A. Rahman Marsoel, Drs. and Ida nurul Chasanah, S.S.,M. Hum and Listiyono Santoso, S.S.,M. Hum and Adi Setyawan, Drs. M.Hum (2008) REPRESENTASI PEREMPUAN SENI TRADISI DALAM NOVEL KERUDUNG SANTET GANDRUNG KARYA HASNAN SINGODIMAYAN. UNIVERSITAS AIRLANGGA, Surabaya. (Unpublished)
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2008-marsoelara-6862-lp1460-k.pdf Download (390kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
534. 40597.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifika-sikan pencitraan perempuan seni tradisi melalui struktur novel dan memaknai representasi perempuan seni tradisi dalam novel Kerudung Santet Gandrung karya Hasnan Singodimayan. Penelitian ini menggunakan metode content analysis, metode ini menekankan pada kedalaman pemaknaan terhadap teks sastra tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan beragam pencitraan sebagai hasil reaksi kreatif literer atas perempuan seni tradisi dalam novel Kerudung Santet Gandrung yang direpresentasikan melalui struktur teks yang meliputi cover, judul dan sub judul, latar, dan tokoh. Perempuan seni tradisi dalam novel Kerudung Santet Gandrung direpresentasikan melalui sosok penari gandrung bernama Merlin yang hidup dalam dua dunia yang berkebalikan, dunia panggung dan dunia keseharian. Dalam dunia panggung, penari gandrung direpresentasikan sebagai sosok yang berkonotasi negatif, kerena memakai sensreng agar tampil menarik. Di sisi lain, penari gandrung juga direpresentasikan sebagai titisan Dewi Sri (dewi kesuburan) atau titisan roh para leluhur. Representasi perempuan seni tradisi dalam dunia keseharian yang dihadirkan dalam novel Kerudung Santa Gandrung, merupakan representasi sosok Merlin (mantan penari gandrung) dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia keseharian, seorang penari gandrung yang sudah tidak lagi menari, tetap menyandang status mantan penari gandrung. Untuk menghapus status tersebut perlu diadakannya upacara purifikasi, yang direpresentasikan melalui pembacaan Surat Ad-Dhuha oleh penari gandrung itu sendiri, sebelum is berangkat haji. Adanya tarik-menarik antara penolakan pemakaian sensreng oleh penari gandrung dan kenyataan yang menunjukkan pemakaian sensreng tersebut menunjukkan kegamangan pengarang untuk menyampaikan realitas tentang masih adanya keterlibatan dunia supranatural, termasuk santet dalam dunia gandrung. Tafsir tentang teks suci terhadap gandrung menjadi subjektif dan mereduksi estetika seni pertunjukan. Gandrung diidentikkan dengan komunitas abangan dan dikategorikan sebagai kesenian yang harus dihindarkan bahkan gandrung dijauhkan dari mandala pesantren. Tarik menarik antara konstruksi kabar langit dan realitas menjadi ajang kontestasi yang sebenarnya. Sementara itu tafsir teks suci terhadap gandrung sebagai teks sosial menjadi semakin memperkuat stigma sosial.
Item Type: | Other | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 LP 146/08 Rep | ||||||||||
Uncontrolled Keywords: | SENI TRADISI; NOVEL | ||||||||||
Subjects: | P Language and Literature > PN Literature (General) > PN2000 Dramatic representation. The Theater | ||||||||||
Divisions: | Unair Research > Non-Exacta | ||||||||||
Creators: |
|
||||||||||
Depositing User: | Nn Deby Felnia | ||||||||||
Date Deposited: | 25 Oct 2016 22:07 | ||||||||||
Last Modified: | 21 Jun 2017 18:37 | ||||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/40597 | ||||||||||
Sosial Share: | |||||||||||
Actions (login required)
View Item |