Tuti Budirahayu, Dra. M.Si. and Edy Herri Pryhantoro, Drs. M.Si (2005) FENOMENA GLOBALISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA (TINJAUAN KRITIS PADA SEKOLAH-SEKOLAH BERWAWASAN INTERNASIONAL). UNIVERSITAS AIRLANGGA. (Unpublished)
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2008-budirahayu-6740-kkbkk--k.pdf Download (462kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
513. 40508.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Menelusuri sejarah dan latar belakang pendirian sekolah serta nilai-nilai yang Melandasi proses pembelajarannya. Berdasarkan informasi yang didapat maka diharapkan dapat ditemukan penjelasan tentang kaitan antara latar historis berdirinya sekolah dengan wacana paradigma pendidikan yang dikembangkannya; (2) Mengetahui suasana dan iklim pembelajaran di sekolah. Dengan memahami suasana dan iklim pembelajaran di sekolah maka diharapkan dapat dikenali pula wacana paradigma pendidikan yang mendominasi dan beroperasi di sana; (3) Mengetahui ada-tidaknya kaitan antara proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah dengan upaya sekolah untuk menjaring pasar potensial mereka. Sesuai dengan permasalah penelitian yang berupaya menggali wacana ideologi pendidikan yang dianut oleh para pendiri maupun pengelola sekolah, maka studi ini menggunakan analisis wacana sebagai metode utama. Metode tersebut digunakan untuk merujuk berbagai cara menstrukturkan pengetahuan dan praktik sosial yang berkembang di masyarakat. Sebagai sebuah metode, analisis wacana bekerja dengan memanfaatkan bahasa, atau dalam pengertian yang lebih sempit: kalimat, kata-kata, baik yang dikemukakan secara lisan maupun tertulis. Terdapat tiga hal penting yang didapat dari analisis wacana. Pertama, memberikan perhatian pada usaha mengidentifikasi posisi subjek. Kedua, membantu usaha mengkonstruksi hubungan sosial di antara individu. Ketiga, memberikan alat untuk mengkonstruksi sistem pengetahuan dan kepercayaan, yang sering disebut juga sebagai ideologi. Data diambil di kota Surabaya yaitu pada beberapa sekolah yang merepresentasikan permasalahan penelitian. Tepatnya di empat Sekolah Dasar, yaitu: (1) Sekolah Dasar Islam Al Azhar 11 (cabang dari SD Islam Al Azhar Kebayoran Baru, Jakarta); (2) Sekolah Dasar Al Hikmah, (3) Sekolah Dasar Alam Insan Mulia, dan (4) Sekolah Dasar Ciputra Surabaya. Data dijaring dengan cara: (1) Observasi langsung atas kondisi obyektif dari sekolah-sekolah yang akan dipilih sebagai setting sosial penelitian ini; (2) Melakukan konfirmasi dengan informan kunci yang dianggap menguasai permasalahan yang dibahas; (3) Penelusuran informasi pendukung yang dapat merepresantikan realitas, misalnya dalam konteks sekolah: buku ajar atau lembar kerja siswa, kurikulum tertulis, aturan atau tata tertib sekolah, dan sebagainya. Langkah-langkah metodis yang digunakan antara lain meliputi: (a) melakukan deskripsi terhadap data yang diperoleh serta menyusun struktur dan kerangka analisisnya; (b) melakukan identifikasi data dengan cara memetakan atau mengklasifikasikannya secara kategorikal, kemudian menginterpretasikan dan mencari koherensi dengan kerangka analisis yang telah disusun; (c) data yang telah disusun, dianalisis dan diinterpretasikan untuk kemudian dideskripsikan sebagai laporan hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Dengan memperhatikan enam butir analisis yang diketengahkan dalam penelitian ini, maka ideologi pendidikan yang mendominasi keempat sekolah yang dianggap berwawasan internasional itu cenderung mengarah ke liberal; (2) hanya satu sekolah, yaitu Sekolah Dasar Ciputra yang secara murni dapat dikategorikan sebagai penganut ideologi pendidikan liberal dengan berbagai variasi nilai-nilai liberalisme yang ditanamkan kepada para siswanya. Sedangkan pada Sekolah Dasar Insan Mulia dan Al Azhar meskipun ideologi pendidikannya lebih banyak mengarah ke liberal, tetapi mereka juga teridentifikasi menggunakan pendekatan pendidikan androgogi, yang menjadi salah satu metode pendidikan dari ideologi kritis, dalam membangun pola-pola interaksi di antara guru dan murid. Namun untuk SD Al Hikmah, dalam hal penerapan tata tertib dan latar belakang pendirian sekolah, cenderung mengarah pada ideologi pendidikan konservatif (3) Dengan memperhatikan model atau sistem pembelajaran yang ditawarkan di empat sekolah tersebut, ditambah dengan fasilitas sekolah yang lebih lengkap dan menarik, jika dibandingkan dengan sekolahsekolah lainnya, maka dapat dikatakan bahwa keempat sekolah itu cenderung didirikan untuk tujuan menjaring segmen pasar yang sudah terbentuk, meskipun jika dilihat dari latar belakang berdirinya masing-masing sekolah memiliki alasan yang berlainan. Segmen pasar mereka itu adalah kelompok masyarakat kelas menengah-atas yang membutuhkan model pendidikan alternatif yang berbeda dengan model pendidikan milik pemerintah atau swasta lainnya yang sudah lebih dulu ada. Apabila meninjau secara kritis kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh sekolahsekolah tersebut, maka beberapa hal dapat disarankan, yaitu: (1) Sekolah-sekolah semacam itu hendaknya tidak terlalu mengedepankan sisi bisnisnya, dengan hanya menerima anak-anak dari keluarga menengah-atas. Upaya untuk menyediakan kelas atau bangku, secara gratis atau bersubsidi, bagi anak-anak yang orang tuanya tidak mampu menyekolahkan di sekolah-sekolah semacam itu seharusnya juga menjadi agenda mereka. (2) Membiasakan siswa untuk bergaul atau berinteraksi dengan anak-anak atau kelompok masyarakat dari kelas sosial bawah. Tidak hanya itu, siswa pun dilatih untuk dapat berempati dan mampu memecahkan masalah yang seringkali dihadapi oleh kelompok masyarakat bawah. Dengan cara demikian, siswa siap untuk beradaptasi dengan teman-teman lain yang berlatar belakang sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda. (3) Bagi sekolah-sekolah yang lebih mengedepankan penilaian prestasi belajar berdasarkan karakteristik individu siswanya (penilaiannya bersifat individual), tidak ada salahnya jika mereka mengombinasikan parameter hasil belajarnya dengan standar penilaian atau hasil belajar yang lebih umum atau universal yang sudah lama digunakan dan disepakati oleh sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Ada kecenderungan bagi siswa dari sekolah-sekolah semacam itu, ketika mereka mengikuti ujian nasional, nilai yang didapat justru lebih rendah dibandingkan dengan siswa dari sekolah-sekolah biasa. (4) Bagi Departemen Pendidikan Nasional, model pembelajaran yang dikembangkan oleh sekolah-sekolah tersebut, terutama dalam penerapan sistem KBK, dapat diadopsi dan diperkenalkan untuk SD Negeri yang selama ini guru-gurunya masih kebingungan menjalankan sistem pembelajaran KBK.
Item Type: | Other | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 LP 111/08 Bud f | ||||||
Uncontrolled Keywords: | Fenomena; Globalisasi; Pendidikan; Sekolah berwawasan internasional | ||||||
Subjects: | L Education > L Education (General) L Education > LB Theory and practice of education > LB5-3640 Theory and practice of education |
||||||
Divisions: | Unair Research > Non-Exacta | ||||||
Creators: |
|
||||||
Depositing User: | Nn Deby Felnia | ||||||
Date Deposited: | 30 Oct 2016 22:01 | ||||||
Last Modified: | 21 Jun 2017 18:09 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/40508 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |