DINAR ADRIATY, 090310648 L (2005) DETEKSI DNA Mycobacterium leprae PADA SUMBER AIR PENDUDUK DI DAERAH ENDEMIK KUSTA Studi Epidemiologi Molekuler Di Kabupaten Sumenep. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2006-adriatydin-1976-tkt060-k.pdf Download (502kB) | Preview |
|
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s2-2006-adriatydin-1976-tkt06-06.pdf Download (899kB) | Preview |
Abstract
Sejak tahun 1993 WHO telah mencanangkan program "Elimination of Leprosy by year 2000", dimana seluruh negara di dunia hams menurunkan prevalensi kusta di bawah 1 per 10.000, bertujuan agar kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan. Pada dasarnya, program yang dicanangkan oleh WHO telah berhasil sesuai target, tetapi di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan. Saat ini meskipun angka yang dicapai Indonesia adalah 0,84 per 10.000 penduduk, namun tidak semua wilayah di Indonesia bisa mencapai angka tersebut. Masalah kusta di Indonesia, menurut disebabkan karena beberapa propinsi di Indonesia masih terdapat daerah endemis (daerah kantong) penyakit kusta yang ternyata adalah daerah sulit dijangkau dan terpencil, menyebar terutama di beberapa kawasan Indonesia Timur sehingga mempersulit penanggulangan. Hingga pertengahan tahun 2004, angka prevalensi kusta di Propinsi Jawa Timur sebesar 1,39 per 10.000 penduduk yang menyebar pada 38 kabupaten/kota dengan jumlah penderita terdaftar sebanyak 4298 penderita. Dari seluruh kabupaten/kota tersebut Kabupaten Sampang menduduki urutan pertama prevalensi kusta yaitu 6,41, kemudian diikuti Sumenep 6,29, Pamekasan 4,01, Lamongan 3,94 dan Tuban 3,54 per 10.000 penduduk. Kabupaten Sumenep merupakan salah satu daerah endemik kusta yang masih memiliki daerah kantong dengan angka prevalensi yang sangat tinggi. Kecamatan Talango adalah salah satu daerah kantong endemik kusta dengan angka prevalensi kusta sebesar 23,6 per 10.000 penduduk. Kecamatan Talango memiliki jumlah penduduk sebesar 39.479 tersebar di 8 desa, dimana 5 dari 8 desa di kecamatan tersebut memiliki angka prevalensi diatas 20 per 10.000 penduduk. Selama dekade terakhir pemberantasan kusta di Jawa Timur pada umumnya telah berhasil menurunkan prevalensi kusta, namun insidens kusta baru tetap bertahan terutama di daerah endemis (daerah kantong) walaupun kasus aktif sebagai sumber infeksi telah diobati. Hal ini mungkin disebabkan antara lain karena : adanya backlog case yakni adanya kasus yang tidak terdeteksi dan tidak mendapat terapi, adanya infeksi subklinis yang tidak terdeteksi pada populasi, dan kemungkinan adanya sumber penularan / reservoir di luar manusia, yang menyebabkan kontrol, eliminasi dan eradikasi kusta pada manusia menjadi sulit. Dari berbagai penelitian epidemiologi, timbul kecurigaan bahwa banyak individu yang terinfeksi basil kusta tanpa adanya sumber penularan yang jelas atau tidak ditemukannya penderita kusta yang menjadi sumber penularan, terjadi antara lain disebabkan oleh penularan secara tidak langsung yakni melalui lingkungan hidup. Pada dasawarsa terakhir, ilmu biologi molekuler telah dipergunakan untuk mendeteksi basil M.leprae, diantaranya adalah dengan menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Deteksi M.leprae dengan PCR pertama kali dipergunakan dan dikembangkan oleh Klatser untuk medeteksi adanya basil kusta dari spesimen biopsi penderita kusta hingga kini berkembang berbagai metode terapan PCR. PCR merupakan suatu cara in vitro untuk memperbanyak DNA suatu organisme dengan menggunakan enzim polimerase yang diarahkan oleh potongan urutan DNA yang spesifik bagi DNA organisme tersebut. Berbagai variasi teknik PCR telah dilaporkan, meliputi amplifikasi berbagai rangkaian DNA target yang telah digunakan untuk deteksi M. leprae. Umumnya terdapat rangkaian DNA yang mengkode sebagaian besar antigen seperti 18 kDa, 36 kDa, 65 kDa, atau rangkaian penyandi non antigen seperti M. leprae specific repetitive sequence atau ribosomal RNAsequences. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kejadian positif DNA M.leprae dari sumber air yang dipakai penduduk di daerah endemis kusta, deteksi tersebut memakai metode PCR yang menggunakan primer Lpl, Lp2, Lp3, Lp4 dimana primer tersebut menyandi daerah 18 kDa antigen M.leprae regio RLEP repetitive sequence. Dari hasil PCR yang dilakukan terhadap 34 sampel air sumur di desa Kombang didapatkan 13 sampel positif mengandung DNA M.leprae (38%) dan dari 35 sampel air sumur di desa Gapurana didapatkan 6 sampel positif mengandung DNA M. leprae (17%). Uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kedua daerah tersebut dalam insiden positifitas PCR pada air sumur yang digunakan penduduk p<0,05 (p=0,045). Hasil penelitian lebih lanjut dari sampel air sumur di desa Kombang dan Gapurana menunjukkan bahwa PCR positif terbanyak berasal dari sumur yang tidak ada penderita. Hal ini menunjukkan bahwa adanya M.leprae di dalam sumber air penduduk tidak tergantung ada tidaknya penderita kusta di daerah tsb dan juga tidak tergantung tipe kusta dari pengguna sumber air tsb. Tampaknya M.leprae memang dapat bertahan hidup di alam lingkungan sumber air tsb.
Item Type: | Thesis (Thesis) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKA KK TKT. 06/06 Adr d TIDAK ADA ILMU KEDOKTERAN TROPIS | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | Mvcobacterium leprae. DNA, water, endemic leprosy | |||||||||
Subjects: | Q Science > QR Microbiology > QR75-99.5 Bacteria R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine > RA421-790.95 Public health. Hygiene. Preventive medicine > RA565-600 Environmental health R Medicine > RC Internal medicine > RC109-216 Infectious and parasitic diseases |
|||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Nn Anisa Septiyo Ningtias | |||||||||
Date Deposited: | 2016 | |||||||||
Last Modified: | 05 Jun 2017 22:48 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/36158 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |