NYIMAS FAUZIAH ALFI, 059912141
(2003)
PENGARUH FRAKSI ETANOL DAN FASE AIR DAUN GENDARUSSA VULGARIS NEES PADA PROSES FERTILISASI IN VITRO MENCIT.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Kepadatan penduduk merupakan masalah nasional bangsa Indonesia. Salah satu upaya untuk mengatasi kepadatan penduduk yaitu dengan program Keluarga Berencana (KB). Program KB terutama ditujukan untuk wanita karena bel um ada kontrasepsi yang ideal untuk pria. Di lain pihak, Indonesia kaya akan tanaman obat. Berdasarkan penelitian Moeso dan Agus -di Jayapura-Sentani (Irian Jaya) diketahui bahwa rebusan akar dan daun gendarusa (Gendarussa vulgaris Nees) yang diminum dua kaIi sebulan dapat berfungsi sebagai kontrasepsi pria.
Dari penelitian yang teIah dilakukan diketahui bahwa fraksi n-butanol daun gendarusa mengandung komponen mayor flavonoid yaitu 6,8-di-a-Larabinopiranosil-4' ,S,7-trihidroksi flavon atau 6,8-diarabinosil apigenin dengan aktivitas pencegahan penetrasi spermatozoa in vitro. Pada proses penetrasi terdapat enzim spesifik spermatozoa antara lain hialuronidase, CPE dan akrosin. Masing-masing enzim bekerja secara individual, spesifik dan berurutan. Oleh karena itu jika salah satu enzim tidak disekresikan maka aktivits enzim yang lain akan terganggu, akibatnya tidak terjadi fertilisasi. Jadi bila enzim hialuronidase dihambat maka kemampuan mendispersi cumulus oophorus menurun dan pada akhimya tidak terjadi penetrasi. Hal ini merupakan prinsip kerja inhibitor enzim hialuronidase dan dijadikan dasar pengembangan kontrasepsi pria.
Untuk dapat memperoleh informasi mengenai kontrasepsi pria dari daun gendarusa, maka dilakukan penelitian tentang pengaruh fraksi etanol dan fase air daun gendarusa terhadap penurunan fungsi penetrasi spermatozoa pada men cit (Mus musculus) dengan metode fertilisasi in vitro (IVF). Pada penelitian kali ini digunakan fraksi etanol daun gendarusa dengan dosis 33,7Smg/20g bb; 16,88mg/20 g bb; 8,44mg/20g bb; 4,22mg/20g bb dan fase air daun gendarusa dengan dosis 20,06mg/20g bb; 1O,03mg/20g bb; S,02mg/20g bb; 2,Slmg/20g bb ditambah dengan kelompok kontrol positif (hesperidin Img/20g bb) dan kelompok kontrol negatif (CMC Na O,S%). Apabila tidak terjadi fertilisasi maka sel granulosa tetap utuh dan tidak terbentuk zigot setelah 7 jam inkubasi. Apabila terjadi fertilisasi maka sel granulosa tidak utuh dan telah terbentuk zigot. Sebagai data pendukung dilakukan pemeriksaan terhadap motilitas, viabilitas dan konsentrasi spermatozoa.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa fraksi etanol daun gendarusa dosis 33,75mg/20g bb; 16,88mg/20 g bb; 8,44mg/20g bb dan 4,22mg/20g bb tidak dapat menghambat fertilisasi in vitro mencit, menurunkan viabilitas spermatozoa mencit in vitro, menurunkan konsentrasi spermatozoa mencit in vitro (kecuali dosis 4,22mg/20g bb) dan tidak mempengaruhi motilitas spermatozoa mencit in vitro dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (CMC Na O,S%). Sedangkan fase air daun gendarusa dosis 20,06mg/20g bb; 1O,03mg/20g bb; 5,02mg/20g bb dan 2,Slmg/20g bb dapat menghambat fertilisasi in vitro mencit, dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa mencit in vitro dan tidak mempengaruhi motilitas spermatozoa mencit in vitro dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif Hanya dosis 20,06mg/20g bb yang dapat menurunkan viabilitas spermatozoa mencit in vitro dibandingkan dengan ke]ompok kontrol negatif(CMC Na 0,5%) pada a = O,OS.
Actions (login required)
|
View Item |