping sebagai stresor yang dapat memodulasi respons imun. Telah dilaporkan bahwa pekerja yang berada atau bekerja di tempat yang mempunyai tingkat kebisingan tinggi sering mengalami gangguan kesehatan dan mudah terserang infeksi. Bila hal tersebut tidak segera mendapat perhatian maka kejadian dengan mekanisme yang belum jelas berpeluang besar terjadi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya berakibat produktivitas kerja menurun. Intensitas suara yang melebihi 85 dB selama 1 jam, diberikan dalam waktu 14 hari berpeluang un tuk mengakibatkan gangguan pendengaran, disamping mempengaruhi kondisi kesehatan individu. Sistem safaf, endokrin, dan sistem imun saling berhubungan dengan memanfaatkan berbagai substansi penghantar sinyal stres dan reseptor sinyal, yang berakibat terjadi pengaturan perilaku sel pada sistem imun. Stres yang ditunjukkan dengan peningkatan kortisol dan katekolamin akan menekan aktivitas sel imunokompeten berakibat penurunan ketahanan tubuh. Pengaruh kortisol pada hambatan sekresi IL-l eleh makrofag dan IT,-2 oleh sel Th yang clapat menurunkan sintesis imunogobulin oleh sel B. Pengaruh perubahan kondisi ketahanan tubuh akibat peningkatan kebisingan menunjukkan bahwa terdapat hubungan stres pada sistem imun yang dicerminkan oleh perubahan ketahanan tubuh dengan tingkat kebisingan. Namun sampai saat ini mekanisme perubahan ketahanan tubuh akibat pengaruh stresor suara tersebut belum terungkap dengan jelas. Psikoneuroimunologi sebagai ilmu yang digunakan untuk menjelaskan tentang respons imun pada kondisi stres mulai dikembangkan. Konsep ini memberi peluang untuk menjelaskan perubahan biologis sebagai bentuk respons stres oleh rangsangan yaitu tingkat kebisingan. Sinyal stres yang dirasakan individu, dirambatkan melalui hypotalamic - pituitary - adrenocortical axis (HPA axis). Stresor menyebabkan peningkatan corticotropin releasing factor ( CRF) hipotalamus, yang memicu aktivitas HPA aksis. Dalam kondisi normal sel imunokompeten dalam keadaan homeostasis. Perubahan kadar kortisol, jumlah limfosit dan IgG akan menentukan hubungan antara stres yang disebabkan oleh kebisingan dengan perubahan respons ketahanan tubuh. Namun sejauh ini mekanisme pengaruh kebisingan terhadap modulasi respons imun tersebut belum terungkap dengan jelas. Jenis penelitian eksperimental, bertujuan untuk menjelaskan mekanisme inmnopatobiogenesis respons imun yang stres, dengam rancangan penelitian faktorial the post test only control group design dan analisis multivariat. Penelitian menggunakan stresor suara dengan lama paparan 1 jam dan 2 jam serta intensitas suara 40-50 dB dan intensitas suara > 85 dB pada hewan coba mencit BALB/c jantan berumur 6-8 minggu (sexualy mature), berat badan kurang lebih 40 gram, dibagi 6 kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari 8 sampel secara alokasi random, variable tergantung adalah kortisol, jumlah limfosit, IgG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar kortisol serta penurunan jumlah limfosit dan kadar IgG serum (p<0,0l) akibat waktu paparan selama 1 jam dengan intensitas suara 40-50 dB rnaupun intensitas suara > 85 dB. Demikian pula pada paparan.selama 2 jam dengan intensitas suara 40-50 dB maupun intensitas suara > 85 dB yaitu peningkatan kadar kortisol serta penurunan jumlah limfosit dan kadar IgG serum (p<0,0l). Dibandingkan waktu 2 jam dan 1 jam paparan pada intensitas suara > 85 dB terjadi peningkatan lebih tinggi untuk kadar kortisol serta penurunan jumlah limfosit dan IgG serum yang lebih rendah, daripada intensitas suara 40-50 dB (p<0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada stres akibat stresor suara yang berlangsung cepat ataupun lama disertai dengan intensitas suara yang berbeda dapat menyebabkan modulasi respons imun. </description
Actions (login required)
|
View Item |