BELFIN P. SIAHAAN, 120010163
(2004)
DEKONSTRUKSI PATRIARKHI DALAM DWILOGI NOVEL SAMAN DAN NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI.
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
Skripsi ini diberi judul "Dekonstruksi Patriarkhi dalam Dwilogi Novel Saman dan Novel Larung Karya Ayu Utami". Masalah yang diteliti pada kedua novel ini berkaitan dengan penggoncangan, pembongkaran dan pembalikan terhadap patriarkhi yang dilakukan oleh keempat tokoh perempuan empat serangkai novel Saman dan novel Larung. Tujuan pembuatan skripsi ini adalah mengungkap perlawanan, pembongkaran, dan pembalikan terhadap patriarkhi yang dilakukan oleh tokoh perempuan empat serangkai novel Saman dan Larung karya Ayu Utami
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif analisis. Artinya, lebih menekankan penghayatan dan penalaran yang dibantu melalui data-data. Langkah awal yang dilakukan adalah pengidentifikasian data yang berhubungan dengan jejak-jejak dekonstruksi. Kemudian dibedah dengan memanfaatkan teori dekonstruksi Derrida yang dihubungkan dengan teori patriarkhi. Teori dekonstruksi dipakai sebagai sebuah teori pembacaan (a theory ofreading) yang bertujuan untuk melakukan "subversi" atau "penghancuran" atas klaim implisit bahwa sebuah teks memiliki landasan yang cukup, dalam sistem bahasa yang dipakainya, untuk menetapkan batasbatasnya sendiri,. koherensi atau kesatuannya, dan makna tetap tak berubah dari unsur-unsur verbaInya. Menurut teori ini, tidak ada teks yang mampu merepresentasikan secara tetap, apalagi menunjukkan, "kebenaran" dari subjek apa pun.
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan dapat diungkap bahwa keempat tokoh perempuan novel Saman dan novel Larung melakukan serangkaian perlawanan yang berbeda-beda dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda pula. Topik yang paling sering diperbincangkan adalah sekitar masalah seksualitas, perkawinan, konsep keperawanan, pembedaan "peran dan sifal" antara laki-Iaki dan perempuan, keluarga, agama dan Tuhan, serta kekerasan patriarkhi terhadap perempuan.
Laila melakukan perlawanan dan pembalikan terhadap orientasi hubungan laki-Iaki dan perempuan, konsep keperawanan-keperjakaan sebelum menikah dan memilih hidup sebagai wanita kedua. Yasmin melakukan pembalikan pada dua hal. Pertama, pembongkaran terhadap mitos penciptaan manusia dan awal mula lahirnya seksualitas. Kedua, ketidaksetujuannya dengan teori seksualitas anakanak Freud dan Teori Deleuze tentang seks yang bersifat masokis pada perempuan dan sadisme pada laki-laki.
Shakuntala memiliki sifat androgini. Ia adalah tipe perempuan pemberontak, sangat ekstrim dan radikal. Dari ketiga sahabatnya, hanya Shakuntala yang paling banyak memberontak. Ia menentang konsep keperawanan, perkawinan dan hubungan anak dengan orangtua, menolak pemakaian nama keluarga di belakang namanya, menggugat agama, Tuhan, dan urusan sektor politik. Shakuntala menawarkan bahwa sesungguhnya manusia tidak terdiri dari satu, melainkan biseksualitas, ada perempuan dalam diri laki-Iaki dan ada laki-Iaki dalam diri perempuan. Cok memberontaki konsep patriarkhi dengan melakukan hubungan seksual dengan banyak laki-Iaki dan berpacaran lebih dari satu laki-Iaki dalarn waktu yang sarna. Ia pun mengubah makna-makna negatif "perek" dan "tetek" dengan makna positif. Sebagai kelanjutan perlawanan ini, ia pun melepas keperawanannya pada waktu SMA. Ia memilih dan menawarkan konsep free sex atau seks bebas. lni artinya ada pitihan sadar bagi perempuan untuk mencari kepuasan seksnya sendiri tanpa menunggu dan mempertimbangkan kode-kode dan konvensi patriarkhi.
Keempat tokoh perempuan ini pada akhirnya harus memilih dan menentukan pilihan. Bagi mereka hid up adalah pilihan.
Actions (login required)
|
View Item |