Tony Hartono, 090214721 M
(2005)
EKSPRESI VASCULAR CELL ADHESION MOLECULE -I (VCAM-1) dan PERUBAHAN HISTOPATOLOGI AORTA TIKUS PUTIH JANTAN (Rates norvegicus) SIROSIS YANG DIINDUKSI DENGAN ENDOTOKSIN E coli O55:B4.
Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Penyakit hati yang kronis menyebabkan sirosis, ditandai dengan meluasnya jaringan fibrosis dan hilangnya morfologi hati normal. Hal ini mempengaruhi fungsi hati sebagai filter mikroorganisma dan toksin. Apabila itu berlanjut akan menyebabkan endotoksaemia. Pelepasan endotoksin dalam sirkulasi darah menyebabkan syok septik. Tingkat mortalitas mencapai 20% hingga 30% pada pasien yang mengalami syok septik disebabkan oleh bakteri gram negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi molekul adhesi VCAM-1 dan perubahan histopatologi aorta tikus putih jantan (Ratus norvegicus) sirosis yang diinduksi dengan endotoksin E cnli 055:B4. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium yang menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAT.) dengan lima perlakuan dan lima pengulangan. Perlakuan kontrol menggunakan induksi larutan saline, selanjutnya interval pengamatan 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam terhadap induksi endotoksin. Data dengan skala ordinal yaitu intensitas warna VCAM-1 dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan Uji Z, sedangkan data dengan skala rasio dianalisis dengan Anova dan dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan ekspresi warna VCAM-1 paling tinggi pada perlakuan kontrol, pengamatan interval 6 jam dan 12 jam dengan skor rank rata-rata 18 (P<0,05) dibandingkan dengan interval pengamatan 18 jam dan 24 jam. Hal ini disebabkan karena jumlah set endotel yang mampu mengekspresikan VCAM-1 lebih banyak. Jumlah sel endotel pads kontrol, perlakuan 6 jam dan 12 jam berbeda nyata dengan perlakuan interval 18 dan 24 jam (P<0,05). Jumlah sel endotel tertinggi didapat pads perlakuan kontrol dengan jumlah rata-rata 6,6920 ± 0,1205 dalam interval l cm. Hal ini disebabkan oleh lama pemaparan endotoksin, semakin lama mengakibatkan perubahan ultra struktur endotel yang Iebih parah, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sel endotel. Tebal lapisan VCAM-1 pada sel endotel (dari permukaan endotel hingga lapisan elastis lamina intema) pada interval pengamatan 6 dan 12 jam berbeda dengan kontrol dan ketiganya berbeda nyata dengan perlakuan pengamatan 18 dan 24 jam (P<0,05). Hasil perlakuan yang paling tebal terjadi pada perlakuan interval pengamatan 6 jam dengan tebal (0,0705 + 0,0030) 1O3cm. Hal ini disebabkan karena kemampuan masing-masing sel endotel dalam mengekspresikan molekul adhesi VCAM-1. Penurunan tebal lapisan VCAM-1 endotel pads interval pengamatan 18 jam dan 24 jam disebabkan kerusakan ultrastruktur sel endotel yang parah, sehingga kemampuan ekspresi VCAM-1 menurun. Terjadi peningkatan diskontinyuitas lapisan elastis lamina interim yang nyata dengan (P<0,05) pada interval pengamatan 18 jam dan 24 jam jika dibandingkan dengan kontrol dan interval pengamatan 6 jam dan 12 jam. Hasil perlakuan yang paling tinggi mengalami diskontinyuitas terjadi pada interval pengamatan 24 jam dengan panjang (0,2312 ± 0,0892) 10-3cm. Hal ini menunjukkan kerusakan yang parah pada lapisan elastis lamina interna hingga terjadi diskontinyuitas. Jumlah sel endotel berkurang, sehingga lapisan elastis lamina interna terpapar langsung dengan endotoksin. Penipisan lapisan elastis lamina interna yang nyata (P<0,05) pada interval pengamatan 18 dan 24 jam jika dibandingkan dengan interval pengamatan kontrol, 6, dan 12 jam. Lapisan elastis lamina intema pada interval pengamatan 24 jam menunjukan lapisan yang paling tipis dengan ketebalan (0,0122 ± 0,0029) 10-3cm Lapisan elastis lamina intema semakin menipis seiring lama kontak sel endotel dengan endotoksin. Endotoksin menyebabkan pelepasan Nitric Oxide (NO) yang mempunyai sifat antiproliferasi sehingga mcnghambat pembentukan neointima Penurunan ekspresi VCAM-1 juga menyebabkan penurunan pembentukan neointima. Pada penelitian ini menunjukkan ekspresi VCAM-1 dipengaruhi oleh jumlah sel endotel yang mengekspresikan VCAM-1 dan peningkkatan level ekspresi VCAM-1 pada masing-masing endotel. Pada perlakuan kontrol, interval pengamatan 6 jam dan 12 jam menunjukkan ekspresi VCAM-1 yang lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan kelompok interval pengamatan 18 jam dan 24 jam. Hal ini disebabkan oleh jumlah sel endotel yang lebih banyak dengan (P<0,05) pada kelompok kontrol, interval pengamatan 6 jam dan 12 jam jika dibandingkan dengan kelompok interval pengamatan 18 jam dan 24 jam. Pada kelompok 18 jam dan 24 jam menunjukkan penipisan lapisan elastis lamina interva dan interval diskontinyuitas yang lebih panjang dengan (P<0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol, interval pengamatan 6 dan 12 jam. Hal ini disebabkan karena waktu kontak sel endotel dengan endotoksin, semakin lama menunjukkan demjat jejas pada sal endotel semakin parah. Saran dalam penelitian ini, perlu dilakukan kontrol pemeriksaan VCAM-1 secara in vivo pada penderita sirosis untuk mengetahui kondisi inflamasi sistemik pada penderita sirosis. Hal ini diharapkan dapat mengurangi resiko perdarahan yang terjadi pada penderita sirosis dengan penatalaksanaan terapi pencegahan lebih awal. Perlu dilakukan penelitian menggunakan molekul adhesi dan endotoksin dari bakteri yang lain. Perlu dilakukan dengan menggunakan dosis endotoksin yang lebih rendah dan pengamatan yang lebih lama, sehingga bisa mengamati pembentukan lapisan neointima.
Actions (login required)
|
View Item |