Lambang Raspriyo Aji, 079615015
(2002)
Tradisi Buwuh Di Desa Dan Kota
( Studi Komparatif Sinkronik Antara Buwuh di Desa Widodaren Kecamatan
Widodaren Kabupaten Ngawi Dan Buwuh di Desa Pepelegi
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
ABSTRAK
Ruwuh merupakan salah satu bentuk gotong-royong dalam masyarakat Jawa. Tradisi ini masih eksis bahkan cenderung dipertahankan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat baik di desa maupun di kota.
Metode yang digunakan adalah komparatif sinkronik, membandingkan budaya yang berbeda yang satu masyarakatnya lebih terbuka dan yang lain agak tertutup. Pengumupulan datanya dilakukan dengan wawancara, pengamatan dan pemotretan.
Data menunjukkan buwuh adalah satu varian gotong royong yang terkait dengan aspek sos1a1, ekonomi, prestise. Kaitannya dengan aspek ekonomi, huwuh merupakan salah satu bentuk pertukaran yang melibatkan pertukaran bendabenda bemilai ekonomis, misalnya bahan pokok, kado, cindera mata, maupun uang. Kaitannya dengan aspek sosial, buwuh meHbatkan interaksi warga masyarakat, kepedulian, pengorbanan, waktu, pikiran dan tenaga. Kaitannya dengan aspek prestise, buwuh membawa kehormatan tersendiri bagi pelakunya. Karena itu benda-benda yang dipertukarkan akhimya selain bernilai ekonomis juga bernilai sosial dan prestise.
Ruwuh mengikat pertukaran,. antar si pemberi sumbangan (S1 tamu) terhadap si penerima sumbangan (pemiHk hajat). Transaksi pertukaran itu tercatat pada catatan buwuhan atau buku tamu. Namun demikian pertukaran itu tidak bersifat keharusan melainkan hanyatergantung pada konsistensi para anggota masyarakat dalam mematuhi norma moral.
Buwuh memiliki fungsi, yaitu fungsi ekonomis, sosial, prestise. Fungsi ekonomisnya bagi pemilik hajat, buwuh merupakan wadah untuk mendapatkan keuntungan ekonomis, Fungsi sosialnya buwuh merupakan wahana solidaritas sosial dan meningkatkan integritas sosial baik dalam kelompok maupun dalam masyarakat. Fungsi prestise buwuh dapat dijadikan alat untuk menunjukkan kehormatan, gengsi pemilik hajat maupun penyumbangnya.
Hasil penelitian menunjukkan peraturan khusus dalam buwuh pada kedua lokasi penelitian memiliki variasi. Di desa Widodaren-Ngawi, undangan dapat berwujud lisan maupun tulisan. Sementara itu di desa Pepelegi-Sidoarjo undangan tertulis merupakan keharusan. Tanpa undangan mereka tidak akan datang dan buwuh. Konvensi lainnya mereka yang datang pasti memiliki ikatan dengan pemilik hajat. Ikatan-ikatan tersebut adalah ikatan kekerabatan, kesatuan tempat tinggal dan ikatan persahabatan.
Akhir dari penelitian ini desa Widodaren-Ngawi sebagai refleksi masyarakat pedesaan dalam penelitian ini, sistem bmt'uhnya sangat tradisional. Sedangkan buwuh di desa Pepelegi-Sidoarjo yang berkonteks masyarakat perkotaan telah mengalami perkembangan lebih jauh. Buwuh yang menggunakan tata cara tradisional masih eksis hingga saat ini, di sisi lain muncul bentuk buwuh yang modem. Karena konteks masyarakat yang berbeda membuat buwuh mengalami variasi (persamaan dan perbedaan).
Actions (login required)
|
View Item |