STRATEGI TERAPI OBAT ANTIRETROVIRAL DAN ANTIINFEKSI PENDERITA HIV/AIDS BERDASARKAN DATA PEMERIKSAAN CD4 T LIMFOSIT

YULIASTIANI, Dra., M.Si. and Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., Apt. and BAMBANG SUBAKTI Z., M.Clin.Pharm (2006) STRATEGI TERAPI OBAT ANTIRETROVIRAL DAN ANTIINFEKSI PENDERITA HIV/AIDS BERDASARKAN DATA PEMERIKSAAN CD4 T LIMFOSIT. UNIVERSITAS AIRLANGGA, Surabaya. (Unpublished)

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-res-2008-yuliastian-6774-kkbkk--k.pdf

Download (450kB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-res-2008-yuliastian-6774-lp1410-s.pdf
Restricted to Registered users only

Download (929kB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Tingginya prevalensi HIV/AIDS dan tingginya kematian karena AIDS menuntut pemberian terapi yang tepat namun berbagai masalah muncul pada penggunaan ARV yaitu efek samping dan toksisitas karena penggunaan jangka pendek dan jangka panjang serta terjadinya mutasi virus yang menyebabkan resistensi obat. Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan penelitian strategi terapi ARV dan antiinfeksi pada pasien HIV/AIDS di Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi RSU Dr. Soetomo Surabaya untuk mengevaluasi kembali dua tahun pemakaian ARV dari program pemerintah/Depkes RI yang telah dilaksanakan sejak tahun 2004. Tujuan studi adalah untuk mengetahui profil penggunaan ARV dan antiinfeksi pada penderita HIV/AIDS berdasarkan data CD4 T Limfosit, menganalisa hubungan penggunaan ARV dan antiinfeksi dengan data laboratorium dan data klinis untuk menentukan kapan memulai terapi ARV, penggantian ARV karena kemungkinan terjadi efek samping, interaksi obat, toksisitas atau resistensi obat serta membuat strategi terapi ARV dan antiinfeksi penderita HIV/AIDS di Indonesia. Penelitian dilakukan secara deskriptif retrospektif dan dilakukan di Ruang Rekani Medik RSU Dr. Soetomo Surabaya dengan sampel berupa Dokumen Medik Kesehatan (DMK) pasien rawat inap dengan diagnosa HIV/AIDS dengan atau tanpa penyakit penyerta di Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi RSU Dr. Soetomo Surabaya mulai 1 Januari 2004 sampai 1 Januari 2006. Dari hasil penelitian didapatkan sampel sebanyak 176 DMK, sedangkan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien yang mendapat ARV 66 pasien. Profil Antiretroviral (ARV) yang banyak dipakai yaitu ARV lini pertama meliputi Lamivudin/3TC (32,62%), Zidovudin/AZT (32,09%) dan Nevirapin/NVP (30,48%), sedangkan kombinasi ARV yang sering digunakan adalah Zidovudin+ Lamivudin+Nevirapin (82,43%). Ketiga jenis ARV terbanyak ini jugs didapatkan di RS Kanker Dharmais Jakarta (hasil studi banding penggunaan ARV). Profil antimikroba yang banyak dipakai adalah kotrimoksazol (13,40%), Seftriakson (10,14%), Levofloksasin (7,61%) dan antijamur : nistatin (11,23%), ketokonazol (7,61%), flukokonazol (6,88%). Berdasarkan data CD4 T Limfosit dan gejala klinis, lebih dari 90% penderita berada pada tingkat infeksi III dan IV (Limfosit total < 1200 sel/mm3, CD4 T Limfosit < 350 sel/mm3) dengan jenis infeksi oportunistik: diare (28,57%), TB Paru (22,62%), pneumonia dan sepsis (14,29%), kandidiasis oral (15,48%), pneumocystic carinii (4,76%). Pada tingkat infeksi I dan II masing-masing 1,54% penderita. Penggunaan ARV pada penelitian ini memberikan hasil ± 62% pasien mengalami perbbikan kondisi ditinjau dari data klinik (berat badan tetap) dan perubahan CD4 T limfosit pasien dan 32% pasien meninggal karena pasien masuk dalam kondisi infeksi stage IV dengan infeksi oportunistik berat. Strategi terapi menurut pedoman WHO/Depkes RI dirasa masih sesuai untuk penderita HIV/AIDS di Indonesia. Waktu untuk memulai ARV yang tepat adalah pada tingkat infeksi III dengan CD4 T Limfosit < 350 sel/mm3 dan tingkat infeksi IV tanpa memperhatikan CD4 T Limfosit serta I dan II bila diketahui CD4 T Limfosit < 200 sel/mm3 dan kondisi khusus tertentu (kehamilan, dll) (sesuai pedoman WHO). Efek samping obat terjadi pada 13 dari 66 penderita (± 20%) sehingga diperlukan penurunan dosis dan penggantian ARV. Zidovudin (duviral) menimbulkan efek samping penurunan Hb dan penurunan leukosit, sedangkan nevirapin (neviral) menimbulkan efek samping drug eruption atau Steven Johsons Syndrom dan gangguan fungsi hati (peningkatan SGOT 3 - 7 kali dan SGPT 2 - 6 kali dari harga normal atas). Selain itu juga ada 5 kemungkinan interaksi yang potensial terjadi antara ARV dengan obat lain berdasarkan pustaka yaitu zidovudin dengan flukonasol, zidovudin dengan kotrimoksasol, zidovudin dengan rifampisin, nevirapin dengan rifampisin, dan nevirapin dengan ketokonasol. Untuk mengevaluasi strategi terapi ARV dan antiinfeksi yang tepat disarankan perlunya dilakukan monitoring kemungkinan terjadinya interaksi obat, efek samping, toksisitas dan resistensi obat dikarenakan pada penderita HIV/AIDS selalu mendapatkan terapi polifarmasi.

Item Type: Other
Additional Information: KKB KK-2 LP 141/08 Yul s
Uncontrolled Keywords: Terapi obat; Penderita HIV/AIDS; CD4 T; Limpfosit
Subjects: R Medicine > RM Therapeutics. Pharmacology
Divisions: 05. Fakultas Farmasi
Unair Research > Exacta
Creators:
CreatorsNIM
YULIASTIANI, Dra., M.Si.UNSPECIFIED
Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., Apt.UNSPECIFIED
BAMBANG SUBAKTI Z., M.Clin.PharmUNSPECIFIED
Depositing User: Nn Elvi Mei Tinasari
Date Deposited: 18 Jun 2017 16:45
Last Modified: 18 Jun 2017 16:46
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/43025
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item