Rochiman Sasmita, Prof., Dr., H., MS., drh and Endang Suprihati, MS., Drh and Poedji Hastoetiek, M.Si., Drh (2003) PENINGKATAN EKSPRESI INTERFERON-GAMMA (IFN-Beta) DAN ANGKA PENULARAN KONGENITAL PADA MENCIT BUNTING YANG DIINFEKSI TOXOPLASMA GONDII. UNIVERSITAS AIRLANGGA, -. (Unpublished)
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2007-sasmitaroc-4251-lp7207-t.pdf Download (488kB) | Preview |
|
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-res-2007-sasmitaroc-4251-lp7207.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Toxoplasma gondii adalah protozoa penyebab toxoplasmosis. Penyakit ini bersifat zoonosis. Pada wanita hamil dan ternak bunting menimbulkan kelainan kongenital dan abortus sedang pada penderita AIDS menyebabkan encefalitis (Dubey, 2002; Wyler, 1990). Menurut Ghaffar (2001) infeksi toxoplasmosis kongenital sekitar 1-5 anak dari tiap 1000 wanita hamil, dimana 5-10% abortus, 8-10% kerusakan otak dan mata yang serius dan 10-13% bayi akan mengalami gangguan penglihatan. Meskipun 58-70% lahir normal, tetapi setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun menunjukkan gejala berupa: retardasi mental, kelainan mata ringan sampai buta, hidrosefalus dan tidak mampu belajar (Dupoy-Camet, 2002, Ghaffar, 2001). Perkiraan kerugian ekonomis akibat toxoplasmosis kongenital dipaparkan oleh Robert dan Frenkel (1990) sebagai berikut: beberapa negara kehilangan income per kapita berkisar $ 0,2-5.8 trilyun, biaya perawatan dan pendidikan penderita antara $ 116 juta sampai $ 2,8 trilyun dan biaya pengobatan kelainan mata antara $ 368 juta sampai $ 8,7 trilyun. Selain menimbulkan masalah pada wanita hamil, infeksi T. gondii juga banyak menimbulkan masalah berupa kelainan patologis fetus dan abortus pada hewan ternak bunting. Infeksi T. gondii merupakan penyebab utama abortus kambing dan domba di beberapa negara termasuk Australia dan Amerika serikat (Dubey, 2002). Frekuensi kejadian abortus dan kematian fetus pada induk domba terinfeksi T. gondii cukup tinggi dan anak domba lahir hidup jarang terjadi (Duncanson et al., 2001). Menurut Dubey dan Kirkbrid (1990), 65% dari 1564 ekor domba positif toxoplasmosis dan lebih dari 25% mengalami abortus. Hal tersebut tentu secara ekonomis merugikan peternak dan pemenuhan akan kebutuhan protein hewani tidak tercapai. Mengingat kerugian yang ditimbulkan cukup besar maka diperlukan usaha pengendalian dan pencegahan. Pencegahan dengan program skreening memerlukan biaya banyak sedangkan kerugian jauh lebih tinggi dibanding keuntungan yang diperoleh (Abholz, 1993; Holliman et al., 1995). Tindakan pengobatan tidak sepenuhnya efektif menurunkan angka penularan dan masih mempunyai peluang 25% (Sciammarella, 2001; Wallon et al. 1999). Untuk kesuksesan pengobatan dan pencegahan tentu diperlukan pengetahuan mengenai penyakit, penyebab, kondisi dan termasuk mekanisme imunopatogenesis toxoplasmosis pada saat kebuntingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Ekspresi Interferon-gamma (IFN-y) terhadap Angka Penularan Kongenital pada mencit bunting yang diinfeksi dengan T.gondii. Dalam penelitian ini menggunakan 60 ekor mencit betina umur 2 bulan yang dibagi dalam 6 kelompok, sebagai berikut: Kelompok 1. mencit tidak bunting tidak diinfeksi T. gondii Kelompok 2. mencit tidak bunting diinfeksi T. gondii Kelompok 3. mencit bunting 4,5 hari tidak diinfeksi T.gondii Kelompok 4. mencit bunting 4,5 hari diinfeksi T.gondii Kelompok 5. mencit bunting 14,5 hari tidak diinfeksi T.gondii Kelompok 6. mencit bunting 14,5 hari diinfeksi T.gondii Dosis infeksi 20 kista T. gondii hasil isolasi dari otak ayam. Empat hari setelah infeksi mencit dikurbankan. Serum dites dengan ELISA untuk mengetahui produksi IFN-y sistemik dan uterus dibuat preparat hitopatologis dengan pengecatan imunohistokimia untuk mengetahui produksi IFN-y lokal. Juga dilakukan bloting baik dari serum dan plasenta. Penentuan angka penularan kongenital dengan metode Fux et al, (2001) Rancang percobaan dengan pola faktorial 2x3 untuk pengaruh infeksi terhadap pro duksi IFN-y sistemik dan pola 2x2 untuk produksi IFN-y lokal. Hasil penelitian menunjukkan: 1. Infeksi T. gondiii menginduksi produksi INF-y sistemik dan lokal 2. Produksi IFN-y dalam serum mencit tidak bunting lebih rendah dari mencit bunting 3. Umur kebuntingan saat mendapatkan infeksi tidak mempengaruhi produksi IFN-y lokal dan sistemik. 4. Kadar IFN-y dalam serum dan diplasenta tidak mempengaruhi angka penularan kongenital 5. Umur kebuntingan saat mendapatkan infeksi berpengaruh terhadap angka penularan kongenital
Item Type: | Other | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKC KK LP.72/07 Sas p | ||||||||
Uncontrolled Keywords: | INTERFERON | ||||||||
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine > SF811-909 Veterinary medicine of special organs, regions, and systems | ||||||||
Divisions: | 06. Fakultas Kedokteran Hewan Unair Research > Exacta |
||||||||
Creators: |
|
||||||||
Depositing User: | Tn Fariddio Caesar | ||||||||
Date Deposited: | 28 Oct 2016 23:02 | ||||||||
Last Modified: | 28 Oct 2016 23:02 | ||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/40383 | ||||||||
Sosial Share: | |||||||||
Actions (login required)
View Item |