WIWIN WARLIAH, 090810153 (2011) KONSTRUKSI SOSIAL KOMUNITAS CINA DAN KOMUNITAS CELLENGAN TERHADAP KIAI DI SITUBONDO. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s2-2013-warliahwiw-23560-15abstrak.pdf Download (298kB) | Preview
	Text (FULL TEXT) gdlhub-gdl-s2-2013-warliahwiw-23560-14full.pdf Restricted to Registered users only Download (957kB) | Request a copy

Abstract

Studi ini memaparkan konstruksi sosial komunitas cellengan dan komunitas cina terhadap kiai di Situbondo. Studi ini menarik untuk dikaji mengingat terdapat kecenderungan terjalinnya suatu hubungan antara Cina dan Cellengan dengan kiai, terlepas pada prinsipnya baik Cellengan dan Cina memiliki latar belakang sosio kutur bahkan keyakinan yang berbeda dengan kiai. Untuk dapat menjelaskan persoalan tersebut, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yaitu: Pertama, bagaimana hubungan komunitas Cina dan Cellengan terhadap kiai di Situbondo. Kedua, bagaimana konstruksi komunitas Cina dan Cellengan mengenai kiai. Dengan permasalahan ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Menetapkan dua kecamatan sebagai lokasi penelitian, yakni Situbondo kota, sebagai representasi dari informan Cina dan kecamatan Mlandingan sebagai representasi dari informan Cellengan. Pemilihan informan di tentukan secara purposive, yakni berasal dari dua komunitas Cina dan Cellengan. Kedua kelompok ini dipilih sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Kelompok Pertama, untuk komunitas cina. Yaitu informan memiliki hubungan/kedekatan dengan kiai-kiai di Situbondo, sehingga memiliki pengetahuan dan seluk beluk mengenai kiai, memiliki prestasi dalam hubungan sosial dengan masyarakat Situbondo, juga prestasi dalam bidang finansial baik pekerjaan maupun status perekonomian. Kedua, untuk komunitas Cellengan. Yaitu yang memiliki hubungan/kedekatan dengan kiai-kiai, dan memiliki pengetahuan mengenai kiai-kiai di Situbondo. Selain itu, memiliki tracrecord dalam ‗ke-cellengannya‘, sebagai cellengan yang ‗berpengaruh‘, dan memiliki ‗pamor‘ keharmonisan sosial di antara ketiga komunitas ini disebabkan karena adanya kepentingan yang saling silang, dan saling membutuhkan. Sinergisitas hubungan timbal balik antara Cina, Cellengan terhadap kiai didasarkan pada reward (baik intrinsik maupun ekstrinsik) dari masing-masing pihak. Bagi komunitas Cina, selaku pendatang, pada satu sisi mengharapakan reward (intrinsik) berupa perlindungan keamanan dari kiai dan penerimaan dari warga Situbondo yang notabene massanya kiai. Pada sisi yang lain, komunitas Cina selaku pebisnis mengharapkan ‗dukungan‘ dari kiai, dengan harapan melahirkan simpati warga Situbondo. Reward yang diperoleh kiai dari Cina adalah sebagai donatur dana, baik dalam pembangunan sarana rumah ibadah, maupun kepentingan partai. Sementara itu, bagi komunitas Cellengan, reward yang ia harapkan dari kiai adalah ‗payung‘ sosial dimata masyarakat agar di satu sisi dapat diterima masyarakat, tetapi juga masih dapat eksis sebagai Cellengan. Kiai mengharap reward dari Cellengan untuk menjaga stabilitas keamanan, utamanya wilayah teretorial pesantren, dan Situbondo pada umumnya. Setidaknya, mereka tidak mencuri atau merampok di wilayah Situbondo serta memobilisasai massa dalam kegiatan politik. Secara umum masing-masing komunitas cenderung mengkonstruksi pihak lain dalam konteks dan dalam semangat reward, keterpenuhan kepentingan dan/atau kebutuhan. Dalam arti, baik Cina, Cellengan maupun kiai menilai, memandang, menganggap dan kemudian mengkonstruksi pihak lain dalam konteks dan atau harapan terpenuhinya kepentingan atau kebutuhan masing-masing. Hadirnya konstruksi yang positif mengenai sosok kiai di kalangan Cina dan Cellengan tidak lepas dari peran komunitas Cina dan Cellengan itu sendiri dalam memandang kiai

Actions (login required)

View Item