Ratna Damayanti, M.Kes., Drh. and Kuncoro Puguh Santoso, M.Kes., Drh. and Anwar Ma'ruf, Dr., M.Kes., Drh. and Nove Widajati, M.Kes., Drh. (2005) STUDI SEKRESI MELATONIN SEBAGAI DASAR UNTUK MEMPEROLEH BAHAN ANTIOKSIDAN SECARA ALAMIAH. UNIVERSITAS AIRLANGGA, Surabaya. (Unpublished)

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-res-2008-authordama-7005-lp89_08-k.pdf Download (422kB) | Preview
	Text (FULLTEXT) gdlhub-gdl-res-2008-authordama-7005-lp89_08.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Melatonin diketahui sangat berperan sebagai scavenger atau antioksidan yang efektif terhadap radikal bebas. Sebagai antioksidan melatonin akan diperkuat keberadaanya bila tubuh mengkonsumsi vitamin E, C dan A. Fungsi melatonin juga semakin kuat bila gizi kita banyak makan yang mengandung asam amino triptofan (Khomsan, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme meningkatnya antioksidan yaitu melatorin secara fotoneuuroendokrin yang ditandai dengan menurunnya kadar malondialdehida (MDA). Jadi penelitian ini merupakan pencarian landasan ilmiah untuk mengetahui kemampuan melatonin sebagai antioksidan. Dengan diketahuinya landasan ilmiah tersebut maka diharapkan menjadi dasar dalam pembuatan antioksidan secara alamiah. Rancanyan penelitian yang digunakan adalah Pre-Post Test Design. Sampel berupa kelinci jantan umur 5 bulan. Perlakuan yang diberikan setiap kelompok adalah sebagai berikut (A) kelinci mendapat pencahayaan selama 0 jam, (B) kelinci mendapat pencahayaan selama 3 jam yaitu pukul 18.00-21.00 WIB, (C) kelinci mendapat pencahayaan selama 6 jam yaitu pukul 18.00-24.00 WIB, (D kelinci mendapat pencahayaan selama 12 jam yaitu pukul 18.00-06.00 WIB, (E) kelinci mendapat pencahaya-an selama 24 jam yaitu pukul 18.00-18.00 WIB. Perlakuan diberikan selama 30 hari. Sampel darah diambil dari vena auricularis sebelum dan sesudah perlakuan sebagai bahan untuk pemeriksaan kadar antioksidan yaitu MDA dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 529 nm. Data hasil penelitian dianalisis dengan analyse of variance (anova) 5% dan uji least significant difference (LSD) 5% dengan program SPSS for Windows 2000. Rata-rata kadar MDA serum kelinci sebelum mendapat pengaturan pencahayaan tampak bahwa antar kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang berbeda nyata (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kadar MDA serum kelinci pada awal percobaan dalam kcndisi yang sama. Rata-rata kadar MDA serum kelinci yang mendapat pengaturan pencahayaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok perlakuan. Hasil ini menunjukkan bahwa kelinci yang mendapat pencahayaan 0 jam mempunyai kadar MDA yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan yang mendapat pencahayaan 3 jam, sedangkan yang mendapat pencahayaan 6 jam mempunyai kadar MDA yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan yang mendapat pencahayaan 12 dan 24 jam. Kadar MDA kelinci yang mendapat pencahayaan 0 jam dan 3 jam berbeda nyata (p<0,05) dengan yang mendapat pencahayaan 6 jam, 12 jam dan 24 jam. Hasil ini menunjukkan bahwa kelinci dengan pencahayaan 0 jam dan 3 jam mempunyai kadar MDA yang lebih rendah dibanding kelompok lain. Kadar MDA yang rendah menunjukkan bahwa hasil peroksidasi lipid dalam tubuh sangat renaah karena antioksidan meningkat, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaturan waktu pencahayaan dapat meningkatkan antioksidan dalam tubuh yaitu melatonin yang ditandai dengan penurunan kadar MDA serum dimana pencahayaan 0 jam dan 3 jam sangat efektif dalam meningkatkan antioksidan dalam tubuh. Untuk itu disarankan dalam meningkatkan antioksidan dalam tubun sebaiknya pencahayaan di waktu malam diusahakan sedikit mungkin.

Actions (login required)

View Item