LULUK ANDRIYANI, 879915985
(2005)
KEPENTINGAN INDONESIA DALAM MELAKUKAN IMBAL DAGANG/IMBAL BELl DENGAN RUSIA (KASUS SUKBOI 2003).
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
Penandatanganan kontrak pembelian empat pesawat tempur Sukhoi dan dua helikopter MI-35 buatan Rusia secara imbal dagang/imbal beli oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada bulan April 2003, memunculkan reaksi berupa kontroversi di dalam negeri terutarna di kalangan anggota DPR, meskipun berakhir dengan keputusan politik yang bersifat lunak. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengapa Indonesia melakukan imbal dagang/imbal beli Atumista dengan Rusia.
Tingkat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah tingkat analisis negara bangsa, dengan unit analisis kebijakan pengadaan Alutsista dari Rusia dan unit eksplanasi kepentingan nasional Indonesia. Untuk menguraikan kepentingan nasional Indonesia digunakan beberapa teori dan konsep, yaitu teori politik luar negeri, konsep kepentingan nasional, konsep imbal dagang dan teori geopolitik.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan juga dilakukan wawancara langsung dengan stafdinas terkait yang menangani masalah imbal dagang/imbal beli Sukhoi, yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Penelitian ini bersifat eksplanatif yaitu menganalisis data untuk mengetahui hubungan antar variabel dan menguji hipotesis serta menjawab permasalahan yang ada. Penelitian dibatasi pada tahun 2003 hingga 2005, yaitu sejak penandatanganan kontrak imbal dagang/imbal beli hingga berakhirya transaksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pengadaan Alutsista dari Rusia secara imbal dagang/imbal beli dipengaruhi oleh tekanan eksternal dan kondisi internal Indonesia. Tekanan ekstrnal berupa sanksi embargo militer yang dijatuhkan Amerika Serikat yang mengakibatkan kondisi pertahanan Indonesia semakin memprihatinkan karena sejumlah pesawat tempur yang dimiliki tidak dapat dipergunakan akibat ketiadaan suku cadang. Sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, kondisi ekonomi Indonesia kurang menggembirakan. Langkah yang diupayakan adalah meningkatkan kinerja ekspor non migas. Namun yang menjadi hambatan, selain lemahya daya saing komoditas Indonesia di pasar internasional, pertumbuhan ekspor Indonesia juga dipengaruhi oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Jepang, AS dan Eropa yang selama ini telah menjadi pasar tradisional.
Dalam menyelesaikan permasalahan diatas, Indonesia melihat potensi
pentingnya melakukan mekanisme imbal dagang/imbal beli dengan Rusia yang
digunakan sebagai strategi mengatasi kelangkaan devisa negara untuk memenuhi
kebutuhan Alutsista dan sekaligus untuk: melakukan perluasan pasar
nontradisional terutama di wilayah Eropa Timur, mengingat belum jelasnya
mekagisme pasar di wilayah tersebut.
Actions (login required)
|
View Item |