PEMANFAATAN EKSTRAK JAMUR Cariolus versicolor SEBAGAI IMUNOMODULATOR RESPON IMUN NON-SPESIFIK PADA TIKUS PUTIH AKIBAT INDUKSI 2-METOKSIETANOL

Sri Puji Astuti Wahyuningsih, Dra., M.Si. (2006) PEMANFAATAN EKSTRAK JAMUR Cariolus versicolor SEBAGAI IMUNOMODULATOR RESPON IMUN NON-SPESIFIK PADA TIKUS PUTIH AKIBAT INDUKSI 2-METOKSIETANOL. UNIVERSITAS AIRLANGGA, Surabaya. (Unpublished)

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2008-wahyunings-6939-lp3508-t.pdf

Download (448kB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-res-2008-wahyunings-6939-lp3508.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

2-Metoksietanol (2-ME) diketahui bersifat imunotoksik dan imunosupresif terhadap sistem pertahanan tubuh. Sedangkan, ekstrak jamur Coriolus versicolor diduga bersifat sebagai imunomodulator dan sebagai agen pengubah respon biologi yang mampu memulihkan penurunan respon imun non-spesifik. Permasalahan pada penelitian adalah (1) apakah induksi 2-ME menyebabkan penurunan fungsi respon imun non-spesifik pada tikus putih ?, (2) apakah ekstrak jamur Coriolus vercicolor yang diberikan sebelum induksi 2-ME mampu memperkuat respon imun (imunostimulasi) ?, (3) apakah ekstrak jamur Coriolus versicolor yang diberikan sesudah induksi 2-ME mampu mengembalikan fungsi respon imun (imunorestorasi) ?, dan (4) apakah ekstrak jamur Coriolus versicolor yang diberikan sebelum dan sesudah induksi 2-ME dapat memperkuat dan mengembalikan fungsi respon imun non-spesifik ? Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan dari ekstrak jamur Coriolus, versicolor untuk mengembalikan atau memperbaiki dan memperkuat fungsi respon imun non-spesifik yang merupakan pertahanan pertama tubuh kearah normal. Penelitian menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus L. strain Wistar) betina dewasa, umur 3 bulan , berat badan 130-140 g, sebanyak 30 ekor. Perlakuan dibagi 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol, tanpa pemberian ekstrak jamur dan induksi 2-ME. Kelompok II, induksi 2-ME saja. Kelompok III, pemberian ekstrak jamur sebelum induksi 2-ME. Kelompok IV, pemberian ekstrak jamur sesudah induksi 2-ME. Kelompok V, pemberian ekstrak jamur sebelum dan sesudah induksi 2-ME. Dosis 2-ME adalah II mmol/kb bb yang diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 7 hari melalui intraperitoneal. Ekstrak jamur diberikan selama 7 hari berturut¬-turut dengan konsentrasi 300 mg/kg/bb melalui gavage. Pengamatan dilakukan setelah 4 hari dari akhir perlakuan. Parameter pengamatan adalah jumlah total leukosit, jumlah makrofag, dan berat limfa. Semua data dianalisis dengan Anava satu jalur dan jika ada perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji LSD pada #945;=5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antar perlakuan baik untuk jumlah total leukosit, jumlah makrofag, dan berat limfa. Rerata jumlah total leukosit relatif sama antara kontrol (5.253,33 ± 789,6 sel/mm3) dengan perlakuan induksi 2-ME (3.375,00 ± 1.246,3 sel/mm3), tetapi rerata tersebut meningkat dengan pemberian ekstrak jamur baik sebelum (8.555,5.5 ± 2.457,2 sel/mm3), sesudah (9.199,98 ± 2.303,3 sel/mm3) serta sebelum dan sesudah induksi 2-ME (8.078,44 ± 294,5 sel/mm3). Rerata jumlah makrofag antara kontrol (658,33 ± 55,3 sel/mm3) dengan induksi 2-ME (1.395,83 ± 171,8 sel/mm3) relatif sama, tetapi meningkat dengan pemberian ekstrak jamur sebelum induksi 2-ME (3.266,67 ± 839,4 sel/mm3) dan semakin meningkat lagi dengan pemberian ekstrak jamur sesudah (4.350,00 ± 1.013,3 sel/mm3) serta sebelum dan sesudah induksi 2-ME (4270,83 ± 894,6 sel/mm3). Berdasarkan data berat limfa menunjukkan bahwa rerata berat limfa akibat induksi 2-ME (241,92 ± 38,1 mg), pemberian ekstrak jamur sebelum induksi 2-ME (250,57 ± 20,5 mg), dan pemberian ekstrak jamur sebelum dan sesudah induksi 2-ME (276,35 ± 24,5 mg) menurun dibandingkan kontrol (387,15 ± 66,3 mg). Rerata berat limfa meningkat pada pemberian ekstrak jamur sesudah induksi 2-ME (319,28 ± 25,5 mg) walaupun peningkatan tersebut masih lebih rendah dibandingkan kontrol. Kesimpulan penelitian adalah induksi 2-ME menyebabkan penurunan berat limfa. Ekstrak jamur coriolus versicolor yang diberikan sebelum induksi 2-ME mampu memperkuat respon imun (imunostimulasi) terutama peningkatan jumlah total leukosit dan jumlah makrofag. Ekstrak jamur Coriolus versicolor yang diberikan sesudah induksi 2-ME mampu mengembalikan fungsi respon imun (imunorestorasi) untuk semua parameter. Ekstrak jamur Coriolus versicolor yang diberikan sebelum dan sesudah induksi 2-ME dapat memperkuat dan mengembalikan fungsi respon Imun non-spesifik terutama jumlah total leukosit dan jumlah makrofag. Pemberian ekstrak jamur sesudah induksi 2-ME relatif lebih menguntungkan sebagai imunorestorasi.

Item Type: Other
Additional Information: KKB KK-2 LP.35/08 Wah p
Uncontrolled Keywords: EKSTRAK JAMUR Cariolus versicolor
Subjects: H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare > HV1-9960 Social pathology. Social and public welfare. Criminology > HV697-4959 Protection, assistance and relief > HV4905-4959 Animal experimentation. Anti-vivisection
R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine > RA1-418.5 Medicine and the state > RA396 Regulation of medical education. Licensure
Divisions: 08. Fakultas Sains dan Teknologi > Program Studi Matematika dan IPA (S3)
Unair Research > Exacta
Creators:
CreatorsNIM
Sri Puji Astuti Wahyuningsih, Dra., M.Si.UNSPECIFIED
Depositing User: Nn Elvi Mei Tinasari
Last Modified: 13 Sep 2016 04:54
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/42995
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item