RAMLY ABUDI, 090315109 M (2006) PENGARUH MODEL KERUKUNAN POGOGUTAT MOTOLUADI TERHADAP PENINGKATAN KONSUMSI GARAM BERYODIUM PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN PASSI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SULAWESI UTARA. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2007-abudiramly-3754-tkm040-k.pdf Download (702kB) | Preview |
|
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s2-2007-abudiramly-3754-tkm0407.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia dimana survei nasional pemetaan GAKY pada tahun 1998 ditemukan 1300 kecamatan di Indonesia termasuk kategori endemik GAKY. Demikian pula dengan kecamatan Passi Kabupaten Bolaang Mongondow sesuai hasil survei tahun 1998 diperoleh Total Goiter Rate (TGR) sebesar (10,51%). Hal ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut termasuk daerah endemis GAKY karena nilai TGRnya melewati Batas standar yang ditetapkan oleh WHO. Dengan temuan¬-temuan ini pemerintah menempuh berbagai macam upaya dalam menanggulangi masalah tersebut mulai dari upaya penanggulangan program jangka pendek sampai dengan program jangka panjang. Namun upaya penanggulangan tersebut belum memberikan hasil optimal seperti yang diharapkan. Hambatan-hambatan yang diperoleh dalam penanggu-langan masalah GAKY sangat beragam mulai dari tingkat pengetahuan masyarakat tentang masalah GAKY yang masih rendah sampai pada rendahnya kualitas garam beryodium yang tersedia dipasaran merupakan masalah yang sering ditemui dalam upaya program penanggulangan GAKY. Unluk itu perlu melibatkan potensi yang ada di masyarakat dalam hal penanggulangan masalah ini. Potensi yang ada di masyarakat apabila dimanfaatkan merupakan sumber daya yang kuat dan efisien serta lebih bersifat menetap. Potensi masyarakat yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah GAKY di kecamatan Passi adalah dengan mengembangkan kerukunan Pogogutat Motoluadi pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Kerukunan Pogogutat Motoluadi adalah suatu budaya hidup gotong-royong yang bersifat kekeluargaan pada masyarakat Bolaang Mongondow yang nampak pada kegiatan pelaksanaan pesta pernikahan. Diharapkan dengan sistem gotong-royong ini sumbangan yang diberikan oleh keluarga dan masyarakat sekitarnya dapat menyertakan garam beryodium sebagai salah satu bahan pokok yang diberikan dalam kerukunan tersebut, sehingga lambat laun kegiatan ini akan meningkatkan kesadaran para wanita usia subur untuk mengkonsumsi garam beryodium. Untuk mengetahui pengaruh model kerukunan Pogogutat Motoluadi terhadap peningkatan konsumsi garam beryodium pada wanita usia subur maka dilakukan penelitian di kecamatan Passi Kabupaten Bolaang Mongondow dengan sampel wanita usia subur yang berusia 15-44 tahun dan tinggal di desa Pangian, Passi, serta desa Wangga sejumlah 96 orang dengan waktu penelitian dari bulan April-Agustus 2005. Untuk pengumpulan data tentang model kerukunan Pogogutat Motoluadi dilakukan dengan metode observasi dan wawancara pada Guhanga Lipu, Sangadi, dan petugas kesehatan serta. Focus Group Discussion (FGD) yang terbatas pada wanita usia subur sedangkan data mengenai tingkat pengetahuan tentang garam beryodium, tingkat keterampilan dan ketersediaan garam beryodium di rumah tangga pada wanita usia subur dilakukan dengan metode kuesioner. Berdasarkan hasil pengumpulan data tentang model kerukunan Pogogutat Motoluadi bahwa wanita usia subur terutama kelompok "kaum" sudah mulai melakukan pemberian garam beryodium dalam setiap kegiatan kerukunan Pogogutat Motoluadi sebagai upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi garam beryodium sedangkan untuk pengukuran tingkat pengetahuan tentang garam beryodium pada wanita usia subur di masing-masing desa tersebut umumnya hanya mencapai taraf kurang sampai dengan cukup yakni desa Pangian sebesar (90,6%), desa Passi (93,8%), dan desa Wangga (87,5%) tetapi setelah dilakukan intervensi diperoleh hasil tingkat pengetahuan tentang garam beryodium pada wanita usia subur dengan hasil baik yakni desa Pangian sebesar (84,4%), desa Passi (81,3%) dan desa Wangga (75%). Demikian pula dengan pengukuran tingkat keterampilan wanita usia subur dalam menguji kualitas garam beryodium di tiga desa tersebut mengalami peningkatan yakni desa Pangian sebesar (84,4%), desa Passi (87,5%), dan desa Wangga (90,6%). Sementara itu untuk ketersediaan garam beryodium di rumah tangga dengan kualitas garam beryodium &#8805;30 ppm setelah dilakukan intervensi meningkat menjadi (81,2%) untuk desa Pangian, (87,5%) untuk desa Passi, dan (87,5%) untuk desa Wangga. Hasil analisis yang dillakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model kerukunan Pogogutat Motoluadi cukup efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi garam beryodium sebab budaya ini dilakukan dan dilestarikan oleh seluruh warganya termasuk kelompok "kaum" ibu-ibu. Oleh karena itu diperlukan rangsangan secara terus-menerus didalam kegiatan rutinitasnya agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Demikian pula analisis statistik dengan mengguna-kan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan hasil ada pengaruh yang signifikan pada variabel tingkat pengetahuan tentang garam beryodium, keterampilan dalam menguji kualitas garam beryodium, dan ketersediaan garam beryodium di rumah tangga terhadap peningkatan konsumsi garam beryodium pada Wanita Usia Subur (WUS) di desa Pangian, Passi, dan desa Wangga dengan nilai (p<0,05). Untuk pengukuran variabel tingkat pengetahuan tentang garam beryodium diperoleh hasil desa Pangian (p=0,001), desa Passi (p=0,000), dan desa Wangga (p=0,002), selanjutnya untuk pengukuran variabel tingkat keterampilan dalam menguji kualitas garam beryodium diperoleh hasil desa Pangian (p=,004), desa Passi (p=0,001), dan desa Wangga (p=0,000) serta untuk pengukuran variabel ketersediaan garam beryodium di rumah tangga diperoleh hasil desa Pangian (p=0,004), desa Passi (p=0,000), dan desa Wangga (p=0,000). Oleh karena itu dalam upaya program penanggulangan masalah GAKY perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemberian keterampilan khususnya dalam hal peningkatan konsumsi garam beryodium serta pula memperhatikan potensi dan ka rakteristik masyarakat setempat yang dapat menghambat dan menunjang pelaksanaan program tersebut.
Item Type: | Thesis (Thesis) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKC KK TKM 04/07 Abu p | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | Pogogutat Motoluadi, Iodized Salt, Fertile Age Woman | |||||||||
Subjects: | R Medicine R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine > RA421-790.95 Public health. Hygiene. Preventive medicine > RA601-602 Food and food supply in relation to public health |
|||||||||
Divisions: | 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kesehatan | |||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Nn Husnul Khotimah | |||||||||
Date Deposited: | 2016 | |||||||||
Last Modified: | 14 Jun 2017 18:22 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/36340 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |