Juni Ekowati, 0006026703 (2013) Modifikasi Struktur Etil p-metoksisinamat Isolat Kaempferia galanga dan Uji Aktivitasnya sebagai Kemopreventif Kanker : Penghambat Angiogenesis. FARMASI UNAIR, SURABAYA. (Unpublished)
|
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf Download (139kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
27. Binder1.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Kaempferia galanga Linn. dilaporkan mengandung senyawa yang menurunkan produksi PGE2 yaitu etil p-metoksisinamat (EPMS). Berdasarkan struktur kimianya, EPMS merupakan golongan senyawa aril propenoat yang terdiri dari cincin aromatis, gugus olefin, gugus ester dan gugus metoksi, dimana pada gugus-gugus tersebut dapat dilakukan berbagai kemungkinan transformasi gugus fungsi. Selain itu, etil p-metoksisinamat (EPMS) dari Kaempferia galanga diketahui mempunyai aktivitas anti inflamasi seperti NSAIDs, Oleh karena itu EPMS terpilih sebagai bahan baku kemopreventif kanker yang akan dimodifikasi strukturnya sebagai anti angiogenesis. Penelitian tahap awal, merubah diperoleh EPMS dari rimpang K. galanga menjadi APMS melalui reaksi hidrolisis. Identifikasi senyawa hasil hidrolisis EPMS dilakukan secara spektroskopi : UV, IR, 1H-NMR maupun 13C-NMR. Hasil uji in silico terhadap hasil modifikasi struktur EPMS dengan reseptor tirosin kinase (pdb : 1xkk), diketahui nilai MolDockScore (E)-3-(4-metoksifenil)-N-(fenilkarbamotioil)akrilamida, (E)-3-(4- metoksifenil)-N-(4-sulfamoilfenilkarbamotioil)akrilamida, (E)-3-(4-metoksifenil)-N-((4-(N- (piridin-2-il)sulfamoil)fenil)karbamotioil)akrilamida lebih tinggi daripada EPMS. Oleh karena itu pada penelitian ini akan disintesis senyawa-senyawa tersebut. Sintesis dilakukan dengan menggunakan iradiasi gelombang mikro menggunakan bahan awal p-metoksisinamoil klorida, ammonium tiosianat, dan amina aromatis (anilin, sulfanilamida, sulfadiazin). Sintesis dilakukan melalui dua tahap reaksi, yang pertama adalah reaksi substitusi nukleofilik antara p-metoksisinamoil klorida dengan amonium tiosianat menghasilkan p-metoksisinamoil isotiosianat dan dilanjutkan dengan tahap dua yaitu adisi nukleofil antara amina aromatis tersebut dengan p-metoksisinamoil isotiosianat. Identifikasi struktur terhadap 3 senyawa tersebut akan dilakukan secara spektroskopi UV-Vis, Infra Merah, 1H-NMR dan 13C-NMR. Persentase hasil sintesis senyawa (E)-3-(4-metoksifenil)-N-(fenilkarbamotioil) akrilamida dengan iradiasi gelombang mikro 30P dari 400W selama 3 menit sebesar 70%. Kondisi yang sama dilakukan pada sintesis (E)-3-(4-metoksifenil)-N-(4-sulfamoilfenilkarbamotioil) akrilamida dan (E)-3-(4-metoksifenil)-N-((4-(N-(piridin-2-il)sulfamoil)fenilkarbamotioil) akrilamida, menghasilkan masing-masing = 68% dan 65%. Berdasarkan hasil penelitian uji antiangiogenesis terhadap EPMS menunjukkan adanya potensi EPMS menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Pengamatan secara makroskopis menunjukkan besar hambatan angiogenesis EPMS dosis 30mg = 51%, dosis 60mg = 64%, 90mg = 66%. Hasil pengujian senyawa hasil modifikasi struktur EPMS sebagai antiangiogenesis pada membran korioalantois TAB juga menunjukkan adanya penurunan jumlah pembuluh darah baru dibandingkan dengan membran korioalantois TAB yang diinduksi dengan bFGF 60ng tanpa diberi perlakuan sampel. Besar hambatan tergantung dari dosis yang diberikan. Senyawa J-1 dosis 30mg = 53%, 60mg = 77%, 90mg = 53%, senyawa J- 11 dosis 30mg = 53%, 60mg = 83%, 90mg = 83%, senyawa J-12 dosis 30mg = 65%, 60mg = 85%, 90mg = 65%. Hambatan angiogenesis celecoxib dosis 60 mg sebagai pembanding = 83%. Hasil penelitian uji antiangiogenesis terhadap EPMS menunjukkan adanya potensi EPMS menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Pengamatan secara mikroskopis menunjukkan besar hambatan angiogenesis EPMS dosis 30mg = 51%, dosis 60mg = 64%, 90mg = 66%. Hasil pengujian senyawa hasil modifikasi struktur EPMS sebagai antiangiogenesis pada membran korioalantois TAB juga menunjukkan adanya penurunan jumlah pembuluh darah baru dibandingkan dengan membran korioalantois TAB yang diinduksi dengan bFGF 60ng tanpa diberi perlakuan sampel. Besar hambatan tergantung dari dosis yang diberikan. Senyawa J-1 dosis 30mg = 62%, 60mg = 72%, 90mg = 64%, senyawa J- 11 dosis 30mg = 67%, 60mg = 73%, 90mg = 71%, senyawa J-12 dosis 30mg = 63%, 60mg = 71%, 90mg = 72%. Hambatan angiogenesis celecoxib dosis 60 mg sebagai pembanding = 77%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, disimpulkan bahwa modifikasi struktur EPMS menjadi derivat p-metoksisinamoiltiourea, yaitu (E)-3-(4-metoksifenil)-N- (fenilkarbamotioil)akrilamida, (E)-3-(4-metoksifenil)-N-(4-sulfamoilfenil-karbamotioil) akrilamida dan (E)-3-(4-metoksifenil)-N-((4-(N-(piridin-2-il)sulfamoil)fenilkarbamotioil) akrilamida dapat dilakukan dengan memanfaatkan iradiasi gelombang mikro sebagai sumber panas. EPMS dan ketiga hasil modifikasinya memiliki aktifitas antiangiogenesis. Dosis optimum J-1, J-11 dan J-12 adalah 60mg dan memiliki potensi hambatan yang setara dengan celecoxib 60mg.
Item Type: | Other | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 LP. 19-14 Eko m | ||||||
Uncontrolled Keywords: | Struktur Etil p-metoksisinamat Isolat Kaempferia galanga, Kemopreventif Kanker,Angiogenesis | ||||||
Subjects: | R Medicine > RC Internal medicine > RC0254 Neoplasms. Tumors. Oncology (including Cancer) | ||||||
Divisions: | Unair Research > Exacta | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | Fahimatun Nafisa Nafisa | ||||||
Date Deposited: | 23 Sep 2016 01:08 | ||||||
Last Modified: | 12 Jun 2017 21:46 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/44404 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |