Nurkhaerani (2015) Hak Anak Angkat Yang Berasal Dari Anak Saudara Kandung Menurut Hukum Islam. Thesis thesis, Universitas Airlangga.
Text (HALAMAN JUDUL)
1. HALAMAN JUDUL .pdf Download (489kB) |
|
Text (ABSTRAKSI)
2. ABSTRAKSI .pdf Download (364kB) |
|
Text (DAFTAR ISI)
3. DAFTAR ISI .pdf Download (241kB) |
|
Text (BAB 1)
4. BAB I PENDAHULUAN .pdf Download (376kB) |
|
Text (BAB 2)
5. BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA.pdf Restricted to Registered users only until 28 February 2023. Download (407kB) | Request a copy |
|
Text (BAB 3)
6. BAB III AKIBAT HUKUM DARI PENGANGKATAN ANAK MENURUTHUKUM ISLAM .pdf Restricted to Registered users only until 28 February 2023. Download (334kB) | Request a copy |
|
Text (BAB 4)
7. BAB IV PENUTUP .pdf Restricted to Registered users only until 28 February 2023. Download (243kB) | Request a copy |
|
Text (DAFTAR BACAAN)
8. DAFTAR BACAAN .pdf Download (318kB) |
Abstract
Dalam suatu keluarga sering terjadi sengketa dalam pembagian waris oleh beberapa ahli warisnya. Sengketa tersebut terjadi disebabkan oleh banyak hal diantaranya dalam hal pembagiannya dirasa tidak adil, ada beberapa diantara mereka yang tidak mengerti hukum yang mengaturnya, bahkan terkadang mereka juga kesulitan dalam menentukan hukum mana yang akan digunakan dikarenakan perbedaan sistem hukum yang digunakan dalam pembagian waris. Sengketa pembagian waris ini bisa membawa dampak buruk bagi para ahli waris apabila tidak diselesaikan dengan benar karena dapat merusak hubungan kekeluargaan antara para ahli waris tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kedudukan anak angkat yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, membesarkan anak tersebut dan pemeliharaan kehidupannya sehari-hari, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan. Pengangkatan anak dapat dilakukan dengan cara mengajukan permohonan pengangkatan anak dengan bukti dan saksi-saksi dipersidangan dan menunggu hasil penetapan pengadilan sebagai bukti yang sah mengenai asal usul anak tersebut. Dalam hukum Islam mengenal pengangkatan anak tetapi tidak menjadikan anak angkat sebagai anak kandungnya, karena anak angkat tidak memiliki hubungan darah dengan orang tua angkat sehinga antara orang tua angkat dan anak angkat tersebut tidak saling mewarisi. Anak angkat hanya mendapat haknya berupa kesejahteraan selayaknya anak kandung dari orang tua angkatnya. Oleh karena itu pada saat orang tua angkat meninggal dunia anak angkat tidak berhak mewarisi harta orang tua angkat tersebut. Meskipun demikian anak angkat tetap berhak mendapatkan bagian harta peninggalan orang tua angkatnya tidak didasarkan atas pewarisan melainkan tetap memperoleh bagian dari harta peninggalan berdasarkan wasiat wajibah sesuai dengan ketentuan Pasal 209 ayat (3) KHI, yang besarnya tidak lebih 1/3 bagian dari harta peninggalan orang tua angkatnya
Item Type: | Thesis (Thesis) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 TMK.66/16 Nur h | ||||||
Uncontrolled Keywords: | Kewarisan, Anak Angkat, Wasiat Wajibah | ||||||
Subjects: | K Law > K Law (General) > K1-7720 Law in general. Comparative and uniform law. Jurisprudence > K7000-7720 Private international law. Conflict of laws > K7120-7197 Persons > K7155-7197 Domestic relations. Family law | ||||||
Divisions: | 03. Fakultas Hukum > Magister Kenotariatan | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | sugiati | ||||||
Date Deposited: | 30 Jun 2016 05:50 | ||||||
Last Modified: | 28 Feb 2020 06:55 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/39703 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |