Karnaji, 090214805 (2005) KALANGAN MARJINAL DI PERKOTAAN STUDI KASUS PERLAWANAN EX. PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TAMAN SURYA SURABAYA. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s2-2006-karnaji-565-ts_04_06 ABSTRAK.pdf Download (165kB) | Preview
Preview	Text (Halaman Depan) 35651_Part1.pdf Download (228kB) | Preview
Preview	Text (Fulltext) 35651_Part2.pdf Download (1MB) | Preview
Preview	Text (Fulltext) 35651_Part3.pdf Download (1MB) | Preview
Preview	Text (Lampiran) 35651_Part4.pdf Download (3MB) | Preview

Abstract

Tujuan Penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan apakah perlawanan para ex. Pedagang kaki Lima (PKL) Taman Surya Surabaya berlangsung secara terorganisir ataukah tidak; (2) mengetahui penyebab timbulnya perlawanan; (3) mendeskripsikan proses perlawanan dan (4) mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan. Perspektif penelitian ini adalah kualitatif yang mengandalkan pada grounded research. Sumber data penelitian diperoleh dari para informan, yang terdiri dad koordinator ex PKL Taman Surya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), ex PKL dan aparat birokrasi. Para informan dipilih secara Snow-ball Sampling. Selain itu sumber informasi diperoleh dari berbagai sumber, seperti Dinas Satuan Pamong Praja, Bagian Perekonomian Kota Surabaya, Paguyuban PKL Gotong Royong Taman Hiburan Rakyat dan media massa. Sejak situasi krisis pada akhlr dasawarsa 1990-an, kawasan Taman Surya mulai dipadati oleh para pendatang barn PKL yang pada awalnya ditoleransi oleh pemerintah karena pertimbangan kemanusiaan. Namun demikian, jumlah PKL di Taman Surya Surabaya dalam waktu singkat membeludak sehingga sulit dikendalikan. Soenarto Sumoprawiro (Cak Marto) ketika menjadi walikota Surabaya, pernah melarang para PKL berjualan di area Taman Surya, tetapi segera mendapat reaksi dari para PKL Reaksi PKL untuk melakukan perlawanan pada dasamya disebabkan oleh larangan Pemerintah Kota Surabaya untuk tidak berjualan di Taman Surya. Larangan ini memicu reaksi para PKL karena kebutuhan ekonomi keluarganya tergantung dari berjualan di Taman Surya. Para PKL Taman Surya telah mencoba mempersiapkan diri melakukan perlawanan dengan membangun jaringan sosial baik ke internal PKL maupun ke pihak War. Ketika menghadapi program relokasi PKL ke THR, jaringan sosial yang pernah dibangun antara lain ke tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh partai politik dan lembaga swadaya masyarakat atau LSM. Ketika kalangan PKL mencoba mengorganisasikan did, sebaliknya pemerintah kota Surabaya berusaha memecahkannya. Di saat PKL sedang membangun solidaritasnya, pemerintah kola memasukkan orang luar ke dalam PKL Taman Surya yang sedang berjualan di jalan Sedap Malam dan Jimerto. Bahkan pedagang bare yang dari luar ini kemudian mengangkat dirinya menjadi ketua. Situasi Taman Surya yang dijaga secara ketat oleh Satpol PP menjadikan perlawanan yang bersifat individual balk secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan tidak dilakukan oleh PKL. Sementara tekanan psikologis yang di sampaikan pemerintah kota Surabaya semakin menghilangkan aitematif pilihan bagi PKL untuk bertahan atau melawan. PKL mau tidak mau hams menerima program relokasi PKL ke THR. Bentuk-bentuk perlawanan yang dibangun PKL Taman Surya ada tiga. Ketiga bentuk perlawanan itu adalah "perlawanan belas kasihan"; demonstrasi dan demontrasi dengan kekerasan. Perlawanan yang dibangun PKL dengan berbagai bentuk temyata tidak membuahkan basil. Pertawanan yang dibangun PKL dapat dipatahkan oleh pemerintah kota Surabaya. Tujuan PKL ingin kembali ke Taman Surya akhirnya gagal total.

Actions (login required)

View Item