PENGARUH PEMBERIAN PLUM BUM (Pb) ASETAT PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIK HEPAR MENCIT (Mus Musculus) PENELITIAN EKSPERIMENTAL LABORATORIK

SARI LUTHFIYAH, 090314973 M (2005) PENGARUH PEMBERIAN PLUM BUM (Pb) ASETAT PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIK HEPAR MENCIT (Mus Musculus) PENELITIAN EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2006-luthfiyahs-2068-tkd100-k.pdf

Download (624kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s2-2006-luthfiyahs-2068-tkd_10_06.pdf

Download (2MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Timbal (Pb) diketahui tidak mempunyai kegunaan bagi tubuh kita, sangat beracun dan dapat terjadi penumpukan dalam tubuh. Plumbum asetat (=Lead; Pb.; timah hitam; timbal) lunak, berwarna bini-keabuabuan. Somber-sumber timbal diantaranya adalah air yang melewati saluran air yang pipanya mengandung timbal. Pemaparan timbal dalam 2 (dua) bentuk yaitu organik dan inorganik. Bentuk organik misalnya Tetra Ethyl dan Tetra Methyl Lead yang dapat berasal dari lim bah perindustrian, asap kendaraan, insektisida, asap rokok sigaret, tumbuh-tumbuhan yang tumbuh ditanah yang mengandung tinggi timbal. Sebagian besar timbal dalam bentuk ini dapat diserap melalui kulit, akan tetapi unsur timbal dan senyawa timbal inorganik discrap secara ditclan atau dihirup, Penyerapan melalui saluran gastrointestinal sangat bervariasi tergantung pada usia, misalnya anak-anak mengabsorpsi sekitar 50 % dari yang mereka makan, akan tetapi pada usia dewasa hanya sekitar 10-20% dari yang mereka makan. Saluran respirasi memberikan absorpsi yang paling efektif karena timbal yang dihisap hanya tergantung dari ukuran partikel timbal dan aktivitas tubuh. Partikel timbal yang kurang dari 0.5-1 mikron diameternya umumnya secara sempurna diabsorpsi oleh alveoli. Absorpsi melalui transdermal/kulit sangat minimal untuk timbal inorganik.. Timbal tidak ditahan oleh tubuh tapi dikeluarkan melalui urine (65-75%) dan empedu (25-30%). Sejumlah kecil timbal dikeluarkan melalui keringat, susu ibu, rambut, kuku, dan saliva. Timbal sebagai racun memiliki ikatan di membran sel dan mitokondria, melakukan interferensi dengan mitochondria] o>.idative phosphorylation. Timbal juga mempengaruhi sodium, potassium and calcium ATP-ase pumps yang mempertahankan konsentrasi gradien ion-ion. Gangguan ekspresi gen dirnana racun timbal berinteraksi antara metal dengan group donor-elektron biologik, misalnya sulfhydryl groups. Timbal juga berkaitan dengan kation, terutama kalsium, besi, dan zinc, hal ini mempengaruhi ikatan dengan pompa sodium-potassium-adenosine triphosphate (Na+/K+-ATP). Mekanisme disfungsi parenkim hepar sebagai salah sate bagian dari interaksinya dengan endotoksin (Clayton, 1981). Situasi ini memulai terjadinya respon peradangan untuk selanjutnya akan dilepaskan sitokin.. Manifestasi klinis terjadinya keracunan timbal disebut plumbism . Keracunan akut timbal ditandai oleh rasa haus dan lidah terasa logarn, nausea, dan muntah, kolik, diare, konstipasi. Sistem saraf pusat di tandai dengan parasthesia, nyeri otot, kejang-kejang, kelclahan, konvulsi. Sistem kardiovaskular, manifestasi dapat berupa: hipotensi, kolaps sirkulasi. Sistem darah dapat menyebabkan terjadinya anemia berat (acute haemolytic crisis). Sistem urinari dimanifestasikan dengan oliguria, disfungsi tubular proksimalis secara umum. Efek pada sistem reproduksi, menyebabkan menurunnya jumlah spenna, dan morfologi abnormal spenna pada laki-laki dan infertil, menstruasi tidal( teratur, terjadinya aborsi spontan, dan penurunan libido pada wanita. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian Plumbum Asetat terhadap gambaran histologik hepar mencit (mus musculus). Penelitian ini berupa penelitian eksperimen laboratorik dengan rancangan penelitian berupa Post Test Only Control Group Design. Sejumlah 30 mencit (mus musculus) jantan berusia 4 minggu strain BALB/C dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok berisi 6 mencit. Kelompok 1 dijadikan sebagai kelompok kontrol, kelompok 2 diberikan Plumbum As tat (=Lead; Pb.acetate; Pb) 25mg/BB/hari, kelompok 3 diberikan 5Omg/BB/hari, kelompok 4 diberikan 75mg/BB/hari, kelompok 5 diberikan 100mg/BB/hari. Dalam pelaksanakan pemberian perlakuan peroral menggunakan sonde selama 14 hari. Pengarnatan yang dilakukan adalah menghitung jumlah sel Kupffer dan sel hepatosit yang meng ,larni nekrosis di zona sentrolobular dan zona periportal. Hasil penghitungan jumlah sel Kupffer di zona sentrolobular dengan uji ANOVA menunjukan adanya perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (F hitung= 10.643, p=0.000) dengan p<0.05, dan hasil uji LSD untuk menunjukan adanya pasangan kelompok yang memiliki perbedaan signifikan adalah K5 dan K1 (p=0,000), K5 dan K2 (p=0,000), K5 dan K3 (p=0,000), K5 dan K4 (p=0.000). Hasil penghitungan jumlah sel sel Kupffer di zona periportal dengan Uji T (karena adanya varian kelompok yang tidak homogen) adalah adanya perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (p==0.000) dengan p<0.05. Hasil uji T independent untuk menunjukan adanya pasangan kelompok yang memiliki perbedaan signifikan adalah K3 dan Kl (p=0,000), K3 dan K2 (p=0,001), K4 dan K1 (p=0,002), K5 dan K1 (p=0,007), K5 dan K2 (p=0,010), K5 dan K3 (p,045). Hasil terhadap sel hepatosit yang mengalami nekrosis di zona sentrolobular dengan uji ANOVA menunjukan adanya perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (F hitung= 50.831, p=0.000) dengan p<0.05. basil uji LSD untuk menunjukan adanya pasangan kelompok yang memiliki perbedaan signifikan adalah K2 dan Kl (p=0,007), K3 dan Kl (p=0,001), K4 dan K] (p=-0,000), K4 dan K2 (p=0.001), K4 dan K3 (p=0,006), K5 dan K 1 (p=0,000), K5 dan K2 (p=0,000), K5 dan K3 (p=0.000), K5 dan K4 (p=0,000). Hasil terhadap sel hepatosit yang mengalami nekrosis di zona periportal dengan uji ANOVA adalah adanya perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (F hitung= 19.326, p=0.000) dengan p<0.05, hasil uji LSD untuk menunjukan adanya pasangan kelompok yang memiliki perbedaan signifikan adalah K3 dan K l (p=0,041), K4 dan K l (p=0,000), K4 dan K2 (pA).000), K4 dan K3 (p=0,032), K5 dan K1 (p=0,000), K5 dan K2 (p=0,000), K5 dan 1(3 (p=0.000), K5 dan K4 (p=0,006). Untuk mengetahui adanya perbedaan dad hasil yang didapatkan di sentralobular dengan periportal terhadap peningkatan jumlah sel Kupffer dan sel hepatosit yang mengalami nekrosis, selain itu juga untuk membuktikan adanya heterogenitas hepatosit dalam lobulus menggunakan Test Univariate Analysis of Variance. Hasil statistik deskriptif didapatkan terdapat perbedaan rata-rata di masingmasing dosis perlakuan dan zona – zona berbeda. Zona periportal selalu memiliki jumlah sel Kupffer lebih banyak dari zona sentralobular pada hasil uji didapatkan hasil signifikan (0.009) < a (0.05) yang menunjukan bahwa lokasi berpenganrh terhadap peningkatan jumlah sel Kuffer karera Pb merupakan toksin untuk tubuh dan fungsi sel Kupffer adalah mengeliminirnya, semakin banyak toksin maka semakin banyak pula sel Kupffer yang berperan. Periportal merupakan area terdekat rrasuknya darah dari sistem gastrointestinal, dan juga dalam keadaan nonnal jumlah sel Kupffer di periportal lebih banyak dibanding atengan area lain. Hasil statistik deskriptif didapatkan terdapat perbedaan rata-rata di masingmasing dosis perlakuan dan zona – zona berbeda. Zona sentralobular selalu memiliki jumlah sel hepatosit yang mengalami nekrosis lebih banyak dari area periportal pada hasil uji didapatkan hasil signifikan (0.000) < a (0.05) yang menunjukan bahwa lokasi berpengaruh terhadap peningkatan jumlah sel hepatosit yang mengalami nekrosis karena aliran darah yang kaya oksigen dari tepi ke pusat (central) pada lobulus klasik, bagian perifer berdekatan dengan cabang vena porta dan arteri hepatika dimana daerah periportal selalu mendapatkan makanan dan oksigen lebih baik dari pada sentralobular. Konsentrasi oksigen dalam darah di periportal adalah 9 – 13%, sedangkan konsentrasi oksigen dalam darah di sentralobuler adalah 4 – 5%, dimana keadaan hipoperfusi memudahkan terjadinya nekrosis sel. Hal lain adalah di periportal mitokondria bentuknya kecil dan bulat, sedangkan di sentrolobuLar bentuknya lebih langsing dan panjang. Pada periportal terdapat banyak enzim metabolisme oksidatif dan gkikoneogenesis, glutation untuk detoksifikasi dan biotransformasi obat-obatan. Pori-pori endotel di periportal lebih besar. Sedangkan di sentrolobuler banyak memilki enzim glikolisis, terjadinya metabolisme obat dan lipid,, kaya akan sitokrom P-450 dimana Pb akan menjadi lebih reaktif, dan juga poripori endotel di sentralobular lebih kecil disbanding di zona periportal. Kesimpulannya, adanya pengaruh Pb terhadap gambaran histologik hepar mencit (Mus Musculus): adanya perbedaan pengaruh gambaran histologik hepar pada pemberian Pb 25 mg/kg BB/ hari, Pb 50 mg/kg BB/ hari, Pb 75 mg/kg BB/ hari, Pb 100 mg/kg BB/ hari; dan terbukti adanya perbedaan (heterogenitas) hepatosit pada zona sentralobular dan zona periportal

Item Type: Thesis (Thesis)
Additional Information: KKA KK TKD.10/06 Lut p
Uncontrolled Keywords: acetate, poison, necroses cells, Kupffer cells, location
Subjects: Q Science > QD Chemistry > QD1-999 Chemistry
S Agriculture > SF Animal culture > SF405.5-407 Laboratory animals
S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine > Including veterinary genetics, ethology, anatomy, physiology, embryology, pathology
Divisions: 01. Fakultas Kedokteran > Ilmu Anatomi Histologi
09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran Dasar
Creators:
CreatorsNIM
SARI LUTHFIYAH, 090314973 MUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorAbdoel Kamid Iskandar, H.,dr.,M.SUNSPECIFIED
Thesis advisorAri Gunawan, Prof.,H.,dr.,MS.,PhDUNSPECIFIED
Depositing User: Nn Anisa Septiyo Ningtias
Date Deposited: 02 Sep 2016 13:14
Last Modified: 06 Jun 2017 17:28
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/36184
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item