Moh. Nasih, Prof. Dr., SE., MT., Ak., CMA., CA. (2014) MEMBANGUN HUMAN CAPITAL MERAIH INDONESIA MAKMUR SEJAHTERA. UNIVERSITAS AIRLANGGA, Surabaya. (Unpublished)
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-grey-2016-nasihmoh-40491-pg.13-14-m.pdf Download (860kB) | Preview |
Abstract
Bila suatu organisasi diibaratkan sebagai sebuah pohon, maka manusia adalah getah yang membuat organisasi tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Bila suatu organisasi diibaratkan sebagai tubuh kita, maka manusia adalah darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh, sehingga tubuh mampu mempertahankan kehidupan, melaksanakan misi, tumbuh, dan berkembang serta meraih visi dan cita-cita. Tentu bukan sekedar getah, juga bukan sekedar darah, tetapi getah dan darah yang mengandung sari makanan dan zat-zat yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Pada organisasi atau negara, sari makanan dan zat-zat yang dibutuhkan yang memungkinkan organisasi maupun negara dan bangsa ini dapat mempertahankan hidup serta tumbuh dan berkembang adalah pengetahuan, kemampuan teknis, keterampilan, kebiasaan, perilaku, dan kepribadian personil organisasi. Sari makanan dan zat-zat tersebut merupakan energi potensial yang melekat pada diri manusia dan sering disebut sebagai human capital. Human capital, dalam skala mikro (perusahaan), adalah kekayaan perusahaan yang tersimpan pada diri setiap personil dalam segala aspek dan wujudnya (Nasih, 2005: 30). Dalam skala makro atau negara, menurut World Economic Forum (2013), human capital adalah keterampilan dan kapasitas yang berada di masyarakat dan digunakan untuk kegiatan produktif sehingga menjadi faktor penting keberhasilan pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Human capital adalah sekumpulan sumberdaya yang meliputi pengetahuan, kebiasaan, bakat, keahlian dan keterampilan, kemampuan, pengalaman, kecerdasan, pelatihan, kebijakan, dan kearifan, serta kepribadian dan atribut sosial, seperti adat-istiadat dan budaya yang dimiliki oleh individu atau masyarakat. Sumberdaya tersebut menunjukkan kapasitas masyarakat untuk menghasilkan nilai ekonomi dan kesejahteraan individu, perusahaan, organisasi, komunitas, bangsa dan negara. Human capital dapat diklasifikasi dan diidentifikasi dalam dua dimensi, yaitu dimensi kuantitatif (tangible) yakni jumlah manusia (termasuk jumlah penduduk usia produktif yang melimpah atau bonus demografi) yang terlibat dalam proses penciptaan nilai; dan dimensi kualitatif (intangible) yakni kemampuan, sikap, dan bakat serta komitmen personil/manusia. Dimensi intangible human capital meliputi setidaknya tiga aspek utama yakni kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual (Roos, J., et al., 1998); yang dapat diringkas lagi menjadi dua aspek yakni kompetensi dan komitmen (Ulrich, 1998) atau, dalam bahasa agama disebut sebagai al-qowiy dan alamin (qowiyun amiin). Human capital secara matematik merupakan perkalian antara kompetensi dengan komitmen atau HC = C x C = CC = 2C.
Item Type: | Other | ||||
---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 PG.13/14 Nas m | ||||
Uncontrolled Keywords: | HUMAN CAPITAL; INDONESIA MAKMUR SEJAHTERAs | ||||
Subjects: | H Social Sciences > HF Commerce > HF5601 Accounting H Social Sciences > HJ Public Finance > HJ9-9940 Public finance |
||||
Divisions: | Pidato Guru Besar 04. Fakultas Ekonomi dan Bisnis > Akuntansi |
||||
Creators: |
|
||||
Depositing User: | Ika Rudianto | ||||
Date Deposited: | 02 Nov 2016 22:06 | ||||
Last Modified: | 02 Nov 2016 22:12 | ||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/40085 | ||||
Sosial Share: | |||||
Actions (login required)
View Item |