DANNY MARTIANUS GOENAWAN, 079715517
(2004)
Budaya Anak Muda
Indonesia Kontemporer
(Studi Etnografi-Semiotik pada Film ~ AADC).
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
ABSTRAK SKRIPSI
Dalam suatu relasi sirculaire antara teknologi, media-masa, bahasa, dan ilmu pengetahuan, sagala kemustahilan dan 'ke-tak-ada-an' dalam determinasi empirisime, dapat dihadirkan menjadi sebuah 'kenyataan' baru, yang menyerap suatu intimitas relasi dengan rnanusia. Pada realitas rnasyarakat-medium, manusia dipaksa untuk memodifikasi gaya hidup baru, yang bahkan sanggup menjungkirbalikkan tatanan nilai yang taken for granted.
Dalam keadaan seperti ini, masyarakat kontemporer negari ini diserbu oleh pelbagai pemyataan, citra, dan tampilan visual-pictorial sebagai peristiwa dan praktek kultural, yang berpertalian signifikan dengan lanskap budayanya. Pun tatanan dan perubahan budaY13, dapat diteropong dan bagaimana rnasyarakat memproduksi dan menggun!3kan formasi-formasi simbolik dalam medium tersebut. termasuk dalam film.
Pemikiran inilah yang menarik minat peneliti untuk mengkaji perubahan kebudayaan kontemporer di Indonesia, dengan menggunakan medium-film sebagai bahan kasusnya. Secara tentatif, penelitian ini mencoba mengungkapkan realitas dan konstruksi budaya anak muda Indonesia kontemporer, terutama dalam relasi intimnya dengan media. Secara purposive, penelitian ini menggunakan film Ada Apa Dengan Cinta? (AADC?) sebagai kasus tunggal, dengan pertimbangan bahwa AADC? telah menjadi fenomenal dalam dunia film Indonesia, dan sarat dengan pengkisahan dunia anak muda. Permasalahan sebagai pertanyaan yang didiskusikan dalam penelitian ini adalah: 1) apa makna film tersebut, 2) bagaimana praktek wacana konstruksi budaya anak muda itu terus berlangsung, dan 3) bagairnana 'reaUtas real' konstruksi budaya anak muda dalam pert8liannya dengan media massa?
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini mengkombinasikan beberapa pemikiran dalam ranah post-modemisme dan/atau post-strukturalisme, yaitu dengan menggunakan: teari visual anthropology, anthropology of visual communication, dan ethnographic semiotics-nya Sol Worth; analisis semiologi-nya Roland Barthes (tingkat satu sampai tiga); analisis kuasa, praktek diskursif, dan disiplin tubuh-nya Michel Foucault; pendekatan simulacra dan hyperreality-nya Jean Baudrillard; tak-ketinggalan. teori budaya para antropolog, seperti Clifford Geertz, Margareth Mead, dan Ki Jung Lee.
Pengumpulan data dilakukan dengan: 1) pengamatan secara mendalam film dan membaca detail buku skenarionya; 2) wawancara mendalam dengan informan (pembuat dan penonton); 3) focussed dicussion group, dan 4) studi dokumentasi yang menampilkan tentang film dan anak muda Indonesia kontemporer.
Dari hasil analisis, diperoleh pemahaman baru: kebudayaan tak hanya berfokus dan tampil melalui pelbagai praktek 'ritualisasi' adat-tradisi, artefak-artefak material peninggalan kelampauan, tetapi dapat pula diterjemahkan lewat formesi simbolik dan gugus diskursif baru hasil piranti teknologi medium itu. Pengertian kebudayaan yang berpusat pada pemyataan, citra, dan pel baga i tampilan visua/~ pictorial kini telah menjadi suatu hal yang tak dapat dihindari lagi.
Budaya anak muda kini hadir melalui serangkaian praktek yang diparadekan
oleh anak muda itu, sekaligus pada saat bersamaan melalui pengulanganpengulangan
dalam sebuah 'rezim dan teknologi disiplin', akan menghasilkan dan
menghasilkan kembali budaya anak muda itu sendiri. Prakt'9l, kemudaan itulah yang,
memerikan, mengklasifikasikan, mengkategorikan, dan memilah-milsh mana yang
anak muda dan mana yang bukan, dalam semesta klaim-klaim kebenarannya dan
episteme-nya sendiri.
Dalam budaya anak muda Indonesia kontemporer itu, terdapat lima model praktel-. wacana yang senantiasa membentuk, mengkonstruksikan, mendepiksikan, menduplikasikan. dan sekaligus meredeposisikan budaya anak muda itu. yang terdapat dalam konsep-konsep berikut: 1) persahabatan: hubungan intim yang terajut
xv
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
dalam peer group; 2) kesenangan: konsumerisme dan kenikmatan; 3) fashion, tubuh, dan bahasa, 4) gender dan seksualitas; serta 5) cinta dan keluarga. Dalam praktek intimitasnya dengan media·massa ini, virtualized reality budaya anak muda itu berlangsung, membentuk semacam dunia dengan hiperrealitas-nya yang mampu membius dan mengajak anak-anak muda untuk terlibat daiam sebuah dunia yang menggairahkan setiap gejolak nafsu.
Dari hasil pembacaan peneliti sebagai seorang etno-semio/og, dengan menggunakan praktek analisis tekstual, telah diciptakan obyek~byek baru dalsm nuansa jouissance. Terperikan di dalamnya beberapa tema baru dalam pembacaan itu, yaitu: perjumpaan, persetubuhan, dan perayaan, yang tampil sebagai praktek diri kemudaan.
Sebagai sebuah kajian yang dilakukan dengan mengadopsi bebarapa teori dan pemikiran, tentu saja masih tersedia banyak peluang bagi kajian-kajian antropologi komunikasi visual untuk masa-masa mendatang, diantaranya dengan menarik perbincangan itu pada satu kondisi lokalitas tertentu, dalam kesementaraan, serta situasionalitas kontemporer perubahan yang berlangsung dalam masyarakat, terutama yang bertalian dengan media-massa, anak muda, dan budaya.
Actions (login required)
|
View Item |